Suara dering bel pagi ini menggema menghiasi lingkungan sekolah, diikuti dengan helaan nafas kesal dari para murid yang sebagian besar mengeluh karena belum sempat selesai mengerjakan pr.
Ah, lebih tepatnya, mencontek.
Termasuk dengan satu kunyuk ini yang langsung terbirit - birit menyalin jawabanku di halaman bukunya sambil mengomel."Apaan sih, kok udah bel!? Ini kan masih jam 7 kurang!"
Tulisan yang semula ditulisnya masih rada bisa dibaca, kini benar - benar nyaris ngga bisa dibaca sama sekali! Belum lagi banyak kata kata yang hurufnya tertinggal, seperti "Bekerja" menjadi "Bekerj" atau "Semakin" menjadi "Semak"
Hebat sekali, kan?
Oiya, kenalkan aku Ara,
Ara Gelasia Henzie.Merupakan salah satu murid di kelas 11 MIPA 1 di SMA Nusantara.
Kata mama, Ara itu artinya berpendirian keras. Gelasia, diambil dari bahasa yunani yang artinya gadis yang gemar tertawa. Sedangkan Henzie, artinya suci. Dan sepertinya benar apa kata orang, nama adalah doa. Karena aku tumbuh menjadi seorang gadis yang tegas, recehnya luar biasa, tapi tetap suci, dong.
Buktinya sampe umur 16 tahun ini aku belum pernah dipeluk atau digandeng sekalipun sama cowok.
Ya, walaupun sebenernya ini antara suci atau emang jomblo, sih..
Penampilanku bisa dibilang biasa - biasa aja, aku seorang gadis yang tinggi, ngga gendut ngga kurus juga. Rambutku panjang bergelombang, berwarna hitam pekat. Mataku berwarna cokelat, dan aku memiliki garis keturunan arab. Tapi arab beneran ya bukan arab - arab cemas.
Kalo dibilang cantik.. nggatau, deh. Dibilang famous juga, kayaknya ngga termasuk.
Tapi bukan berarti aku anak yang ansos juga, loh.Aku bukan tipe anak yang menggunakan seragam dikecilkan hingga seperut dengan rok menggantung, dipadukan kaos kaki dibawah mata kaki atau mungkin anak yang menggunakan liptint di bibir dengan warna yang subhanallah merahnya, dan bukan juga tipe anak yang menggunakan seragam berantakan, ngga pakai dasi, dan ngga bawa tas ke sekolah.
Aku menggunakan seragam ya sewajarnya aja, tetep dikecilin sih, tapi ngga sampe seperut juga. Roknya juga gantung, tapi ya ngga sampe sebetis juga.
Kalo lagi diharuskan pake dasi, ya pake. Tapi kalo engga, ya ngapain. Cuma lebih sering gapake juga sih, abisan sesek, woi.Nah, kalo kunyuk yang sedang terbirit - birit menyalin jawaban ini, namanya Arya,
Arya Adelino Dirgantara.
Iya, tau. Namanya emang keren. Tapi orangnya boro - boro. Tengil iya, autis iya, menyebalkan? Jangan ditanya lagi!
Dikit - dikit teriak, dan selalu bikin guru gondok.Tapi.. kalo diperhatikan lagi, pas dia lagi kalem gitu, ganteng sih..
Dia tinggi, badannya bagus. Anak club basket dan taekwondo juga. Badannya selalu wangi! Mukanya arab - arab gitu juga, sama kayak aku. Kulitnya sawo matang dan matanya cokelat tua.
Dan satu lagi, kulitnya tuh lembut banget, bener - bener lembut gitu woi. Selembut sutra apa ya? Lembut banget sih.. aku yang cewek aja kalah jauh.Dan gitu - gitu, dia masuk ke list cowok populer di sekolah, loh! Fansnya banyak gitu. Dari mulai degem (adek kelas gemes), kagen (kakak kelas genit) bahkan sampe guru yang lagi magang sekalipun! Belom pada tau aja kali ya sifat aslinya gimana.
"Fyuuhh.. akhirnya kelar juga. Puyeng gua." ujar Arya sambil sok ngelap keringat.
"Lo mikir aja ngga, cuma nyalin doang. Puyeng apanya coba." ujarku sambil menjitak kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Hopes [Slow Update]
Teen Fiction"Gaya lo cantik," "Gaya - gaya, lo kira gua lagi berenang!" "Lo jutek, tapi menarik." "Apaan sih." "Lo terlalu mempesona, sampe mampu ngebuat gua jatuh. Gua sayang lo, Ra." ujar Arya, sambil menatapku dengan sorot yang teduh. ------ all rights rese...