Part 2

29 4 3
                                    

Akhirnya mereka sampai di hotel yang tadi mereka lihat. Setelah mereka masuk, resepsionis tersenyum kepada kami dan berkata"Kenapa kalian sendirian, dik? Mana orangtuanya". Kami mau menginap sendirian bu. 2 kamar". Senyum Kevin. " Tapi, nak di sini kalian tidak boleh tinggal di hotel tanpa orang tua. Memang sudah peraturan hotel dik", senyum resepsionis sekali lagi. "Lebih baik adik pulang gih nanti dicariin orang tuanya loh". "Tolonglah mbak, orangtua kami terlibat masalah merekanmengusir kami dari rumah. Kami gak tau lagi dimana kami harus tinggal. Maka dari itu tolong kami, mbak", iba mereka. "Gimana ya dik, peraturannya memang kayak gitu. Maaf nak saya gak bisa melawan perintah. Lebih baik kalian pulang saja, mungkin orangtua kalian cuma bercanda atau mungkin masalahnya sudah selesai". "Tapi mbak..." "Mas, tolong antar anak-anak ini pulang", suruhnya apada security berbadan tegap yang sedang menjaga pintu. "Baik mbak. Yuk, sini nanti om anterin pulang". Senyum security itu. "Tidak mau om kami mau tinggal di sini". Kan sudah dibilang sama mbak resepsionis, hotel ini bukan tempat untuk anak-anak". Jengkelnya. "Yuk ikut om". Anak-anak tersebut meraung-raung dan menangis sekuat-sekuatnya kalau saja ada orang lain yang mau membantu mereka. "Gak mau om". Kemudian dari ruang karyawan, datang seorang laki-laki yang tampan dan tinghi tegap datang menghampiri mereka. "Ada apa ini pak?". Katanya kepada security tersebut sambil menatap anak-anak tersebut. Melihat manajernya datang, langsung ia melepas tarikannya pada anak-anak itu. "Ini pak, anak-anak ini datang sendiri tanpa orang tua. Mereka bilang orang tuanya mengusir mereka dan mempunyai banyak masalah terpaksa mereka harus menginap di hotel ini. Tapi peraturan hotel tidak mengizinkan. Makanya saya mau mengantar mereka pulang. Tapi mereka bersikeras tidak mau. Jadi bagaimana pak manajer?". "Pak tolonglah kami, kami tidak tahu harus tinggal dimana lagi". Iba mereka "Tolong kami pak". Merasa iba kepada mereka, ia berkata "Baiklah saya menerima kalian di sini, karena saya memang senang anak kecil". Senyumnya lembut. "Tanpa biaya sama sekali". "Wah, tapi kami banyak merepotkan bapak nanti, lebih baik kami gak jadi lah". Seru Echa yang tidak enak kepada bapak manajer terebut. "Tidak apa-apa nak, saya senang melihat kalian bahagia dan mempunyai tempat tinggal. Kalian sudah bapak anggap seperti anak bapak sendiri". Senyumnya lagi. "Te-teri-terima kasih p-pp-pak", isak mereka. "Ya sama-sama. Jen, tolong ambilkan kunci kamar no. 567 dan 568 untuk mereka". Tapi pak kamar itu belum dibersihkan pak. Bagaimana untuk sementara mereka menginap di kamar 240 dulu pak? Kan kamar itu sudah lama gak dipakai". Jen, berapa kali sudah saya bilang jangan sebut nama kamar itu lagi. Kamar itu sudah dilupakan. Biarkan mereka tinggal di sana, besok kamu suruh Joe untuk membersihkan kamar itu". Kemudian ia berpaling pada anak-anak lagi, "Yuk nak masuk ke kamar kalian masing-masing. Isrirahat dulu ya. Ikut Pak Yunus tuh". Kamu berpaling kepada bapak itu, kelihatannya dia agak tua dan sudah beruban. "Yuk dik, kita masuk ke lift", sebelum Echa masuk ke lift, ia melihat wajah sang manajer yang ketakutan dengan wajah yang memerah. Echa tidak memedulikannya dan terus naik ke lift. Tanpa mengetahui ada bahaya yang menunggunya di depan.

MAAF SAYA TERLAMBAT UPDATENYA. SAYA LEBIH BANYAK UPDATE YANG ROMANCE JANGAN LUPA VOTEMENT DAN COMMENTNYA,, YA. SELAMAT MEMBACA!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Darkness HotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang