Bab 10: Kisah Yuki

18 1 0
                                    


Pernah dengar tentang serpihan putih itu?

Dimana setetes darah bisa terlihat begitu sangat nyata di dalamnya.

Sebongkah salju yang dingin.

Sedingin hatimu yang tak pernah mencair.


Yuki? Itukah dirimu?

Sebuah boneka salju yang tersenyum begitu cantik.


Gemerisik angin yang menyentuh kulit

Entahlah, rasanya seperti kau telah menyentuhku.

Menggenggam tanganku erat hingga aku sulit untuk bergerak.


Aku merindukanmu.


Sebait kalimat yang begitu singkat, bukan?

Hanya saja begitu sulit untuk ku ucapkan.

Tatapan matamu selalu berhasil membuatku membisu.

Membuat lidah ku kelu begitu saja.


Yuki? Itukah dirimu?

Sebuah boneka salju yang selalu menungguku di tengah dinginnya malam.

Menengadahkan wajah menatapi jendela kamarku yang selalu gelap.


Aku mencintaimu.


Sebait kalimat yang begitu singkat, bukan?

Hanya saja aku tak pernah mempunyai kesempatan untuk mengatakannya.

Aku terlalu takut, dengan segala rupa yang telah engkau tunjukan padaku.

Sebuah boneka salju dengan lumuran darah yang mengalir.


Yuki? Siapakah dirimu?

Tatapan matamu yang sendu.

Wajah cantik yang begitu dingin.

Semua hal itu seolah memenjarakan hatiku begitu mudah.

Membuat aku jatuh cinta, bahkan pada iblis yang siap membunuhku


Haruskah aku memberikan darah ini?

Atau memotong nadiku sendiri?

Terserah padamu? Lakukan dengan cepat?

Karena aku terlalu takut merasakan rasa sakit itu.


Yuki, aku mencintaimu.

Kali ini izinkan aku mengatakanya.

Mengatakan dengan jelas tepat di hadapanmu.

Bahwa aku begitu mencintaimu.


Yuki? Itukah dirimu?

Sebuah boneka salju yang tak akan pernah ku lupakan.

Moon Sae menutup buku itu dengan raut wajah tidak percaya. Memutuskan mengakhiri bacaannya yang makin lama seperti sebuah omong kosong belaka. Baginya, manusia yang menulis buku ini hanya terlalu lihai memainkan kata, tanpa tahu bagaimana rasanya benar-benar mati karena menyatakan cinta.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang