Mei, 2005
"Tinggal satu nasi goreng lagi kan? Mohon ditunggu sebentar ya.."
Minhyung membungkuk sopan pada pelanggan di hadapannya. Lalu berjalan mundur menuju dapur untuk mengantarkan daftar pesanan.
"Eommeoni! Meja 5 masih kekurangan nasi goreng.." Kata Minhyung ke arah sang ibu yang sibuk memasak di dapur.
Doyoung eomma yang mendengar suara putra sulungnya tersebut, melongokkan kepala dari ruang dapur dan mengangguk.
"Ya.. eomma sedang membuatnya.. sebentar lagi selesai.." Jawabnya.
Dengan cekatan, wanita paruh baya itu mencampurkan bumbu yang sudah dihaluskan oleh asisten dapurnya, dengan nasi matang yang berada di dalam panci berukuran besar. Doyoung eomma tampak serius membuat pesanan para pembeli yang menunggu di ruang makan di restorannya.
Restoran? Ya, Doyoung eomma memiliki restoran yang ia bangun sendiri dan ia kelola bersama kedua putranya. Sesuai dengan permintaan sang suaminya dahulu, Doyoung eomma benar-benar membuka rumah makan sendiri. Restorannya sangat laris karena masakan Doyoung eomma memang sangat lezat dan digemari pelanggan.
Kedua putranya yang membantu sang ibu membangun rumah makannya dari nol, bekerja sebagai pramusaji di sana. Sebenarnya, ibu mereka sudah merekrut beberapa pramusaji baru, namun terkadang Jeno dan Minhyung suka ikut membantu di waktu senggang. Apalagi saat hari Sabtu dan Minggu dimana biasanya restoran akan penuh oleh pembeli.
Selesai memberikan daftar pesanan pada sang ibu, Minhyung keluar lagi dari aera dapur dan berjalan menuju meja lain untuk membereskan beberapa piring kotor disana. Ia menumpuk piring-piring tersebut dan membawanya ke ruangan cuci piring, dimana akan ada asisten dapur yang bertugas mencuci piring dan gelas kotor disana.
Saat berjalan menuju ruangan cuci piring, Minhyung tak sengaja melewati meja dimana ada ketiga gadis tengah duduk dengan wajah terkejut. Mereka bertiga terkagum-kagum melihat ketampanan wajah Minhyung.
"Wahhh.. tampan sekali dia.." Kata salah satu wanita yang berbaju hijau.
"Ayo cepat kita pesan makanan ke dia! Aku ingin melihat wajah tampannya lagi!" Celetuk temannya yang rambutnya dikuncir kuda menggunakan pita berwarna pink.
Disebelah mereka, teman mereka yang berpenampilan kutu buku dengan kacamata tebal, hanya mengangguk-angguk polos.
"Ehem! Jeogiyo.. saya mau pesan makanan.." Seru wanita baju hijau itu ke arah para pramusaji.
Namun, bukannya Minhyung, malah Jeno yang datang menghampiri mereka. Ia sudah siap menanyakan pesanan mereka sebelum wanita itu kembali berbicara.
"Uhmm.. maaf.. tapi saya memanggil pelayan yang itu.. disana.. bukan Anda.." Ucap wanita itu.
Kedua temannya mengangguk-angguk mengiyakan dengan tangan yang menunjuk-nunjuk Minhyung yang sudah kembali dari ruang cuci piring. Jeno tentu saja bingung dibuatnya. Wanita itu kembali memanggil Minhyung.
Akhirnya, Minhyung pun datang ke arah meja wanita itu. Membuat Jeno langsung menyingkir dari sana sambil memutar bola matanya malas. Ia memang selalu jadi korban karena sikap sok tampan dan tebar pesona dari kakaknya itu.
"Hemm.. iya.. mau pesan apa ya, noonadeul?" Tanya Minhyung sambil tersenyum.
Wanita yang memanggil Minhyung itu hanya terkekeh dan meremas buku menu dengan gemas. Bukannya melihat menu untuk memesan, ia malah sibuk memandangi wajah tampan Minhyung. Disebelahnya, kedua temannya merasa meleleh melihat senyum Minhyung yang melengkapi ketampanan Minhyung itu. Sungguh ciptaan Tuhan sangatlah indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATHER
FanfictionBagi Minhyung dan Jeno, Ayah mereka adalah sosok yang berarti dalam keluarga. Sosok kepala keluarga yang tegas, kuat, dan pekerja keras, namun bisa menjadi sosok yang penyayang. Dan meskipun dirinya tak lagi berada di samping mereka, beliau adalah s...