Chapter 2

16 3 0
                                    

"Waktu yang melambat, atau saya yang tak kuat?"



Percayalah setiap hari senja berubah namun ia tetap indah dipandang mata.




"Selamat sore, ada yang bisa kami oh, satu cappucino latte?" Kata pelayan kafe begitu sadar kalau dinda yang datang.

Dinda tersenyum menunjuk ke arah pojok kanan.

"Baik, tunggu sebentar"

Ia memilih tempat paling pojok agar tidak terlalu ramai oleh pengunjung, Kafe ini begitu nyaman, tidak ada yang berubah disini, hitam dan merah menjadi salah satu ciri khasnya, dinda meraih kursi dan duduk di sana, bersiap mengeluarakan sesuatu dari dalam tasnya.

"Permisi 1 cappucino latte?"

"Iya disini, terimakasih"


Dinda menatap cappucino latte nya dengan tatapan kosong, kemudian Gadis itu melihat kesekeliling kafe yang ramai. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Apa hanya dinda yang dilanda kekosongan disini?











"Boleh gue duduk disini?" Lelaki itu menggeser kursi dan langsung duduk di depan dinda, mereka duduk berhadapan, hanya meja yang menjadi pembatasnya.

"Silahkan" dinda tidak begitu kaget siapa yang menghampirinya, Ini kafenya bukan? Jelas dia bebas duduk dimana saja. Tapi Kenapa dia meminta izin dinda? Dan kenapa juga harus disini?

"Sendiri?" Tanya andre

"Iya" jawab dinda tanpa melihat kearah andre

Ada apa dengan gadis ini, dikampus dia begitu ceria dengan ketiga temannya, tapi kenapa sekarang dia begitu dingin? Tidak sadarkah dia siapa yang ada didepannya saat ini? Bahkan semutpun iri padanya sekarang.

Andre menatapnya dalam, memandang dinda yang sibuk dengan laptopnya, ntah apa yang dikerjakan gadis itu.
keduanya diam cukup lama, Diam dinda mungkin sudah terbiasa, bahkan dia sering diposisi seperti ini, selalu mengabaikan semua yang ada didepan matanya.

"Lo sering kesini? kemarin gue liat lo disini" kata andre yang memulai pembicaraan

"Oiyah?" Dinda menyeruput cappucino latte miliknya "tapi sepertinya kemarin saya tidak kesini" sambungnya lagi lalu memandang andre

Ohhhhhh sittttttt

Andre langsung melihat kearah arga dengan tatapan tajam. Dan dibalas dengan acungan jempol dari karyawannya itu yang mengisyaratkan "semoga sukses bos"

"sialan gue dikerjain, Kampret"

"hmm mungkin saya salah liat" dengan gaya yang tetap coll

"Atau mungkin salah informasi?" Dinda tersenyum

Geg

"Ahh, iyaa mungkin" andre menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal


Detik menjadi menit, menit menjadi jam.

"Hahaha jadi kamu lebih seneng liat snacknya di banding saya?" Kata dinda yang kemudian diiringi ketawa pecah andre

"Haha bisa di bilang gitu" andre tersenyum

Ting

Dinda melihat ponselnya
"Saya harus pulang" lalu mematikan laptopnya, dan meletakan kembali kedalam tas

"Sendiri? Mau gue anter?

"Ga usah, supir saya sudah didepan"

"Ohh, oke sampai ketemu lagi"

Dinda membalasnya dengan senyuman.

Bumi dan langitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang