Prolog

1.7K 72 0
                                    


Guntur membuka pintu kamar Helena, gorden berkibar di terpa angin, sinar purnama menelusup masuk, membuat kamar itu sedikit lebih terang.

Helena tidur meringkuk, matanya terbuka, tapi dia bergeming tanpa suara.

Guntur menyalakan lilin, mati lampu membuat penghuni rumah pemulihan jiwa itu histeris.

Tapi tidak untuk Helena, dia berkarib dengan kegelapan, toh pada akhirnya kita semua akan kembali dalam kegelapan.

Sebuah sosok terlihat berdiri di kejauhan mengintip ke arah jendela, mengamati dalam remang.

Ketika Guntur tanpa sengaja melihat sosok itu saat menutup jendela, sosok itu berlari menjauh.

Siapakah dia?

"Anton.. " Helena bergumam, dia masih bergeming dengan mata terbuka.

Guntur menengok, menghembuskan nafas, kemudian meninggalkan kamar itu.

------ $$$$$$ -------

Dua perempuan sedang bertatapan mata, wajah mereka hampir serupa, rambut ikal kecoklatan, mata coklat terang, kulit putih pualam, semua hampir serupa.

"Kau beruntung, tak disembunyikan ibumu dari ayah," kata salah satu diantara mereka.

"Karena ibuku mendapatkan ayah secara resmi, kenapa harus disembunyikan," jawab yang lain, terasa mengejek di kuping lawan bicaranya.

"Yang kau punyai harusnya menjadi milikku!" Teriak peremluan pertama.

"Aku tidak merebutnya,  kamu yang tidak memiliki kesempatan," lagi-lagi seakan mengejek di telinga lawannya.

Perempuan pertama meradang, di cekiknya perempuan kedua itu, mereka beradu.

Helena, telah membunuh dirinya sendiri.

Dalam kepalanya.

------ $$$$$ ------

Ajeng menikmati Wedang uwuh di senjakala.

Saat senja adalag waktu-waktu yang sakral, dimana manusia dilanda kebingungan.

Rosulullaah melarang tegas untuk tidur di kala senja, karena begitu bangun kita akan dibuat bingung dengan pergantian antara siang ke malam

Saat para Jin bangun dari tidurnya, keluar dari persembunyiannya.

Maka masuklah dalam rumah, tutup pintu-pintumu, berdzikirlah.

Malam ini bulan Purnama, terlalu banyak cerita manis yang membawa perih ketika di kenang.

Dari jendela rumahnya di Hereford, sebuah kota kecil antara Inggris dan Wales, pikiran Ajeng melanglang ke Rumah pemulihan.

Diangkatnya gawainya, mencari nama Guntur di kontak whatsapp nya.

----- $$$$$ ------

Pagi.

Guntur membuka pintu kamar Helena, diikuti salah seorang perawatnya, perempuan mungil dengan seragam putih, kerudung putih berenda yang manis membingkai wajahnya.
Helena sudah bangun, dia duduk di ujung ranjanganya, masih bergeming, kali ini tersenyum.

Guntur tersenyum menyapa "Helena?"

Perempuan itu menelengkan wajahnya kearah Guntur, tersenyum.

Deg. Senyum yang berbeda, senyum yang sangat Guntur kenal.

"Ya, Gun? Kau salah menyapa, aku Ajeng." suara perempaun itu renyah menjawab, gaya bicara yang berbeda.

Senjakala 2 : Rembulan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang