Bagaimana jika pelajaran sejarah tidak pernah tercipta?
Adina membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tidak pernah tahu berapa kali Perang Dunia terjadi dan tidak pernah tahu siapa presiden pertama Amerika. Dia hanya berpikir, apakah hidupnya akan berubah jika dia tidak mengetahui semua itu?
"Mengapa para sejarawan menyatakan Perang Dunia hanya ada dua, sementara begitu banyak perang yang tercipta di dunia ini?"
Mister Rei yang berdiri di depan kelas hanya senyum-senyum mendengar pertanyaan itu. Dan sebagai usaha pengalihan waktu, guru sejarah itu melemparkan pertanyaan kepada murid lainnya.
"Apa ada yang ingin memberikan pendapat?"
Terdengar begitu berwibawa sehingga para murid yang merasa terhormat jika pendapatnya didengar segera menunjuk tangan. Pada akhirnya, guru itu tidak memiliki usaha apa pun untuk menjawab pertanyaan kurang berguna tadi. Adina tidak terlalu mendengar pendapat-pendapat yang terlontar karena seluruh indranya terpusat dalam upaya menahan kepalanya agar tidak bergerak berapa derajat pun ke kiri demi melihat sosok Shad yang duduk di bangku kedua dari belakang.
"Jika kalian tertarik dengan Perang Dunia, banyak buku yang membahas hal itu di perpustakaan." Mister Rei sekali lagi mengalihkan tugasnya kepada benda yang lebih berisi darinya.
"Ah, dan untuk Adina ...."
Kaki kanan gadis itu mulai tidak tenang. Dia tidak berani menjawab tatapan seluruh isi kelas yang sekarang tertuju padanya, dan dia juga tidak berani mengira-ngira apakah Shad juga menatapnya. Adina hanya tersenyum menunggu guru itu melanjutkan kalimatnya.
"Ada materi yang harus kau kejar karena materi itu akan muncul di ujian semester nanti. Kau bisa meminjam catatan Jory. Dia anak yang jenius." Mister Rei lalu keluar kelas tanpa peduli apakah anak baru seperti Adina mengenal Jory.
Saat itu, ada tiga hal yang Adina catat di otaknya. Pertama, dia harus belajar sejarah lebih giat. Kedua, Jory ada di kelas sejarah bersamanya. Dan yang terakhir, Jory adalah anak jenius. Dengan keberanian yang terlalu dibuat-buat, Adina memutar kepalanya untuk mencari keberadaan Jory. Anak pucat itu duduk tepat di sebelah kanan Shad, membuat Adina tidak berdaya untuk tidak menatap Shad juga.
"Aku yakin kau akan mati karena kekenyangan materi sejarah," kata Kiera dari belakang Adina.
"Kemungkinannya besar, mengingat keluargaku banyak yang mati muda."
Kiera terkikih-kikih. Entah karena ucapan Adina atau karena sesuatu yang menyala di ponselnya. Adina juga tidak terlalu penasaran akan hal itu. Dia hanya penasaran apakah Jory bisa diajak bersahabat.
"Aku tahu kau tahu apa yang akan aku minta." Itu kalimat pertama Adina ketika menghampiri Jory di bangkunya. Jory sendiri terlihat telah selesai memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Masalahnya, aku tidak sejenius yang dikatakan Mister Rei karena aku tidak punya catatan apa pun," kata Jory.
"Jadi?"
"Kau bisa mencari apa pun di perpustakaan."
Adina mulai sadar kalau semua orang yang berada di dekat Ed akan terkena percikan angkuh dari cowok itu.
"Tunjukkan padaku buku apa yang harus aku pinjam satu jam lagi. Aku tunggu di perpustakaan." Hanya itu yang bisa Adina ucapkan tanpa mengerti apakah suaranya terdengar seperti sebuah ancaman atau hanya sebuah perintah tidak berguna. Tanpa menunggu jawaban Jory, gadis itu segera melangkah keluar agar tidak tergoda untuk menyapa Shad yang masih duduk di sebelah Jory.
***
"Apakah aku harus membaca semua ini?"
Adina menatap lima tumpukan buku yang baru saja dia hempaskan pelan ke meja. Jory ikut duduk di hadapan gadis itu dan mengambil buku yang ada di atas tumpukan lalu mencari sebuah halaman. "Kau hanya perlu memahami tentang sejarah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki," katanya.
Adina ikut-ikutan membuka buku lainnya dan segera menelusuri daftar isi.
"Aku tidak menyangka kalau kau adalah anak ... jenius." Adina melipat sebuah halaman, lalu beralih ke buku lain.
"Sudah kubilang, aku tidak sejenius yang kau kira."
"Setengah jam yang lalu, aku mendapat kabar kalau kau selalu berada di peringkat tiga teratas."
"Jadi, kau seorang penguntit?"
Adina hanya mengangkat kedua bahunya tanpa mencoba mematahkan dugaan Jory. "Aku hanya penasaran."
Jory tidak menjawab.
"Aku juga penasaran kenapa seorang jenius mau berteman dengan makhluk seperti Ed."
Kali ini, Adina yakin ucapannya terlalu mengandung umpan untuk memancing amarah Jory. Di hadapannya, Jory masih tersenyum, tetapi sekarang terlihat seperti senyuman iblis.
"Aku pikir kau anak yang polos," kata Jory.
"Ma-maksudku bukan merendahkanmu. Aku hanya bingung, kenapa Ed sekarang berteman dengan orang yang berpotensi menjadi anak baik-baik."
"Kau tahu kenapa Amerika menjatuhkan bom atom di Jepang?"
"Aku bahkan belum membaca buku-buku ini."
"Tujuannya masih dalam perdebatan. Apakah untuk sebuah perdamaian ataukah sebuah kekuasaan."
"Baik, aku akan mengingatnya. Tapi aku tidak mengerti apa hubungan bom dengan Ed?"
Jory kembali memamerkan senyum iblisnya. "Kau mirip sekali dengan perdebatan itu. Kenapa kau terus menjatuhkan serangan kepada Ed? Apakah demi perdamaian atau kekuasaan?"
Adina kehilangan kata-kata. Dia memang tidak terlalu paham akan arti perdamaian dan kekuasaan. Namun dia tidak terlalu bodoh untuk memahami maksud tersirat Jory.
"Adina, kau tahu kenapa banyak orang membenci pelajaran sejarah? Karena mereka hanya memperdebatkan masa lalu yang bahkan kita sendiri belum hidup di dalamnya. Dan sekarang, kau seperti buku-buku sejarah ini." Jory menutup keras buku di hadapannya dan melanjutkan ucapannya, "jangan tinggal di masa lalu kalau kau tidak ingin dibenci."
Adina masih kehilangan kata-kata saat Jory meninggalkannya bersama tumpukan buku sejarah yang sekarang tampak seolah sedang mengejeknya. Setidaknya sekarang Adina tahu kenapa pelajaran sejarah diciptakan. Jawabannya adalah sebuah pertanyaan besar; bagaimana seseorang bisa melupakan sebuah peristiwa yang terlalu membekas di hatinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Gladiol Liar
Teen FictionSatu-satunya yang Adina syukuri adalah dia kembali satu sekolah dengan Shad. Namun ada yang tidak beres. Teman kecilnya itu sekarang berteman akrab dengan Ed, si perusuh yang belum juga tobat. ⚠️ UNEDITED EDITION ⚠️ --- Genre: Fiksi Remaja ©Kopa Iot...