Setelah acara bimtes yang berlangsung selama 3 hari itu selesai, aku kemudian langsung pulang. Tentu saja saat pulang, karena aku membawa motor, panitia meminta tolong kepada para peserta yang membawa motor supaya bisa dijadikan tebengan untuk peserta lain yang akan diantarkan sampai di depan gerbang UIN SGD. Di sanalah tempat terakhir kami—seluruh peserta--bertemu. Dan akhirnya saat di sana ada peserta yang dijemput orang tuanya, ada yang naik angkot, dan ada juga yang ikut nginep di kosan peserta yang kebetulan orang Bandung—kalau tidak salah ini sih yang nginep peserta cowok yang dari luar kota. Untuk peserta perempuan, mereka sebagian ada yang menginap dulu di sekretariat lembaga bimtes.
Aku sendiri kemudian pulang. Melewati bundaran Cibiru, Cileunyi, kemudian sampai di Rancaekek. Saat itu hari sudah menjelang sore—karena acara yang seharusnya beres sekitar pukul 2, meleset sampai asar. Tentu saja aku yang sudah sangat lelah sedikit ngedumel karena macetnya jalan raya pada saat itu.
Aku tiba di rumah sehabis azan magrib. Saat aku sampai, kulihat di halaman keluarga besarku—memang halaman itu dikelilingi oleh rumah-rumah yang notabene rumah keluarga besarku, ada tenda. Aku kemudian berpikir, "Ada apa, ya?" tapi kemudian saat di rumah ternyata hari itu ada perayaan khitanan keponakan aku. Ah, sialan. Ada acara rame-ramean tapi akunya enggak ada, batinku saat itu. Tapi kemudian ibuku bertanya.
"Kumaha bimtesna?" (Gimana bimtesnya?)
"Alhamdulillah," jawabku santai.
"Oh. Man, itu saur si Teteh miwarang," (Oh. Man, itu kata bibi—aku manggilnya Teteh bukan bibi karena kebiasaan dari kecil—mau nyuruh), kata ibuku sambil telunjukna diarahkan ke arah rumah bibiku.
"Oh, enya." (Oh, iya.)
Saat aku ke rumah bibiku, aku lihat juga sebagian keluaargaku sedang berkumpul di sana. Ramai sekali. Waktu itu aku juga sempat berpikir, "Kenapa ya ada acara ketika aku gak ada?" Di situ kadang saya meraa sedih.
Setelah menyampaikan apa yang bibi aku minta, aku kemudian melaksanakan perintahnya. Aku tidak ingat waktu itu tepatnya bibi aku menyuruh apa, yang jelas aku harus langsung tapi pergi lagi dengan motor. Kalau tidak salah sih ada belanjaan yang harus dibeli tapi bibi akunya lupa—untung saja yang dicarinya itu bisa dicari di toko ritel sejenis Indoapril dan Betamart.
Beres melaksanakan suruhan dari bibiku, kemudian aku kembali lagi ke rumahku. Kemudian aku mandi dan juga beribadah isya lalu kemudian aku berangkat untuk menjemput bunga tidurku.
***
Besoknya, atau tepatnya tanggal 10 Juli 2017, sudah mulai dilaksanakan ujian mandiri di UIN Bandung. Aku juga lihat di grup WA bimtes ada yang tesnya hari ini dan seperti biasa ada yang minta didoakan oleh para penghuni grup supaya diberikan kelancaran saat ujian nanti. Aamiin, ujar para penghuni grup.
Aku sendiri, pada hari itu—dan selama 2 hari kedepan—kembali memantapkan lagi materi yang aku miliki. Seingatku, aku kembali me-review materi kimia yang bab "Kimia Inti" khususnya bagian peluruhan zat radioaktif. Materi itu, menurutku gampang-gampang sulit—pada waktu itu—soalnya kadang aku bisa jawab, terkadang juga tidak bisa aku jawab.
Memang, sih, sedikit lucu juga, aku yang notabene mau masuk jurusan kimia tapi materi kimia sendiri aku tidak jago. Tapi saat berpikir seperti itu, aku jadi ingat temanku waktu SMA—sekarang udah kuliah di FMIPA ITB—pernah aku tanya:
"Putri, kenapa kamu mau ngambil kimia?"
"Ya karena suka aja we, Man. Kenapa gitu?"
"Gapapa, sih. Kirain aku kamu emang jagonya di bidang itu."
"Belum tentu, Man. Aku aja kadang pas belajar kimia gak ada yang ngertinya. Suka belum tentu menguasainya, Man."
Maka dari itulah aku ngambil kimia. Dibandingkan jurusan saintek lainnya, aku lebih suka ke kimia. Memang ibuku dulu sempat nyuruh aku ngambil IF (teknik informatika) tapi waktu itu setelah aku obrolkan baik-baik, ibuku akhirnya menyetujui pilihanku.
Okay, itu tadi sedikit "pesan-pesan berikut ini". Yang jelas aku memaksimalkan lagi materi yang kumiliki. Tentu saja ada mata pelajaran yang tidak bisa aku maksimalkan lagi, yaitu bahasa arab dan SPI (sejarah peradaban islam). Hal itu disebabkan akunya kurang referensi. Tapi pada waktu itu I don't give a s*it man, karena ya aku hanya bisa memaksimalkan materi yang umum aku pelajari saja.
Dan kemudian, tak terasa waktu ujian pun sudah datang ....
Catatan:
Bab ini selesai ditulis pada: 5 Agustus 2018, pukul 21.19 WIB.
Dipublish pada: 8 Agustus 2018, pukul 20.46 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Gapyear
SachbücherKarena yang kosong satu tahun bukan berarti tidak bisa terus maju. Bisa saja mereka mengambil ancang-ancang untuk bisa mengejar yang sudah maju duluan. Namaku Firman Faturrahman. Ini cerita saat aku mengalami Gapyear a.k.a libur setahun. Gapyear itu...