Sesak

16 2 0
                                    

Ini menyangkut perasaan bukan permainan. Apakah aku terlalu bodoh?Atau kau yang terlalu egois memainkan permainan busuk ini

-Audya Arshylia Maharani

Back song : Sadis - Afgan

Dya POV

"Ada yang aneh dengan keadaan disekitarku, semua bau obat,mungkinmah aku dikamar mayat?sudah mati kah aku?.

Aku pun mulai membuka mata dan menyesuaikan dengan cahaya di jendela.Saat ku buka mata ada ranjang yang menompang mama dan madam tidur,di sofa pun ada papa.

Aku susah sekali bicara,bibirku kaku, mengingat kejadian kemarin.Sungguh sangat gila,pria yang membuat aku jatuh cinta,yang selalu aku anggap mencintaiku ternyata itu semua hanya kebohongan besar.

Apa lagi yang bakal kamu rencanin lagi Vin, kamu gak mikir ini itu hati,bukan mainan Vin,buat apa kamu membuat aku jatuh cinta jika akhirnya kamu yang menghilangkan cinta itu Vin.

Aku merakit harapan besar untuk bersamamu,dengan enaknya kau menghancurkan segalanya.

Pernahkah kau berpikir sedikit saja tentang aku? Dengan cara kotor itu kau menyakitiku,bagiku kau bukanlah pria yang gentelmen yang selalu aku banggakan,tapi kamu hanya sekedar banci yang mematahkan hati wanita yang membuatmu lupa jika ibumu seorang wanita.

Kenapa kau cepat pergi?
Kenapa kau cepat menghilangkan perasaan?

Apakah aku hanya tempat sementara untuk kau berlabuh?Dan akhirnya kau akan berlayar kembali mencari tempat abadi.

Untuk apa kau berlabuh,jika mencari tempat sementara,dan itu adalah aku.
Adakah tempat abadi untuk iblis sepertimu?

Ku harap hanya aku yang merasakan sesak ini.
Janganlah berlabuh,berlayar kembali lah untuk mencari tempat yang abadi.

Terimakasih sudah hadir dalam tempat sementara mu ini.
Jangan buat hati orang lain sesak seperti halnya aku.

Sesak

Sesak

Sesak

Aku bingung bagaimana aku menerima kenyataan ini Vin,
Tapi sudah lah aku harus berlayar kembali sepertimu mencari tempat abadi". gerutu dalam hati,yang tak ku sadari air mata ini menetes lagi untuk menangisi pria iblis itu.

Cklek...

Ada seorang wanita muda,sangat cantik dengan jas putih,ku yakin dia adalah dokterku.

"Audya?" ucap dokter itu.

"Dya saja dok" Jawabku.

"Baiklah,saya Wiratama Agnesia" Ucap dokter itu.

"Panggil saja Tama,biar lebih dekat" Tambah dokter itu,dan aku hanya mengangguk.

Tama pun langsung memeriksa keadaanku.

"Jangan terlalu banyak pikiran ya dya" Pesan dokter itu dan dipanggul olehku,dokter itu pun pergi.

"Dy" Panggil mama.

"Iya ma" Jawabku.

"Kamu sudah sadar sayang?" Tanya mama.

"Iya ma"Jawabku.

"Sist ekeu pulang dulu ya ini udh ngantuk berat,dy jaga kesehatan km ya" Ucap madam sambil menyeimbangkan jalannya.

"Siap bos" Ucapku sambil tertawa kecil.

Madam pun pulang kerumahnya,ya dia pasti cape udah nungguin aku sadar,huft karena Malvin semua jadi repot. Sudahlah tidak ada kata Malvin lagi.

"Dy,Papa yakin anak papa kuat" Ucap papa yang membuatku meneteskan air mata.

"Tapi pa kenapa harus dya?" Tanyaku sambil mengusap air mata.

