{03.}

41 17 8
                                    

"Gawat!" ujar Hato dengan sangat panik.

"Ada apa, Hato?" tanya Miruna sambil menunggu roti panggang segera matang.

"Aku lupa mengerjakan PR! Mengapa kakak tidak membangunkanku???"

Miruna mengernyitkan dahi dan menggeleng-gelengkan kepala karena tingkah laku adiknya itu. Dia mendengar suara toaster dan mengambilnya lalu menyajikannya dengan selai stroberi.

"Aku kira PR-mu sudah selesai." ucap kakaknya santai sambil membawakan roti panggang itu.

Hato masih berusaha bersiap-siap dan memakai seragamnya di tengah rumah. Dia terlihat tergesa-gesa karena bangun terlambat. Ketika mengingat PR-nya yang belum selesai membuatnya gusar.

"Aku tidak mau ke sekolah..." kata Hato tiba-tiba, bahunya terkulai lemah.

"Apa? Mengapa?"

"Pak Ousuke pasti akan marah padaku."

Miruna menghela napas dan berkacak pinggang. Dia sudah terbiasa dengan sifat manja adiknya satu ini. Wanita itu memberikan Hato sebuah roti panggang dan membantunya memakai kemeja.

"Kamu harus sekolah, dia akan lebih marah jika kamu tidak pergi sekolah! Ayo cepat!"

Hato meringis membayangkan pak guru galak yang akan memarahinya nanti. Namun, mau tidak mau dia menuruti perintah kakaknya. Marie-chan mengeong gelisah karena mengkhawatirkan keadaan Hato. Hato mengelus kepala kucing itu dengan lembut sebentar saja.

Kucing itu mengikutinya sampai pintu depan. Miruna melambaikan tangan dengan kepergian Hato. Sambil masih memakan roti panggangnya, Hato berjalan cepat menuju SMP Chihiro.

Dia benar-benar sudah terlambat, lupa mengerjakan PR pula. Pak Ousuke pasti tidak akan senang. Hato berlari secepat mungkin melewati koridor yang telah sepi. Dia akhirnya sampai di depan ruang kelasnya. Jantungnya berdebar dengan cepat dan napasnya memburu.

Rasanya Hato ingin pergi saja dari tempat itu. Tak lama kemudian, Hato mendengar langkah kaki seseorang. Seseorang yang juga terlambat sepertinya. Hato merasa bersyukur karena hal itu, sampai dia tahu bahwa yang terlambat adalah..

"Kyoko!?"

Kyoko melirik ke arahnya sekejap lalu segera membuka pintu ruang kelas. Hato bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Apakah mengikuti langkah Kyoko masuk atau menunggunya. Kemudian Hato hanya diam dan mengintip apa yang dilakukan Kyoko.

Kyoko masuk dan seluruh kelas terdiam seketika. Dia berdiri di depan kelas dan membungkukkan badan.

"Maaf, semuanya.. aku terlambat karena Ayah harus mengantar Ibu ke rumah sakit terlebih dahulu." ucap Kyoko dengan datar.

Murid-murid lain menganggukan kepala tampak memahami dan bersimpati kepadanya. Mereka sangat memaklumi keterlambatan Kyoko.

"Ini pekerjaan rumahku, sensei.." tambahnya sambil memberikan buku kepada Pak guru Ousuke.

"Terima kasih. Kau boleh duduk, Kyoko-chan."

Kyoko segera berjalan ke arah bangkunya yaitu di sebelah Kaname. Kaname mengamati Kyoko yang baru saja datang. Kemudian dia melihat ke bangku kosong sebelah kanannya, bangku milik Hato.

Sementara itu Hato menelan ludah dengan susah payah. Tak lama kemudian dia menyusul masuk ke dalam kelas. Hato nyengir dan berdiri di depan kelas. Seisi kelas tampak menghakiminya. Pak guru Ousuke menatap Hato dengan tajam.

"Mengapa kamu terlambat, Hato?!"

"Maaf, sensei.. Saya ketiduran."

"Huh, kebiasaan. Mana PR-mu?" tanya guru itu lagi.

"Anu.. lupa, Pak."

"Lupa apa?"

"Lupa dikerjakan." jawab anak lelaki itu dengan polosnya.

Pak guru Ousuke menjadi geram dan wajahnya merah padam. Dia menjewer telinga Hato sampai rasanya perih. Hato mengaduh kesakitan. Para murid tertawa karena tingkah laku konyol anak lelaki itu.

Gurunya menyuruhnya untuk menerima hukumannya setelah pulang sekolah nanti. Dia tahu kalau Hato kemarin tidak mendapat hukuman apa-apa dari kepala sekolah. Akhirnya dia dipersilakan untuk duduk di bangkunya.
Kaname masih terkikik geli melihat nasib kawan baiknya itu.

Kemudian guru melanjutkan untuk mengajar setelah terganggu cukup lama oleh Kyoko dan Hato. Hato menggerutu karena dia merasa tidak diperlakukan dengan adil. Kyoko tidak diberi hukuman apa-apa. Karena ayahnya adalah kepala sekolah SMP ini.

Kemudian pelajaran berganti dengan pelajaran olahraga. Kaname dan Hato pergi menuju ruang ganti bersama-sama. Di sana dia mendengar murid-murid lain berceloteh entah apa. Hato hanya diam apalagi saat Kaname bercerita tentang betapa sempurnanya Kyoko.

Semenjak kedatangan Kyoko dia merasa ketiban kesialan bertubi-tubi. Padahal sebelumnya dia jarang membuat masalah di sekolah. Sepertinya sihir Kyoko telah merajalela di seluruh tempat.

Guru olahraga Kuroki memanggil muridnya untuk segera ke lapangan. Hato dan murid lainnya berdesakkan keluar dari ruang ganti. Tanpa dia sadari bahwa tali sepatunya lepas. Hari ini mereka akan berlatih olahraga bisbol. Setiap murid menempati posisinya masing-masing.

Giliran Hato untuk memukul bola yang diberikan oleh pelempar. Hato menggengam bat pemukul dengan erat. Tatapannya lurus ke arah pelempar bola. Dia sebenarnya merasa sangat gugup dan tidak siap.

Pelempar melempar bola ke arah Hato. Hato mengayunkan bat-nya dan ternyata bolanya lolos. Strike satu. Hato menggertakan gigi dan bersiap-siap lagi. Pelempar melempar bola kepada Hato untuk kedua kalinya. Sayangnya gagal lagi. Strike 2.

Kesempatan terakhir untuk memukul bola. Hato mengubah arah topinya sedikit dan mencoba peruntungannya. Sang pemukul melemparkan bola ketiga. Ternyata home run!

Hato masih terbengong dan murid-murid lain menyuruhnya untuk segera lari. Dengan sigap Hato kemudian berlari dengan kencang, sampai...

Tali sepatunya terinjak oleh dirinya sendiri.

"Hato! Awas!"

- - -

Sabishii (Kesendirian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang