Maka Pastikan

1.4K 74 15
                                    

Guntur mendengar dengan penuh perhatian setiap kata dari saudara sepupunya. Dia sudah mengenalnya semenjak masih kecil . Mereka adalah teman sepermainan.

Dia sangat mengenal Diandra, jadi Dia baru menyadari bahwa saat ini Diandra sudah tidak sanggup lagi menampung semua kesedihannya lagi . menahan gejolak batinnya untuk tidak menceritakan rasa sedihnya. perasaan tertekan dan merasa bersalah.

Guntur sering menjumpai perempuan yang sedemikian kuat menjaga harga diri pasangannya hingga rela mengorbankan kewarasannya. Diandra bukanlah tipe seorang istri yang mudah meluapkan emosi dan perasaannya lewat tulisan di medsos .

"Kami berdua memang sengaja tidak memeriksakan diri Gun, supaya tidak ada saling menyalahkan diantara kami ,"

Diandra memalingkan muka, membela diri dengan berdalih .

"Kenapa? Bukankah dengan memeriksakan diri akan mengurangi kecurigaan satu sama lain dan mendapatkan solusi tepat , "

Guntur menyandarkan tubuhnya di sofa. mencari posisi yang pas dan nyaman.

"Mau wedang jahe merah ? "

tawar Guntur setengah membujuk . Belum sempat Diandra menjawab , Guntur beranjak menyuruh salah satu staff untuk membuatkannya .

" Jahenya yang hangat mampu memperlancar peredaran darah, ketika peredaran darahmu lancar maka rasa letih dan penat akan berkurang, dengan begitu kamu bisa berfikir tenang dan jernih ,"

sindir Guntur saat kembali duduk di sofa.

"Gun, bagaimana jika salah satu dari kami memang tidak subur? "

Diandra menundukan wajah, memainkan telunjuk jari di sofa, hal yang sering dilakukan Diandra saat sedih.

"Bagaimana jika kalian berdua subur?"

Guntur balik menanyakan dengan menegaskan kata kalian berdua.

Hening. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. seorang staff Guntur masuk membawa dua gelas minuman. menganggukkan kepala pada Guntur setelah meletakkan minuman yang dibawanya.

" Di, kenapa kita harus takut dengan persangkaan kita sendiri. Persangkaan yang bahkan belum terjadi ? "

Diandra masih terdiam telunjuk jarinya beralih memainkan gelas berisi wedang jahe merah yang sudah disajikan.

"Kenapa kita tidak berusaha memastikan dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, sama-sama menguras hati dan emosi, tapi menahan prasangka tidak menghasilkan apa-apa.

Dengan memastikan, mungkin pertengkaran tetap akan ada, tapi setidaknya tidak memunculkan prasangka satu sama lain, dan yang pasti kalian bisa menentukan langkah dan solusi apa yang harus dilakukan,' Guntur berusaha memberikan penjelasan

" Tapi Gun, mas Yusuf yakin kami berdua tidak bermasalah, hanya saja dari perlakuan keluarganya seakan-akan masalahnya ada di aku," terlihat roman sedih Diandra.

"Maka pastikan, yakinkan, tidak salah juga kan ? "

tegas Guntur meyakinkan Diandra.

"Bukanlah sekarang saja kamu mulai meragukan keyakinanmu itu?"

Diandra sesaat terdiam, sebagai seorang dokter seharusnya dia berfikir hal yang sama, bukankah itu juga yang selalu dia sarankan pada pasiennya.

Tapi jika mengenai diri sendiri semua teori tiba-tiba akan luruh begitu saja.

----- $$$$$ -----

Ajeng dan Greta memasuki gedung yang terlihat seperti gedung perkantoran biasa. dari dalam kaca mobil nampak dengan jelas tulisan

"Hereford Islamic Centre"

Tidak terlalu mencolok, gedung khas pedesaan britania nampak sederhana. Tapi begitu memasukinya akan terlihat suasana islaminya.

Beberapa Hiasan kaligrafi tergantung, kalimat dengan quote berbahasa inggris dan arab yang dikutip dari hadits dan ayat-ayat suci.

Rak berisi buku tersusun rapi di ruang tamu. Setelah menurunkan Ajeng , Greta segera berlalu ke kafe kopi terdekat.

Seorang perempuan berkulit terang berkerudung menyambut Ajeng.

"Assalamu'alaikum ukhty, ada yang bisa kami bantu?" sapanya dengan bahasa inggris tanpa aksen wales, mungkin pendatang seperti dirinya.

"Wa'alaikumsalam, saya baru datang dari Indonesia, Apakah diperkenankan mengikuti kajian disini ? jika ada? Atau ada kegiatan lain yang diperbolehkan untuk pendatang baru seperti saya ?"

jawab Ajeng, sorot mata Wanita bermanik coklat kebiruan itu teduh dan ramah. menebarkan aura nyaman bagi setiap orang yang memandang. Ajeng merasakan kenyamanan itu

"Barakallaah, tentu bisa, perkenalkan nama saya Maryam, anda?"

"Saya Ajeng,"

Ajeng memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya , Maryam menyambut dengan hangat dan erat . sebuah perkenalan singkat yang menyenangkan.

" Sebentar Saya ambilkan pamflet jadwal kajian dan kegiatan rutin kami," Maryam berdiri menuju sebuah rak dipojok ruangan.

Ajeng mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. di balik sebuah pintu Ajeng mendengar sayup-sayup seorang tengah mengaji.

---- $$$$$ ----

Guntur mengantarkan Diandra keluar, memperhatikan mobil Diandra melaju pergi.

Banyak orang fokus hanya pada apa yang tidak dimiliki dan melepaskan perhatian pada apa yang sudah digenggaman.

"Dok, kami menemukan ini di kamar nenek Sonna," seorang staff menyambutnya dan memperlihatkan sesuatu di tangannya .

"Apa ini?" Tanya Guntur seketika.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senjakala 2 : Rembulan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang