CHAPTER 5 : PERJALANAN MENCARI JANTUNG BUMI

22 20 3
                                    

“Kita akan berpesta daging nanti malam.” Robert segera meletakkan hewan buruannya tepat di depan Profesor Kito.

“Ini akan menyenangkan, terima kasih sudah berburu,” jawabnya pelan.

“Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana tentang mesin waktu?” Robert menoleh ke arah Profesor Kito dan segera mungkin berusaha mendekatkan badan, ia begitu mempertajam tatapannya.

“Sudah sampai puncak, hanya saja kita harus melakukan percobaan. Ingin segera ke Indonesia?” dengan nada santai ia membalas dengan muka menoleh membuat Robert terkejut.

“Ya, secepatnya. Akan kubuktikan semuanya.” beralih duduk di kursi sembari meminum segelas air putih.

“Bagaimana menurutmu Rose? Ingin bertemu saudaramu di Jawa? Flores? Papua?” Profesor Kito mencoba bercanda, namun Rose berpaling tak meresponnya sama sekali. Rose memalingkan muka seolah ia sibuk oleh sesuatu. “Kau tumbuh dengan genit sekarang!” tambahnya.

Kembali ke mesin waktu, ini sudah bertahun-tahun ditinggalkan. Dan mungkin pejabat-pejabat dan petinggi negara Indonesia sudah menghilangkan teori konyol dari pemuda bernama Danu. Mesin waktu memang bukan ide buruk tapi sungguh tak ada yang bisa membuatnya saat itu. Robert berencana untuk membuat semua orang yang membuangnya malu.

Dia berencana kembali ke Indonesia mengaku sebagai anak semata wayang Danu. Dan ia juga akan berencana mencari keluarganya di Indonesia secepat mungkin. Lalu ia akan ke rumah presiden untuk menunjukkan bahwa penemuannya tersebut layak untuk negara dan seluruh dunia, bagaimanapun caranya.

“Kapan kau ke Indonesia?” tanya Rose sambil melempar batu kecil ke arah Robert dari belakang kebetulan saat itu Robert sedang melamun di depan rumah.

“Apa pedulimu?” sahutnya.

“Dasar psikopat!” pergi meninggalkan Robert, namun dengan cepat Robert mengejar dan meraih tangannya.

“Lepaskan atau kau akan terbakar?”

“Jika aku tebakar, aku tak bisa mati!” lagaknya menyombongkan diri.

“Sialan,” mengelak dengan penuh kekuatan.

“Besok, pukul tujuh pagi kau harus bersiap-siap.” berbisik lirih di telinga Rose dan segera pergi ke dalam rumah.

Terbesit dalam hati terdalam, Rose tak tahu apa maksud semua ini. Robert yang tiba-tiba ambigu menyuruhnya melakukan sesuatu yang tidak ia mengerti. Dan baik, tunggu apalagi toh ia juga lebih memilih ikut dengan Robert daripada Profesor Kito.

“Apa yang harus aku bawa besok?” mendekati Robert sembari memakan roti.

“Celana dalamku,” sahutnya dengan senyum jahat.

“Sinting, mesum!”

“Terserah kamu, aku tak mau ikut campur. Yang jelas besok semua barangku aku titipkan ke kamu!” tuturnya begitu jelas. Tanpa basa-basi Rose pergi meninggalkan Robert, ya! Bisa saja ia murung atau sejenisnya.

Tomorrow
07 AM

“Sudah siap?” ungkap Robert. “Eh, anak panah kamu ketinggalan!” serunya.

“Hey! Ini berat kau bisa membawakannya untukku? Laki-laki macam apa kau tega melihat perempuan membawa beban berat,” segera meletakkan ransel yang berat itu di tanah dan kembali mengambil panah di dalam rumah.

“Aku tidak mau bawa ransel itu. Cepat ambil sana!”

Rose berusaha tak mendengarnya karena sudah terlalu kesal ia berkata dalam hati “awas saja aku tak akan merespon ocehanmu lagi,” ancamnya.

Ini adalah perjalanan penting, dengan mengelilingi bagian-bagian di bumi ini mereka berdua akan mencari jantung bumi. Sedikit informasi bahwa jantung ini sebenarnya berfungsi sebagai kekuatan mesin waktu. Tanpa jantung bumi itu mesin waktu tidak akan menembus waktu dengan baik. Bentuknya yang seperti kubus di dalamnya terdapat batu zamrud bercahaya membuat beberapa suku di belahan bumi ini juga mencari-carinya.

Robert tidak takut ancaman, apapun yang akan menghalanginya nanti ia harus bisa menerjangnya. Teringat oleh masa kecilnya yang terbuang membuat ia hidup dengan pertahanan yang alami. Tak ada yang tahu hidupnya dulu mengenaskan, tak ada yang tahu dia dulunya sering kelaparan, tak ada yang tahu dia dulu sebenarnya terasingkan. Menyedihkan bukan?

Jantung bumi bisa membuat seseorang awet muda, barang itu tidak bisa di makan melainkan harus disimpan dalam air darah si pemiliknya. Jika ingin awet muda coba saja naik turun gunung seperti orang gila. Hanya orang gila yang berambisi penuh yang bisa mendapatkannya.

***

Di tengah perjalanan, Robert terus saja mengoceh sendirian. Rose tak berbicara sama sekali, jangankan berbicara membuka mulut saja pun ia tak terlihat sama sekali melakukannya. Ia merasa perlakuan keterlaluan yang diberikan Robert kepadanya harus dibalas.

“Rose, ambilkan minum!” berbalik arah ke belakang tepat di depan Rose. Namun reaksi Rose berbeda, ia jutek tak menoleh ke arah Robert dan langsung berjalan lurus ke depan. Sama sekali ia tak melihat Robert. Ini sedikit lucu.

Robert berteriak “ Hoi! Dasar, apasih maunya?” berjalan cepat menyusul Rose tanpa babibu memaksa melepaskan tas ransel yang penuh barang dan mengganti posisi menjadi dia yang membawa semua beban. “Puas?” ungkap Robert. Tapi Rose masih saja terdiam dan tetap berjalan.

Cukup lama Rose bertingkah mengabaikan Robert hingga pada akhirnya Robert mencari cara untuk mencairkan suasana. Ia kini berjalan di belakang Rose, dengan cerdiknya ia mencoba berakting dengan cara ia berbohong bahwa ia telah kesakitan digigit ular. Pertama Rose tak menghiraukan rengekan si Robert yang kesakitan, yang kedua pun sama. Hingga yang ketiga ia menoleh ke belakang lalu segera berlari menghampiri Robert yang tertinggal cukup jauh.

Rose panik, dia bingung apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Tanpa basa-basi tak memperhatikan bahwa wajahnya telah memerah, Rose segera mencoba mengeluarkan racun.

“Bertahanlah Robert!” dengan sesegera mungkin membungkukkan badan bersiap untuk menghilangkan racun dengan mulutnya. Melihat Rose bersikap seperti itu, Robert menunjuk ke arah kepala Rose seperti memukul kecil, “Dasar bodoh! Aku bohong tahu!” segera bangkit dari kejadian yang sungguh memalukan.

“Tapi racun itu sungguh nyata!” sahutnya, dengan badannya yang belum beranjak berdiri berbicara sembari mendongak ke arah Robert yang super tinggi.

“Itu cuma gambar bego! Aku bawa tinta lalu menggambarnya seperti gigitan ular,” pergi meninggalkan Rose.

“Keterlaluan,” Rose benar-benar kesal.

Setelah kejadian itu, Mereka terlihat canggung, sama sekali tak berbicara seperti biasanya. Rose tidak memikirkannya sama sekali karena hal seperti ini bisa dianggap biasa saja baginya. Tidak dengan Robert, Robert selalu mencari cara jahil untuk mengerjai Rose tapi Rose sama sekali tak menggubris kelakuan kekanakan Robert. Benar-benar membosankan, Rose tak mau tahu lagi. Meski Robert menyamar menjadi beruang kutub,jerapah, bahkan monyet sekaligus ia benar-benar hanya menyikapi dengan diam sehingga itu membuatnya elegan sekali.

Setelah berjalan begitu lama ia sampai di hutan paling dalam, di bawah air terjun yang besar mereka mencoba duduk dan makan terlebih dahulu, tentu saja tanpa berbicara hanya isyarat tubuh yang sama-sama terlihat letih membuat mereka goyah untuk mengisi tenaga. Waktu berlalu dan berubah menjadi malam. Dan mereka tidur di atas pohon yang amat besar. Rose tidak bisa tidur, ia melihat cahaya kuning kehijauan di semak-semak samping pohon. Banyak yang ia pikirkan saat itu, setelah Robert sedang tertidur pulas Rose segera turun dan mendatangi cahaya itu.

Cahaya itu sangat terang hingga membuat kesilauan yang luar bisa, cahaya itu juga berusaha menarik Rose ke dalamnya dan ia tertarik begitu saja dengan mudah.

Rose hilang.

tbc.

ROBERT : THE CHILD OF DRACULA (HIATUS SEMENTARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang