Gadis berambut pirang itu masih terus memperhatikan pergerakan jarum panjang pada jam di ponselnya, "katanya setengah sepuluh udah sampe, ini udah jam sebelas lewat loh, tapi kok kereta dari Malang belum sampe - sampe! gimana sihhh" katanya, ketiga gadis lainnya diam saja, saling melirik bergantian ke mata yang lain, tak menanggapi perkataan gadis yang kini sudah bangkit dari kursinya, " lo mau kemana sih? " gadis itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik "ke pusat informasi, nanya kapan kereta dari Malang sampe kesini" katanya lalu melanjutkan langkah kakinya, " temen lo noh riss " ucap si gendut ersa, " temen lo juga kali sa " sahut rissa tak terima, " udah, udah.. samperin aja ayok si selly " ajak ayya lalu beranjak mengejar Selly, dan diikuti oleh kedua teman lainnya.
"Misi pak, mau tanya, kereta dari Malang kapan sampe nya ya? dia udah berangkat dari keberangkatan kereta api matarmaja yang jam 17.30 WIB seharusnya udah sampe dari setengah jam yang lalu. tapi kok belum sampe juga sih?!" tanya selly pada orang di pusat informasi, " iya mbak tadi ada kesalahan teknis, yang mengakibatkan keretanya menjadi menghambat kedatangan, tapi keretanya sudah sampai di stasiun jatinegara kok mbak, kira - kira 10 menit lagi sampai di stasiun senen " Selly mengucapkan terimakasih lalu kembali menunggu ditempat menunggu kedatangan.
"udah kan? jadi sabar aja, dia pasti sampe dengan selamat" kata Ayya sembari menepuk bahu sahabatnya itu, selly mengangguk, Rissa dan Ersa hanya memperhatikan sambil sesekali kembali memainkan ponselnya bermain game online bersama, menghindari omelan macan hidup yang lagi sensitif akhir - akhir ini - selly - bukannya mereka berdua tidak merindukan si anak rantau dari Malang, tapi mereka cukup sabar menunggu sahabatnya itu kembali dari tempatnya menuntut ilmu hingga nanti dia kembali kedalam pelukan mereka kembali.
Keempat gadis itu sudah lelah menunggu, akhirnya mereka hanya duduk dikursi tunggu, menunggu sahabat karibnya datang menyapa ribuan rindu yang bergejolak didalam hati mereka masing - masing, hingga pada akhirnya seorang gadis dengan koper ditangannya datang menghampiri,
"permisi mbak, mau tanya, apa benar, kalo kita meminum susu prenagen kita bisa hamil?" dengan cepat keempatnya menengok bersamaan,
" SHYLAAAA "
***
Kelimanya kini sudah berada disebuah kamar bercat hijau milik shyla, mereka berempat memang memutuskan untuk menginap dirumah shyla, menuntaskan rindu mereka dengan gadis yang memilih menjadi anak perantauan untuk menuntut ilmu.
"disana banyak cogan pasti kan?" tanya Rissa sembari memasukkan chiki kedalam mulutnya.
"cogan mah dimana - mana ada riss, yang gak ada itu yang mau sama lo" sahut selly, "yee, lo diem - diem aja deh, gua gak ngomong sama lo" sahut Rissa sembari melempar beberapa chiki ke gadis berambut pirang itu.
"Banyaakkk buangettt cogan disana" kata Shyla, "dan yang selly bilang tuh bener ris, yang gak ada itu yang mau sama lo" lanjutnya disambut berbagai tawaan mengejek terhadap rissa, "maap - maap aja, yang mau sama gue banyak, cuman mereka gak sesuai standar untuk menjadi pacar rissa" ucap rissa dengan bangga. "halah gaya, bilang aja masih gak bisa move on kan lo dari andrew?" ujar ersa. SKAK.
"ngomong - ngomong andrew, udah lama gua gak liat dia" ujar selly, "iyalah lo kan sibuk kerja" sahut ersa, "udah berapa tahun ya kira - kira gue gak ketemu sama dia?" tanya selly lagi, "udah hampir 2tahunan sell" kini semua menatap rissa, "terakhir ketemu itu waktu ambil ijazah disekolah, dan itu juga sebelum shyla berangkat ke Malang, yaa kira - kira 2tahun" ujar rissa, "lucu yaa, kalo diinget - inget lagi" ujar ayya sembari membaringkan tubuhnya berbantalkan paha milik selly, "rissa si anak baru yang mengenaskan, selly yang digantungin, ersa yang bener - bener tertutup dan selalu beranggapan she's okay, shyla yang terjebak friendzone, dan gue?" ayya menghentikan ucapannya, "lo yang jatuh cinta sama adek kelas lo sendiri, menjijikan sekali rasanyaa, mengemis cinta seorang adik kelas" goda selly.
Kelimanya kini telah berbaring bersama, "beberapa hari yang lalu, gue ketemu sama anak SMA, dia cerita gitu kalo dia lagi ngalamin kisah yang sama kaya kisah gua sama selly waktu kejadian setelah ulang tahun gua" ujar rissa, "terus, terus?" keempatnya hanya diam dengan seksama mendengarkan cerita rissa. setelah selesai mereka semua terdiam, didalam fikirannya mereka kembali mereka ulang tiap - tiap kejadian yang pernah mereka lalui hingga pada akhirnya mereka menjadi sedekat nadi seperti sekarang ini.
"gue jadi kefikiran sesuatu deh ris" ujar selly, rissa menatap selly heran "gimana kalo untuk materi cerita lo dimajalah selanjutnya, lo ceritain kisah kita" usul selly, "gimana maksudnya sel?" tanya ersa, "duh, iya, jadi rissa tuh ceritain kisah dia di waktu SMA, dari awal dia kenal sama ayya, terus merembet ke kita berlima, kisah dia sama andrew, semua kisah dia selama di SMA pokoknya deh, soalnya, kisah gua sama dia aja banyak yang terinspirasi dan mulai memecahkan masalahnya, gimana kalo cerita rissa bener - bener ditulis disana, gua rasa banyak rissa - rissa lain diluaran sana, yang masih bingung sama jalannya sendiri, mereka butuh kita untuk rissa - rissa yang lain, mereka butuh temen yang bener - bener temen, mereka butuh kepercayaan bahwasanya temen itu beneran nyata adanya" jelas selly, rissa tersenyum "bangga gua jadi cerminan lo sell" ujar Rissa sembari menepuk bahu selly.
"oke, gini aja, gua aja yang ngetik, terus lo yang cerita ris, yang lain nanti gantian ngetik dan bantu rissa nginget" ujar shyla, "gimana?" tanya shyla memastikan semua mengangguk paham. dan disinilah rissa, mulai menceritakan segala hiruk - piruk perjalanan kisahnya dimasa putih abu - abu. "ga sia - sia lo shyl, kuliah jauh - jauh, sekarang koneknya udah agak cepet" ujar selly, "ssst, riss, mulai" titah shyla.
" Pertama gue kesekolah itu... "
[ shyla ]
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND(S)HIT
Teen FictionGue punya banyak temen dengan berbagai macam perkenalan hingga pada akhirnya kami menyebut diri kami adalah ' teman ' . Tapi ada satu hal yang gak gue temuin sama mereka semua, gue gak menemukan ketulusan dari diri mereka semua, mereka selalu berkat...