(2)

41 6 0
                                    

Kuputuskan untuk bergerak maju, mendekati pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuputuskan untuk bergerak maju, mendekati pemuda itu.

Tiba-tiba saja, suatu benda seperti vas bunga melayang kearahku. Aku kaget, namun untungnya berhasil menghindar. Benda itu seolah kehilangan mantra levitasinya dan jatuh kebawah. Beberapa detik setelahnya, bunyi bedebam kecil baru terdengar. Kusadari bahwa toko ini masih mempunyai dasar, namun jauh dibawah sana.

Aku bergidik ngeri. Bagaimana kalau mantra melayang ini tiba-tiba hilang? pikirku. Terlintas dibenakku pemikiran untuk pulang. Namun aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan sesama pengunjung. Aku kembali bergerak maju.

Dan tiba-tiba, sebuah rak melayang yang berada di sisi kiriku terjatuh. Benar-benar terjatuh kearahku. Aku segera menghindarinya, dan untunglah aku kembali selamat. Jika tidak, mungkin aku sudah tidak bernyawa di bawah sana.

Rak itu, beserta isinya, mengalami nasib yang sama dengan vas sebelumnya, jatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras. Kini aku kembali merasakan kecemasan. Apa itu ulahku? tanyaku alam hati. Bagaimana tidak? Sejak diriku berpikiran untuk mendekati sosok itu, beberapa benda menjadi aneh. Tunggu.

Hal ini mulai terjadi sejak aku berusaha mendekatinya.

Apa maksudnya?

Kuputuskan untuk memanggil sosok itu dari kejauhan, "Hai! Ka-kamu yang disana!" panggilku.

Ia masih bergeming, tetap membaca bukunya dengan tenang seolah tidak mendengarku. Atau suaraku memang terlalu kecil untuk didengar?

Aku pun segera memerintahkan diriku agar bergerak maju. Dan tiba-tiba saja sebuah gunting melesat kearahku. Aku langsung bergeser kekanan, menghindari gunting itu. Setlah melewatiku, gunting itu bernasib sama dengan dengan vas dan rak, jatuh.

Kalau gunting itu berhasil mengenaiku, tamatlah riwayatku.

Karena jarakku dan pemuda itu tersisa kurang lebih 3 meter, kuputuskan untuk mendekatinya.

"Selamat sore," sapaku.

Ia masih bergeming. Dan disitu aku merasa seperti berbicara dengan batu.

"Selamat sore ... kak? Apa kau mendengarku?"

Tiba-tiba saja ia mengangkat kepalanya, mematapku tajam. Dan ia berujar, "3 kali mnghindari barang-barang itu. 3 kali kau memanggilku. 3 kali juga kau bertekad kuat, dan kau berhasil mencapai apa yang kau inginkan," ujarnya. Kemudian ia kembali menatap bukunya dan dengan satu gerakan ia menutupnya.

Dapat kubaca judulnya, yaitu cara menjadi penjaga toko yang baik. Sebelah alisku bergerak naik. Maksudnya?

"Kau ... lebih pantas dariku. Gantikan aku," katanya.

Yang kutahu setelahnya, aku dan pemuda bersurai hitam legam itu telah bertukar posisi. Ia melayang tepat didepan kursi, dengan kedua tangan yang mencengram ujung lengan kursi.

Paid the PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang