Sepertinya, sore ini langit sedang bersedih, karena hujan turun begitu deras menghantam bumi. Sebenarnya aku suka hujan, tapi sepertinya untuk kali ini skip dulu, deh. Soalnya aku terjebak di sekolah, sendirian. Murid - murid yang lain sudah pulang terlebih dahulu, karena memang jam pulang sekolah sudah berakhir sejak dua jam yang lalu.
Kenapa aku masih berada di sekolah hingga sekarang? Itu karena nasib sial sepertinya sedang menimpaku.
Tadi, saat aku sedang ingin berlari menuju parkiran untuk taruhan dengan Gerald (yang menang boleh menjadikan yang kalah budak selama dua hari), aku malah dipanggil oleh Bu Dea, untuk membantunya mengoreksi ulangan matematika, karena beliau ada urusan mendadak.
Padahal kapan lagi jadiin Gerald sebagai budak!
Jadi, taruhannya dibatalin, deh. Sebenarnya aku amat sangat mager sekali, rasanya ingin langsung kabur aja tadi.
Tapi.. mau gimana lagi? Saat Gerald mendengar kalau aku dipanggil Bu Dea, dia sudah langsung kabur lebih dulu. Padahal kan aku bisa minta bantuan dia juga, sialan.
Jadi mau ngga mau, deh. Mau nolak juga ngga enak. Ditolak itu kan ngga enak ya, gengs. Apalagi kalo ditolak pacar, jiyaa jadi baper gini kan.
Jadi yaudah, itung - itung buat nambah nilai matematika aja lah ya.
Dengan sengaja. aku merentangkan tangan untuk sekedar merasakan air hujan yang turun, dingin.
Jadi inget siapa ya, yang dingin - dingin gini.Selama beberapa saat, aku terdiam.
"OH, DATHAN!" ujarku girang sambil menjentikkan jari. "Lah, apasih. Random banget tiba - tiba jadi Dathan! Ini pasti gara - gara tadi abis digosipin sama Rachel, makanya jadi keinget ke dia."
Dathan Felix Bastian,
Cowok yang terkenal dingin, cuek, berperawakan tinggi, berkulit putih bersih seperti susu, matanya berwarna cokelat muda, sama kayak rambutnya.Iya, bentukan dia kayak gitu karena dia punya garis keturunan dari Jerman. Berbanding terbalik dengan Arya yang berkulit sawo matang. Mungkin mereka kalo dampingan udah kayak kopi dan susu.
Okey, lanjut ke Dathan.
Dia anak club basket juga sama kayak Arya. Jadi secara ngga langsung, makin membuat dia populer dan dikejar - kejar oleh kaum hawa, atau bahkan terobsesi.
Jarang - jarang kan ada bule masuk di club basket? Tapi dia ngga pernah sekalipun menoleh ke arah para kaum hawa tersebut.
Boro - boro noleh, lirik aja engga! Seolah - olah mereka cuma upil - upil yang bertebaran aja. Padahal yang ngejar tuh ngga jarang yang cantik, malah bisa dibilang cantik semua. Ibaratnya kalo mau dibilang pantes sama dia atau engga, ya pantes!
Aku sih yakin 99%, pasti dia homo!
Abisan yang bener - bener aja, lah. Masa dari segitu banyak cewek ngga ada yang ngebuat dia tertarik, sih?
Dulu pernah ada cewek, keturunan luar juga, jadi bentukannya mirip - mirip lah sama Dathan, dia suka sama Dathan.
Namanya Emily. Bentukannya ngga usah dijelasin lah, ya? Mirip Dathan pokoknya. Bertubuh tinggi langsing, berkulit putih dan mulus parah! Warna matanya abu - abu campur cokelat gitu, dan rambutnya cokelat muda tapi pirang gitu.
Pokoknya cantik deh, sumpah! Kayak barbie banget. Dia termasuk anggota club cheerleader yang secara ngga langsung menjadikan dia sebagai ketua geng yang paling hitZ di sekolah. Yang tentunya membuat dia mendapat point lebih di pandangan para kaum adam, maupun hawa.
Emily ini pernah nembak Dathan tahun lalu, saat tim basket Dathan menang melawan rival sekolah kami. Cara nembaknya rada cheesy gitu, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Hopes [Slow Update]
Novela Juvenil"Gaya lo cantik," "Gaya - gaya, lo kira gua lagi berenang!" "Lo jutek, tapi menarik." "Apaan sih." "Lo terlalu mempesona, sampe mampu ngebuat gua jatuh. Gua sayang lo, Ra." ujar Arya, sambil menatapku dengan sorot yang teduh. ------ all rights rese...