6. The End

48 8 1
                                    


Hari ini aku sibuk. Dosenku memberi sebuah tugas kelompok yang harus diselesaikan hari ini. Aku ingin mengoles kepalanya yang botak dengan shampo agar ia terhina. Aku bercanda, sepertinya aku tertular virus lelucon Baekhyun. Aku ingin menemuinya. Kalian pasti tau siapa, karena hanya dia yang ingin kutemui, tapi hari sudah terlalu larut malam. Baekhyun pasti sedang istirahat, dan aku juga membutuhkan istirahat.

Akhirnya aku bebas hari ini. Holiday, di akhir pekan salah satu hari yang kutunggu karena aku bisa menemani Baekhyun dari pagi hingga sore. Aku sudah mengecek penampilanku dikaca, seperti hari saat aku mau menemuinya di halte.

Hampir 1 jam aku membenahi penampilanku. Bahkan aku membeli sebatang coklat untuk membalas coklatnya yang kemarin. Padahal pada kenyataannya aku ingin memberinya coklat seperti bagaimana seorang kekasih memberi hadiah kecil untuk pasangannya. Oh tidak, wajahku memerah hingga ketelinga lebarku.

Aku sudah sampai di taman rumah sakit. Saat dimana orang akan merasa sedih dikala masuk rumah sakit, aku malah tersenyum idiot. Lupakan, wajahku terlalu tampan untuk dikatakan idiot. Seperti merasa dejavu, menunggu Baekhyun berjam-jam tanpa kehadirannya.

Aku duduk di bangku yang biasa kita duduki, mengenang dan mengingat sudah berapa lama kita mengobrol disini. Namun sudah setengah jam ia tak datang. Apa yang kali ini terjadi? Apa ia sudah pulang?. Seorang suster dengan wajah sedih menghampiriku. Oh, apakah ini kejutan dari orang itu?

"Ia sudah pulang.... sudah berpulang di sisi-Nya, kemarin" waktu seolah terhenti. Nafasku tercekat. Dadaku terasa sakit. Suster itu pasti bercanda. "Apa ini salah satu kejutan yang ia berikan?" aku bertanya pada suster itu. Suster itu menghela nafas lalu memberikan sebuah bungkusan kado padaku. Kado yang dibungkus rapi dengan pita merah muda yang manis.

"Ia meninggal pukul sembilan pagi kemarin dan sudah dikuburkan sore kemarin. Rumah terakhirnya berada di pemakaman sebelah rumah sakit" aku tak dapat membendung air mataku. Mereka turun begitu saja. Luruh seperti sungai yang mengalir.

"Terima kasih banyak" aku mengambil bingkisan itu lalu berjalan pergi ke pemakaman yang dimaksud suster tadi. Aku masih berdoa agar semua ini tidak kenyataan.

Pasti ia sedang merencanakan kejutan seperti yang ia katakan kemarin. Namun sekarang, tepat didepanku, sebuah nisan yang masih baru dan penuh dengan bunga, terukir jelas namanya, dan tanggal kemarin, Rest in Peace 'Byun Baekhyun' 06 Mei 1992 – 24 September XXXX. Aku terjatuh dengan lututku yang menyentuh tanah pemakaman itu.

"Kenapa? Kau tidak pernah mengatakan padaku apapun tentangmu. Kenapa? Hanya lelucon yang selalu terujar oleh bibir manismu. Kenapa? Kau meninggalkanku....." aku menangis lebih keras. Menumpahkan segala perasaan yang kutahan semenjak dirumah sakit.

"Maafkan aku... maafkan aku tidak dapat mengantarmu pulang kemarin. Apa kau menghukumku dengan pulang lebih cepat? Kenapa kau tidak menungguku hm? Kau curang!"

[Recomended Song : Kiss the Rain – Yiruma]

Eommaku menelepon berkali-kali, ia pasti mencariku. Namun aku belum bisa pulang. Keadaanku yang berantakan akan sangat membuat Eommaku khawatir, walaupun aku bukan anak manja. Aku mengingat pertama kali aku dan dia bertemu. Di halte dekat rumah. Aku berjalan kesana. Duduk disana, sambil memangku kado yang sedari tadi kubawa.

Gerimis tiba-tiba turun. Benar-benar mirip seperti pertama kali kami bertemu. Aku kembali menangis dalam diam. Dengan setengah hati, aku membuka kado tadi. Isinya hanyalah banyak burung bangau, saputangan ku, dan selembar surat. Akupun membaca surat yang berada dibawah tumpukan bangau berwarna-warni itu

'Hei kawan terima kasih atas segalanya, kuharap kamu mau membaca surat ini. Karena kalau kamu membacanya, itu berarti aku sudah pulang. Dulu aku sangat menunggu waktu ini, waktu aku bisa bertemu Appa dan Eommaku yang sudah lama tiada. Namun, beberapa minggu terakhir, aku merasa berat meninggalkan dunia karena ada seorang yang membuatku bertahan menjalani rasa sakit ini. Kamu pasti tidak menyangka jika aku seorang pasien dengan penyakit kangker hati dan leukimia secara bersamaan.... tragis kah? Tapi tenang saja, aku masih bersyukur pada Tuhan setiap hari.

