Ketika kenangan yang indah terbentuk. Maka suatu hari nanti, kenangan itu akan berubah menjadi bomb waktu berjalan yang dapat membunuhmu kapan saja. Membunuh diri kita dengan masa lalu yang sewaktu – waktu akan meledak, melepaskan kenangan – kenangan indah yang dulu pernah dibuat. Dibuat oleh seseorang, yang sangat berarti. Terkadang juga, kenangan – kenangan itu meledak ketika hujan mulai turun. Disaat butir – butir air membasahi permukaan bumi, menyelimutinya dengan anugrah tuhan yang tidak terkira ini.
Saat ini, di tempat perjanjian ini, rintik – rintik hujan mulai turun membasahi diriku yang tengah berdiri di tepi dermaga. Angin laut yang berhembus menerpa ku, seakan – akan berbisik tentang peristiwa – peristiwa indah nan kelam dulu. Peristiwa hitam yang tidak akan pernah aku lupakan selama aku masih bernafas.
"Hujan? Mengapa, hujan kali ini, terasa sangat menyakitkan?' Ucapku sembari menatap lautan lepas di depan sana.
"Rasa sakit ini, kenapa rasa sakit ini, setelah sekian lama muncul kembali?"
Aku menatap laut lepas, biru, dengan sedikit cahaya putih di ujungnya, dan beratapkan awan hitam di atasnya. Pemandangan ini, mengingatkanku pada waktu itu. Waktu dimana 'dia' mengucapkan sebuah kalimat cinta dan menghilang.
"Laksamana!" Teriakku sembari berlari menghampirinya.
Andre yang saat itu masih berdiri di dermaga, menunggu semua kru kapalnya naik dan bersiap untuk pergi menoleh ke arahku. Andre memberikan senyuman ketika melihatku menghampiri dirinya.
"Shigure, .... Kau datang ya, ...." Ucap Laksamana dengan nada pelan.
"Jadi, kamu akan pergi hari ini?" Tanyaku.
"Iya, ...." Laksamana tersenyum kecil kepadaku.
Aku menundukkan wajahku, memendam perasaan sedih karena dia, orang yang aku cintai akan pergi untuk menjalankan tugasnya di laut lepas sana. Laksamana yang melihat ku langsung mengangkat dagu ku agar melihat wajahnya. Dengan senyuman yang masih terukir jelas diwajahnya itu, dia berkata, "Jangan bersedih, wajahmu itu jadi tidak manis lagi ketika kamu murung."
Aku tersenyum kecil, "Seperti biasa, kamu memang suka ngegombal."
Perlahan, dia mendekatkan kepalanya padaku. Dia menempelkan jidatnya dengan jidatku dan kami pun memejamkan ke dua mata kami. Suasana berubah menjadi hening, hanya suara rintikan hujan dan angin yang menemani kami. Tiba – tiba, dengan suara yang sangat pelan. Laksamana memanggil namaku, " Shigure, ...."
Mendengar itu, aku membuka mataku secara perlahan. Terlihat tetesan air mengalir dari atas kepalanya, mengalir turun melewati wajah tampan itu.
"Di hari ini, di waktu ini, dengan dermaga dan rintikan hujan ini sebagai saksinya, aku akan mengatakan sesuatu padamu," ucap Laksamana yang masih tetap memejamkan matanya.
YOU ARE READING
Short Story
Historia CortaKumpulan cerita pendek yang saya buat. Well, i think i will let the first story to be there and just add another story and contiued. Even thou the first story not in an English language hahaha