"Karena kamu bisa" Ucap papa yang menyadarkan aku,cobaan ini bukan berarti Tuhan tidak mencintaiku,tapi bahkan tuhan mencintaiku lebih dari yang aku tau.

"Mama dan papa akan selalu mendoakanmu" Entah mengapa air mata ini terus menetes,sesak di dada terasa berat untuk dikeluarkan.

"Doa mama dan papa akan menjadi kekuatan dya" Ucapku dengan tangis terisak.

Mama dan papa hanya tersenyum melihatku.

Tok..tok
Cklek..

Rasa sesakku semakin berat ketika melihat om Heri dan Tante Riri yang mendorong mama nya Malvin menggunakan kursi roda,berat rasanya aku bertemu,bahkan berbicara pun aku tak sanggup. Aku yakin mama Malvin bukanlah wanita yang semena mena pada orang lain.

Ini salah Malvin,lantas alasan apalagi yang membuatku harus membenci keluarganya.Aku akan berusaha kuat,aku akan berusaha memaafkannya agar hati ku damai.

"Assalamualaikum" Ucap Om Heri,Tante Riri dan mama Malvin.

"Waalaikumsalam" Jawab papa dan mama.

Mereka pun menghampiriku,aku semakin sesak tapi mama menggenggam erat tanganku,aku harus kuat!!! Setidaknya demi mama dan papa.

"Dy,maafin Malvin Dy"Ucap Mama Malvin.

"Ma-af kan" Tambahnya dengan Isak sesak keluar lewat air mata,aku mengerti,karena aku merasakannya.

"Tolong maafkan kami"Ucap Om Heri.

Mama semakin mengeratkan genggamannya.

"I-ya" Ucapku sambil menahan sesak ini.

"Kita tau Dy berat untuk memaafkan Malvin,tapi tante mohon setidaknya jika kau memang tidak bisa memaafkannya jangan memutuskan tali silaturahmi ini" Tambah Tante Riri.

"Aku tak mungkin menghancurkan persahabatan istriku,dan aku yakin Malvin punya alasan untuk semua ini" Ucap papa.

"Mungkin kita sebatas sahabat jeng,tidak ditakdirkan untuk menjadi besan seperti cita cita kita"Ucap mama sambil menghampiri mamanya Malvin dan memeluknya.

"Insyaallah jika kalian mendukung dya,Dya tidak akan menyerah" Ucapku yang sudah tak bisa menahan sesak ini akhirnya aku pun menangis tersedu sedu.

"Kita akan mendukung mu Dy,kamu akan segera wisuda,lebih baik kamu jaga kesehatan kamu" Ucap om Heri yang di angguki oleh ku.

***

Author POV

5 hari sudah dilalui dya,sekarang tubuhnya mulai segar bugar lagi. Dya sekarang lebih banyak tertawa dari sebelumnya.

Mereka pun pulang ke rumah,karena tak terasa 2 hari lagi dya akan wisuda.Mereka menelusuri kota pagi hari dengan perasaan senang karena akhirnya dya sembuh dan mulai menerima kenyataan.

1 jam sudah perjalanan mereka akhirnya sampai dirumah.

Tok toktokkk

"Non dyaaaaaaaaa" Ucap mbok Arni.

"Non gimana kabarnya?" Tambah mbok Arni.

"Seperti yang mbok liat,dya baik baik saja" Jawab dya.

"Silakan masuk tuan,nyonya" Ucap mbok Arni yang dibalas senyum oleh Dyni dan Andre.

"Si non udah datang" Ucap mang idi.

"Iya dong mang" Jawab dya.

"Uluh meni sumanget kieu" Ucap mang idi.

"Pasti dong mang kan dya udah sehat" Jawab dya,mang idi hanya menggeleng gelengkan kepala.

" Dya ke kamar dulu ya" Ucap dya uang dianggukin oleh mamanya.








Berlabuh atau Berlayar Kembali?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang