Panic Room -Chapter 2-
Mulai sejak malam itu setelah insiden yang terjadi di panic room, Matt jadi sangat jarang meninggalkan aku sendiri, dia selalu berusaha bikin aku ngerasa dibutuhin. Matt sering nyanyiin aku lagu Wanted -Hunter hayes- biarpun suara dia engga bagus, dan bahkan sengaja dibuat jelek saat nyanyi, dia selalu berhasil membuat mood ku membaik. Tapi, itu 5 bulan yang lalu, sekarang aku sendirian, to make it worst today is my 19th birthday. Matt sekarang lagging sibuk dengan meet&greet tour, dan berjuta photoshootnya.
Matt selama 3 bulan ini —waktu mulai tour— sering bikin vine yang ditujuin spesial untukku. Dia bisa menjadi cowo yang romantis dan lucu di waktu yang bersamaan. Di tiap vine nya selalu aja ada kata-kata atau perlakuab dia dan teman-temannya yg bikin aku senyum bahkan tertawa terbahak-bahak, entah dia bilang betapa kangennya dia sama aku, betapa sayangnya dia sama aku, bahkan dia pernah nari di lampu merah yg ramai memegang poster dgn tulisan "I LOVE YOU SHAUNA". Di vine terakhir dia buat aku dia nyebutin dia punya hadiah spesial buat aku waktu ulang tahun alias hari ini.
Matt seharusnya udah pulang sekarang. Aku udah nyoba telfon dia dari dua jam yang lalu tapi engga ada jawaban sama sekali. Dua minggu ini tuh rasanya kaya neraka. Fans Matt udah mulai kelewatan baru aja 3 hari yang lalu, ada yang nyayat ban mobilku dan ninggalin note "Go kill yourself, youre useless" dengan setumpuk silet diatas kertas itu. Mereka tau aku cutting. Matt cerita kemereka semua waktu streaming di YouNow. Dia bilang "because of the bad side of our family, my beloved girlfriend is insecure and she bled your hate. How do you feel about that? I hope you guys ashamed of yourselves. Its so sad seeing anonymous fan accounts telling my girlfriend to kill herself and shit. I love her so much, more than i love my self, so i want you guys to love her as much as you love me." Dia bahkan block beberapa account twitter yang send hate ke aku. Kamu bisa lihat kan betapa beruntungnya aku punya pacar seorang Matthew Lee Espinosa?
Aku belum pernah self-harm lagi semenjak Matt tau. Dia selalu ngomong sama aku ngobrol dan mastiin aku baik-baik aja setiap hari dia selalu berusaha buktiin betapa pentingnya aku buat dia, dan berjuta kata-kata uniknya yang membuatku mengurungkan niat untuk pergi dari dunia, kalau pun dia gabisa pasti dia minta tolong Carter, Aaron, Shawn, Cameron, atau siapapun yg bisa menelfon skype atau apapun itu untuk mastiin aku baik-baik aja. Tapi hari ini beda, semuanya terasa sepi, engga ada yang ngebales sms atau telfon ku. Hari ini udah jadi hari terburuk semenjak Matt pergi. Misalnya Matt engga jadi pulang pun seenggaknya aku mau denger suara dia. Tapi entah karena alesan apapun itu dia engga ngangkat telfon ku.
Tiba-tiba ada berita tentang pesawat jatuh di tv, seketika aku breakdown itu pesawat Matt. Pesawat dari Atlanta ke LA. Seketika kaki ku bergerak ke pantry ngambil pisau tertajam yang ada di situ, sambil nangis layaknya orang gila aku bergerak ke panic room. Aku terlalu lelah. Aku bahkan tidak peduli lagi Matt didalam pesawat itu atau tidak, aku gapeduli perasaan orang nanti setelah aku pergi. Egois memang aku tau, tapi aku udah terlalu lelah sama dunia. Sebelum aku ngelakuin yang aku mau lakuin aku ngambil kertas, dan pulpen untuk menulis surat terakhirku. Dengan tulisan yang berantakan, air mata dimana-mana tertulis dengan tangan bergetarku :
Matt, if you're alive, i'm sorry. I don't know what for but i'm sorry. I'm sorry to everybody's else. I'm sorry for making you all worry so much. I love you guys so much. But please be happy for me i'll meet my mother, and father soon.
Matt, I'm sorry. It's just, I can't take it, it's come to me. That this life wasn't meant to be. As I take this choice and let myself go. I think to myself, how you'd hold me close and tell me you care. It's just too bad you couldn't be there. It's not your fault, at least you tried. It's my desicion.
I'm sorry now all you can do is sit there and cry. Remember the times we shared.
Just remember one thing, I always care. I don't want to hurt you or anybody so please forget about me. Just try. Find your self a better girlfriend and friend
Now I'm proud to say i'm gone
With love and tears, Shauna
Aku melihat pisau ditangan ku. Tanpa memikirkan apapun lagi, dengan cepat kutusukkan pisau itu kebagian perutku. Melihat darah yang keluar aku hanya tertawa pelan menahan rasa sakit yang ada. Kutarik keluar pisau itu dan menusukkannya lagi ke bagian dadaku. Setelah tusukan kedua ini aku tak sanggup bergerak lagi. Di menit-menit terakhir kehidupanku aku mendengar handphone ku berbunyi. Aku hanya menatap handphone ku. Setelah dering ke-8 aku bisa mendengar suara Matt "Auna? Kamu dimana? Kamu baik-baik aja kan" dia hidup " Aku lagi di jalan menuju rumah maaf aku lupa handphone ku mati. Aku udah ngga sabar buat ngasih hadiah ulang tahun kamu, tadi aku ganti flight jadi telat 20 menit maaf ya. Ini aku sampai rumah..." Aku hanya bisa mendengar sampai situ. Sekarang aku udah berhenti bernafas, aku meninggal, udah gaada jalan lain, aku engga bisa balik lagi
Matthew POV
Akhirnya!!! Udara Los Angeles mulai terasa di paru-paru ku. Aku langsung mencari taksi dan memberikan supir taksi itu alamat rumahku -ini tuh kaya rumah yg mereka sewa bareng-bareng gitu deh- seketika aku sangat bersyukur karena pindah flight, karena kabarnya pesawat yang harusnya aku naikkin itu mengalami kecelakaan. Ohiya, aku belum ngasih kabar ke Auna. Setelah aku nyalain handphone-ku muncul notifikasi, 4 text messages and 13 missed calls. 2 calls from Aaron, 2 from Carter, 3 from my mom, and 6 from Auna. 1 text dari Carter, 3 lagi dari Auna
Auna: I miss you
Auna: Where are you?
Auna: Call me as soon as you get this ok?
Aku langsung telfon Shauna setelah dering ke-8 kesambung ke voice mail "Hi! what's up? maaf aku tidak bisa mengangkat telfon saat ini, tinggalkan pesan & aku akan menelfon kembali asap" terdengar suara ceria Shauna diiringi tawa ringan "Auna? Kamu dimana? Kamu baik-baik aja kan? Aku lagi di jalan menuju rumah maaf aku lupa handphone ku mati. Aku udah ngga sabar buat ngasih hadiah ulang tahun kamu, tadi aku ganti flight jadi telat 20 menit maaf ya. " Taksinya berhenti tepat depan rumah, aku langsung ngasih uang 20 dollar, aku cuma bawa satu backpack jadi engga ribet "keep the changes" kata ku ke supir taksi. "Ini aku sampai rumah" kataku setelah itu mematikan telfon ke Shauna
Aku mencari kunci di rak sepatu, Shauna selalu menyimpan kunci cadangan disini. Begitu masuk ke dalam aku menelefon Shauna lagi "Shauna, are you okay? Why you didn't pick up my calls. Babe! Where are you? Auna you know I didn't like play hide and seek, where are you?!" Aku memeriksa semua ruangan selagi ngomong sama Shauna, panic room!!, aku berteriak dipikiranku. Aku langsung berlari ke panic room.
"Are you okay? I didn't hear any- oh my god!" aku melepaskan semua yang ada ditanganku seketika begitu melihat Shauna terbaring di lantai kayu ruangan ini.
Author POV
Matt menelfon Shauna lagi. "I found you babe, I found you in this stupid room. with this stupid knife in your hand, and this stupid paper and pen. Aku bawa hadiah kamu, aku salah apa? Kenapa kamu ngelakuin ini? Aku sayang banget sama kamu. Aku gatau kenapa kamu ngelakuin ini, kapan kamu ngelakuin ini, yang aku tau saat ini cuma satu, kamu pergi ninggalin aku sendiri disini" Katanya menciumi tangan dingin Shauna sambil terisak.
Matt berhenti, Matt cuma bisa melihat ke Shauna dengan berjuta tetesan air mata yang terus keluar tanpa diminta. Matt menyentuh rambut Shauna dengan sangat lembut seperti takut akan menyakitinya. Matt menarik tangan Shauna secara perlahan dan lembut ke dadanya menarik nafas panjang sebelum berkata "Nasib kita dan cincin ini gimana sekarang?"
A/N
hii, cerita ini aku dedikasiin buat kalian semua yang suicidal, cerita ini sebenernya harusnya happy ending cuma baru aja kemaren aku tau salah satu temen deketku ada yg cutting dan pernah ngelakuin percobaan bunuh diri, so this one for you babe, aku juga mau ngasih tau kalau bunuh diri itu engga nyelesaiin semuanya, bahkan kadang memperburuk keadaan, so yeah. dan maaf juga aku udah lama gabikin story super kakuuu
if you enjoy the story please kindly vote xo
new story will be up soon :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Panic Room (Matt Espinosa Fanfiction -Indonesia -)
FanficShauna Lawley gadis 18 tahun yg memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Matthew Espinosa, 19 tahun viners yg sukses —sekarang terkenal sebagai pemain film dan model. Berusaha menjaga pacarnya –Shauna– agar tetap hidup Berhasil kah? please kindly vo...