Masih ingat pertama kali kita bertemu? Aku berada di halte saat hujan? Saat itu aku sedang kabur dari rumah sakit. Saat itulah aku mulai jengah melawan kangker dan leukimia bersamaan. Aku berharap mati dijalan, dan bertemu malaikat. Dan semuanya gagal, karena jaket hangat milikmu. Aku tidak mati, namun aku tetap bertemu malaikat. Bolehkan aku memanggilmu begitu?

Malaikatku....

Kamu begitu baik, senyummu manis, leluconmu tidak sejelek milikku, dan kamu membuatku merasakan rasanya disayangi. Apa kau menyayangiku? Sebagai teman......

Bolehkah aku jujur, aku menyukaimu. Tidak, lebih tepatnya aku mencintaimu. Maafkan aku kalau membebanimu dengan perasaanku. Lebih bersalah lagi saat aku tau kamu sepertinya menyukaiku, karena setelah ini aku tidak dapat duduk mendampingimu. Apa aku terlalu percaya diri? Kkkk~

Alasan kenapa aku tidak lagi menemuimu di halte adalah karena ini. Setelah 3 hari sering kabur dari perawat hanya untuk ke halte, tubuhku menyerah. Aku tidak kuat berjalan sampai ke halte lagi. Aku sedih saat harus mendekam di kamar rawat. Jadi aku memilih duduk di taman itu, atau setiap malam membuat bangau-bangau kertas.

Tapi sepertinya aku tidak dapat memberikan bangau-bangau yang kubuatkan untuk kesembuhanku. Seingatku, aku baru membuatnya 200, dengan bantuan perawat. Padahal kata mitos, aku membutuhkan 1000 bangau untuk membuat permintaan sembuh. Jadi aku meminta kompensasi pada Tuhan agar aku bisa kembali menemuimu untuk mengatakan terima kasih banyak. Entah takdir dari mana, aku bertemu denganmu disana, ditaman itu. Sepertinya Tuhan masih menyayangiku dan mengabulkan doaku.

Perasaan ini tumbuh berkembang, berawal dari jaket, lalu lelucon kita, saputangan, dan coklat yang kuberikan padamu. Jika aku boleh jujur, itu melampiaskan seluruh perasaanku padamu pada coklat itu. Tapi kamu harus tau, aku tidak boleh egois, permintaanku sudah terlalu banyak dikabulkan. Aku sudah merasa saat ini waktu terakhirku. Aku menulis surat ini saat kupikir kamu sedang sibuk saat kemarin tidak dapat menemuiku.

Terima kasih sekali lagi. Kamu yang membuatku mengenal kata cinta selain dari kedua orang tuaku. Maafkan aku, saat merepotkanmu, saat membuat lelucon yang tidak lucu, saat membuatmu penasaran, dan saat aku harus pergi meninggalkanmu dengan perasaan ini. Kuharap kamu tidak marah pada kejutanku, kuharap kamu dapat selalu tersenyum, kuharap kamu dapat selalu bahagia, malaikatku.....

Love you, My Dobi Angel" – penuh cinta dari sahabatmu, Byun Baekhyun

Aku menangis ditemani gerimis yang sudah berubah menjadi hujan. Tuhan, terima kasih telah membuatku bertemu dengan sosok Byun Baekhyun. Aku sungguh bersyukur bisa melihat senyumnya, mendengar kekehannya, dan mengingat leluconnya.

Tuhan, maafkan aku, aku belum bisa menjaganya, memeluknya, bahkan tak dapat menemaninya saat saat-saat terakhir ia berada didunia. Tuhan, sampaikan salamku padanya. Karena ia tidak mencintai sendirian, karena aku juga mencintainya. Katakan padanya, aku akan tetap mengingatnya dan menaruh sosoknya di tempat khusus dalam hatiku.....

Park Chanyeol akan selalu mengingat Byun Baekhyun, cinta pertamanya...

QUOTES:

"Tidak ada yang benar-benar aku pahami tentang cinta, termasuk mengapa aku harus bertemu, jika untuk kembali kehilangannya dilain waktu"

.

.

Oke Fix The End

SALAM CHANBAEK IS REAL, HAKUNAMATATABIEH~

Hujan, Halte, dan Hari (3H) - ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang