{04.}

40 16 4
                                    

Hato melingkar di atas tempat tidur ruang kesehatan. Dia masih merasa kesakitan setelah terjatuh. Perawat yang seharusnya mengobatinya tidak kunjung datang.

"Uuu... Huhuhu.."

"Diam, cengeng."

Hato mendengar suara seseorang dari luar. Dia terdiam seketika. Hato terkejut ketika tirai di dekat tempat tidurnya terbuka. Ternyata Kyoko yang muncul sambil membawa kotak P3K. Hato memperhatikannya dengan keheranan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Kyoko?"

"Mengobati lukamu, bodoh."

Hato terdiam lagi dan merasa kesal. Daripada bertemu Kyoko dia lebih memilih perawat paling galak di sekolah mana pun. Kyoko membuka kotak P3K dan mengeluarkan obat merah dan perban.

Celana pendek olahraga Hato tak dapat menutupi luka di bagian lututnya yang terantuk batu. Lukanya menganga cukup lebar tetapi tidak serius. Rasanya nyeri sekali ketika Kyoko membubuhkan obat merah itu kepada bagian lukanya. Hato menggigit bibir dan berusaha menahan rasa sakitnya.

"Tenang saja, kau akan baik-baik saja." ucap Kyoko setelah membalut lututnya dengan perban.

Hato kemudian perlahan beranjak duduk di ujung tempat tidur. Kyoko berbalik arah dan menaruh kotak P3K itu ke tempatnya semula. Anak lelaki itu hanya mengamati Kyoko dengan tatapan bingung.

Dia tidak mengerti mengapa Kyoko repot-repot ingin membantunya seperti ini. Padahal anak perempuan itu juga bukanlah temannya. Hato sudah menganggapnya sebagai musuh abadi sejak jaman SD dulu. Apakah Kyoko benar-benar sudah berubah?

"Terima kasih," kata Hato pada akhirnya.

Dia turun dari atas tempat tidur dan berjalan dengan pincang ke arah pintu.

"Kamu mau ke mana?"

"Kelas. Aku tidak ingin Pak guru Ousuke memarahiku lagi." Hato berkata dengan lirih.

Kyoko mengernyitkan dahi kemudian mengedikkan bahu. Dia kemudian mengikuti Hato menuju ke kelas. Mereka berdua berjalan tanpa bicara apa-apa.

Mungkin suatu saat nanti, entah kapan, Hato dan Kyoko akan berbaikan.

***

Miruna datang ke sekolah untuk menjemput adiknya. Dia mendengar kabar bahwa adiknya terjatuh saat sedang olahraga. Mengingat Hato, anak itu pasti sangat butuh perhatian lebih saat ini.

Tak berapa lama Hato keluar dari sekolah bersama Pak guru Ousuke. Hato masih meringis kesakitan dan berjalan agak pincang. Miruna segera memanggil adiknya itu. Baik Hato dan Ousuke keduanya sama-sama terkejut.

"Kamu baik-baik saja, Hato?"

"Hmm.. tidak juga tetapi lumayanlah..Kak Miruna mengapa ke sini?" Ujar anak lelaki itu.

"Aku menjemputmu, Hato."

Miruna mengacak-acak rambut adiknya kemudian mulai bergurau dengannya. Kemudian dia menyadari bahwa di samping Hato ada seorang guru pria yang sinis. Miruna mengambil tangan Hato dan menggengamnya. Dia mengangkat kepalanya dan berkata kepada Pak guru Ousuke.

"Terima kasih, sensei.. karena sudah menjaga adik saya." Ucap Miruna dengan senyum manis.

"Ah, ya.. " Pak guru Ousuke rasanya ingin berkata lebih tetapi nafasnya tercekat.

Tiba-tiba saja Hato menyembur.
"Kak, dia guru galak yang sering aku ceritakan itu, Pak guru Ousuke! Lihat hari ini aku dijewer lagi..."

Dasar anak sialan! Batin Ousuke.

Miruna melihat ke arah Ousuke kemudian ke arah adiknya. Dia menggeleng-gelengkan kepala dan menasehati Hato. Bahwa Ousuke melakukan hal itu karena dia melanggar aturan sekolah yaitu terlambat dan tidak membawa PR.

Pak guru Ousuke menggaruk-garukan belakang kepalanya meski tidak gatal. Dia merasa senang karena sudah dibela oleh kakaknya Hato.

"Itu benar, Hato. Bapak, minta maaf ya karena sudah menjewermu." Ousuke tersenyum tulus kepada Hato tetapi curi-curi pandang ke arah Miruna.

Hato menggembungkan pipi karena masih kesal. Miruna tertawa kecil melihat tingkah laku adik laki-lakinya itu. Diam-diam Ousuke senang melihat ekspresi bahagia Miruna saat ini.

Kemudian tiba-tiba saja Pak guru Kuroki datang sambil membawa tasnya di punggung. Dia melihat ke arah Hato dan menanyakan keadaannya. Hato mengangguk ceria karena Pak guru Kuroki adalah guru favoritnya. Dia baik dan sangat mendukung muridnya tidak seperti Ousuke yang galak.

"Baguslah kalau begitu, oh.. ini kakakmu, Hato?"

"Iya, sensei."

"Namaku Kuroki, kalian mau pulang? Ayo ikut, kalau tidak salah rumah kita searah, ya 'kan, Hato?"

"Tidak perlu, Sensei Kuroki.. kami akan berjalan kaki saja," ujar Miruna sambil merendah.

Hato menengok ke arah kakaknya dengan tatapan tidak senang.

"Kakak bercanda? Pak guru Kuroki punya motor paling keren sedunia!"

"Ehh..?" Miruna menatap ke arah guru olahraga itu.

Kuroki tersenyum kemudian mengajak mereka untuk pergi ke parkiran. Setelah berbicara sebanyak itu dia baru sadar Ousuke sedari tadi berdiri mematung. Kuroki menyeringai ke arahnya dan memukul pundak pria itu.

"Kami duluan, Ousuke."

"Ya."

Dasar Kuroki kurang ajar!

- - -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sabishii (Kesendirian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang