DI ANGKRINGAN

4 0 0
                                    

Keesokan paginya
Nah, bangun agak telat dari biasanya. Di akhir iqomah, ia baru saja terbangun. Tidak langsung berdiri, karena matanya lengket dan sulit dibuka. Ya. Semalam ia terlelap saat jam menunjukkan hampir pukul 2.00. Lalu usai sholat, ia langsung bersiap untuk ke kampus. Pukul 07.00 Nah bergegas ke kampus untuk mengurus naskah final skripsinya yang harus ditandatangani oleh kaprodi, dekan dan harus dikumpulkan paling lambat sore pukul 15.00. Tak lupa ketinggalan naskah-naskah skripsinya yang sudah dijilid rapi dengan cover orange, yang beratnya kurang sampai 10 kg. Berharap kantor fakultas sudah buka dan menjadi orang pertama yang naskah finalnya ditandatangani oleh pejabat fakultas. Harapnya. Sesampainya di fakultas, ia langsung ke kantor fakultas dan sudah ada petugas yang stand by.

“Pak. Ini saya mau ngumpulin skripsi. Udah dijilid tinggal di tandatangani sama kaprodi dan dekan”
“Dosen pembimbing nya udah tandatangan nduk?”
“Sudah pak. Hari ini terakhir ngumpulin naskah pak. Minta tolong ya pak, jam 1 sudah lengkap tanda tangan beliau-beliau”
“Oh iyaa. Nanti pak dekan jam 8 sudah sampai juga. Nanti saya sms ya kalau sudah selesai”
“Oke pak. Makasih banyak pak.


Senang sekali Nah bisa menjadi orang pertama yang ngantri tanda tangan di musim yudisium periode itu. Ia lalu menuju ke kantin kampus untuk sarapan. Ia memesan nasi uduk favorit beserta telur mata sapi pedas dan teh panas tawar. Sambil menunggu pesanan ia membuka hp. Di layar ponselnya ada chat WA paling atas

- Ucha -
00.03
“Semalam,” gumam Nah.
“Assalamu’alaikum Nah. Udah tahu kalau Alam nikah Sabtu weekend ini, kan? Jadi kita pergi Jumat malam. Kamu harus ikut yaa. Ghe bisa ikut. Kita pake mobilnya. Kalau mau besok kita ketemu dulu di angkringan MbokJu buat bahas transport dan lain-lainnya ya sama Ghe. See you.”
Nah langsung mengetik
“Wa’alaikumsalam Cha. Hai. Iya aku tahu. Maap euy, aku lupa sms kamu buat nanyain. Fuh. Jelang yudisium sesuatu. Nanti malam ya berarti Cha kita ketemuannya?”
Di layar WA Nah, Ucha is typing
“No probs. Iya nanti malam yaa. Jam 8 aja. Habis isya. Kalau mau aku isya di masjid. Ketemu di sana boleh. Abis itu bareng ke angkringan. Ghe naik mobil”
“Huu. Kapan yudis? Udah mau yudisium aja. Curang ngeduluin aku :P”
“Ohh gitu. Hmm. Semoga ya Cha bisa mlipir ke masjid. Aku kayaknya dari kos aja. Karena maghrib mungkin baru nyampe kost dari Balaikota. Wkwkw. Siapa rajin, dia wisuda duluan ca :P. Besok banget. wkwkw”
“What??? Besok banget? Gilak!!!! hzzzzzz”
“See you Cha”
“See you Nah”

* * *
Usai sholat isya’ Nah bergegas menuju tempat ia, Ghe dan Ucha akan bertemu, di angkringan mbok Ju. Sebenarnya tubuh Nah masih sempoyongan karena maghrib ia baru saja sampai kos. Seharian itu ia ada agenda di balai kota Yogyakarta bersama teman-teman komunitasnya. Tapi apa boleh buat. Malam itu ia harus bertemu dengan Ucha dan Ghe. Selain sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka, Nah ingin memberikan buku kepada Ucha. Buku yang ia anggap sebagai kenang-kenangan sebelum ia pergi meninggalkan Yogyakarta. Nah menghidupkan motor bebek kesayangannya menyusuri jalanan perkampungan yang penuh dengan daun-daun berguguran. Di beberapa tikungan ia berpapasan dengan teman-teman kuliahnya dari arah berlawanan.

“TIIIIIINNN,” bunyi klakson dari motor teman Nah yang bermaksud menyapanya.
“TIIIIINNNN,” Nah membalas klakson.
“Mungkin baru balik dari kampus,” pikirnya.

Sementara ia  akan berangkat ke arah kampus, tepatnya ke belakang kampus. Jalanan ring road selatan sudah sepi karena sudah di atas pukul 19.00. Hanya di hari-hari tertentu jalanan itu ramai di malam hari. Jika tidak saat musim liburan tiba, maka di saat malam minggu lah jalanan itu ramai kendaraan roda empat. Di hari-hari biasa kawasan ring road selatan hanya ramai oleh para mahasiswa dari beberapa kampus di sana yang mondar-mandir dari kampus ke arah perkampungan.

Sesampainya Nah di angkringan mbok Ju ia melihat mobil Ghe sudah parkir di halaman yang hanya diterangi oleh lampu bolam kuning yang remang-remang. Ia juga melihat motor Ucha terparkir agak jauh dari tempatnya memarkir motor.

“Hai Nah. Di sini”, sapa Ghe dari ramainya pengunjung angkringan
Nah langsung mengenali suara Ghe dan menghampiri ke tempat mereka duduk.
“Gheeeee...”, Nah meraih tubuh Ghe dan memeluknya”.
“Udah lama banget kita gak ketemu. Omaigat”, kata Nah”
“Banget Nah. Lama banget kita ga ketemu. Kamu siii sibuk banget”
“wkwkw. Hah.Iya. kamu tahu sendiri targetku untuk wisuda bulan depan.”
“Hemmmm. Iya tahu. Sampe nolak ajakan nanjak. Ehem”. Seloroh Ucha
“Hahahah. Cha. Masih aja dibahas Cha. Sebegitukah kamu pengen aku ikut di pendakianmu kemarin? Wkwkw. Kelakar Nah
“Sial. Pede banget kamu Nah,” sahut Ucha.
“Whahahahaha”, tawa mereka bersama.

Selama satu jam mereka membahas tentang akan memberi kado apa kepada Alam, sahabat baik mereka sejak duduk di bangku kuliah. Lalu rencana untuk memberikan Alam surprise di acara nanti, rencana perjalanan mereka di Malang nantinya usai acara dan persiapan lainnya. Masih ada tiga hari untuk menyiapkan segala sesuatunya.

“Guys, aku harus pulang dulu. Udah jam 21.00. Tahu sendiri jam kos ku,” terang Ghe sambil mengernyitkan dahi. Sebenarnya ia masih ingin di sana. Tapi apa boleh buat. Peraturan kosnya lebih ngeri daripada peraturan asrama tempatnya dan Nah dulu pernah tinggal satu atap bersama.
“Hahaha. Ghe. Pindah lah ke tempat yang 24 jam kayak aku. Bebas pulang jam berapa. Pergi pagi, pulang pagi.”
“Andai saja yaa Nah, orang tuaku ngebolehin aku di kosmu. Udah dari tahun kemarin lah aku di sana. Haha”
“Yasudah anak mami, tak apa. Nanti dicari mamak kos tercinta, anaknya masih kurang satu jam segini. Bisa-bisa langsung telpon polisi lagi dikira ilang. wkwkwwkw” canda Ucha
“Bye guys. Berkabar yaaa update persiapannya”. Pamit Ghe sambil menyandangkan tas dipundaknya.
“Bye Ghe. Hati-hati di jalan.”, kata Nah.

Angin kencang tiba berhembus dan menyapu tanah kering di halaman angkringan. Semua orang menutup hidung dan mata seketika. Termasuk Nah dan Ucha.

“Hueu.. Jadi inget jaman ke Gunung Andong . wkwkw. Sepanjang jalan nutup mata, gara-gara anginnya yang masyaaAllah.  Nyampenya lebaran monyet”
“Hahahaha. Iya yak. Dulu kan juga bulan Mei kita kesananya Nah”
“iyaa.. Mei”
Hening. Mereka tiba-tiba tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Nah pun bingung ia harus membicarakan apa dengan Ucha. Suasana nya membuatnya kikuk. Membuat perasaannya agak semrawut. Yang ia ingat adalah malam itu ia harus memberikan buku yang sudah ia siapkan.
“Tikus gimana kabarnya Cha?” Nah memulai pembicaraan sambil memegang gelas sekutengnya yang masih panas. Ia ingin menghangatkan tangannya yang mulai dingin karena kikuknya dia di depan Ucha. Jantungnya pun tak karuan dan membuat tangannya semakin dingin.
“Waah. Tikus. Belum berhasil nih formula obatnya. Hmm. Udah dikubur 20 ekor Nah. Sedih. Tapi matinya pada senyum gitu. Wkwk”
“Ha? Ckck. Dia seneng kali akhirnya usai sudah penderitaanya selama jadi percobaanmu. Disuntik berapa kali, diinduksilah, dikasih vitamin lah, dan segala formulamu.”
“Sial. Hahaha. Bisa aja Nah. Jadi gimana hasil penelitianmu?. Tanya Ucha
“Ya Alhamdulillah lancar. Hasilnya positif korelasi. Orang yang gak yakin kalau dia bakal dapet sesuatu yang dia targetkan, hasilnya ya dia gak bakal raih itu dan sebaliknya. Ini tentang positive thinking. Gimana cara berpikir kita akan menentukan tangan kita, kaki kita, syaraf-syaraf  kita dan otak kita buat mengusahakan apa yang menjadi tujuan atau target. Gitu Cha. Berkat skripsiku sendiri si aku tertolong dari penyakit disbelieve in my self”, terang Nah
“Wooww. Psikologis banget ya. Kerenn lah. Btw, aku gak yakin semester ini wisuda. Gimana dong?, Ujar Ucha.
“Hayoloh Cha. Positive thinking aja. Kalau ga Mei yaaa, Agustus.”, kata Nah
“Hmmm. Gitu ya. Baiklah”
“Cha udah jam segini nih. Ngantuk udahan. Cabut yuk. Ohya aku ada buku nih buat kamu. Takut gak sempet ngasih kalau besok-besok. Itu buku bagus.. Anggap aja kenang-kenangan dariku sebelum aku cabut dari Yogyakarta.
“Emang akhirnya akan ke mana setelah wisuda?”
“Ke pelosok,” jawab Nah pendek.

Mereka akhirnya berpamitan satu sama lain. Saling mendoakan agar segala urusan masing-masing dimudahkan dan dilancarkan. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran motor. Nah dalam hatinya berdoa dalam-dalam, Ucha akan mengerti apa yang ia rasakan selama isi lewat surat yang ia selipkan di buku itu. Ia hanya berharap bisa tidur malam itu

KESEMPATAN KEDUA (NAMANYA NAH) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang