P R O L O G

45 3 0
                                    

Sedari tadi dirinya merenung.
Banyak hal yang ia lamunkan.
Seketika semua melintas begitu saja dalam pikirannya. Mulai dari hal yang kecil sampai yang besar.

Perlahan tangannya menyentuh kaca di sisinya yang berembun. Tiba-tiba Ia merindukan seseorang.
Entah mengapa siluet dia terasa melintas begitu saja di pikirannya.

Ia merindukan suara, wajah, dan senyuman nya. Ia menggeleng pelan, sepertinya ia mulai gila. Seharusnya ia tak perlu lagi memikirkan dia. Bahkan mungkin saja dia disana sudah lupa dengannya.

Harusnya dirinya sadar. Kejadian waktu itu sudah menjadi bukti nyata bahwa sudah tidak sepantasnya ia merindukan dan memikirkan dia.

Tanpa terasa hatinya menangis, lidah nya kelu hanya untuk sekedar berkata. Ia ingin sekali membantah semua kenyataan yang ada, tapi dia sendirilah yang mengakuinya sendiri.

Hati dan pikiran nya  saling bertolak belakang. Membuatnya semakin tak kuasa hanya sekedar untuk berpikir.

Luka ini tidak seharusnya ada. Juga perkataan itu, itu tak seharusnya terucap.

Sebelumnya ia sudah akrab dengan luka. Lama kelamaan ia sudah terbiasa dengan luka yang sering menghampirinya.

Namun, kali ini sepertinya ia kalah  hanya karena luka. Ia akui kali ini lemah hanya karena luka.

Semuanya lemah karena luka
Dan ia benci hal itu..






Happy Or Sad ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang