11. Hidden Desire

1.2K 64 0
                                    

"Ya, Kak... Aku sangat yakin dengan keputusanku."

Aidan langsung menggendong wanita itu dan merebahkan wanita itu ke ranjang besar. Dengan gerakan cepat, Aidan melepaskan atasan wanita. Kabut dalam gairah yang tak tertahankan itu membuatnya kehilangan kesabaran. Kancing-kancing itu terlepas dari kemejanya. Ava terkesiap kaget melihat Aidan yang kini kehilangan ketenangannya tetapi perasaan itu lalu berubah menjadi kebahagiaan yang luar biasa saat pria itu akhirnya menerima undangannya.

Aidan menggoda tubuh Ava dengan jari-jari dan lidah yang ahli memainkan gairah wanita itu. Menyiksa Ava dengan nafsu yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan dengan cepat mengantarnya ke langit ke tujuh.

Napas Ava memburu dan wanita itu sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Ledakan yang diciptakan pria itu benar-benar dasyat, menghancurkan seluruh nalar dan akal sehatnya. Ava yang sibuk meredakan efek ledakan itu, tidak menyadari Aidan membuka pahanya lebar.

"Kak!!!" pekik Ava saat bukti gairah Aidan memasukinya, menerobos selaput tipis tanda kesuciannya.

Ava merasa asing dengan sensasi yang ditimbulkan Aidan. Dia merasa tidak nyaman tetapi tidak ingin menghentikan pria itu mendapatkan kenikmatannya. Secara refleks Ava menatap Aidan bingung. Aidan menghentikan mendadak gerakannya tatkala menyadari air mata membasahi wajah wanita yang sudah menyerahkan kesuciannya padanya.

"Oh, demi Tuhan... Lanjutkanlah, Kak. Jangan berhenti," gumam Ava menyemangati dengan suara serak.

Ava melingkarkan kakinya ke pinggang pria itu. Berusaha mendekatkan tubuhnya dengan Aidan sekaligus isyarat agar pria itu melanjutkan apa yang telah terjadi di antara mereka.

Aidan tidak berkomentar dan hanya membalasnya dengan kecupan kecil lalu kembali ke posisinya. Menyerangnya tiada ampun. Kedua tangan yang bebas lalu mengunci pinggang pinggang wanita itu di tempat sehingga hujaman-hujaman itu semakin dalam dan kuat.

Kesadaran Ava semakin termakan kabut gairah. Dia hanya mendesah dan sesekali memanggil nama Aidan ketika Aidan berkali-kali memasuki selubung ketatnya. Otot-ototnya mulai berkontraksi, menuntut sesuatu yang tidak dimengertinya dan mungkin tanda akan terjadinya sebuah ledakan.

Aidan mengabulkan keinginan Ava dan dia pun segera memenuhinya dengan mempercepat gerilyanya untuk memporak-porandakan gairah wanita itu.

"Ava!!!" Aidan menggeram dengan suara teredam saat cairan hangat itu menyembur di dalam selubung Ava. Aidan menahan tubuhnya dengan tangan agar tidak menindih Ava yang berada di bawahnya.

Ava menyangka permainan mereka berhenti di sana tetapi dugaannya salah. Tanpa memikirkan keluhannya, Aidan kembali menggoda tubuhnya hingga dia kembali meraih ledakan itu berkali-kali sampai kesadarannya hilang dan tenggelam dalam pusara gairah.

Ava terbangun dalam keadaan terdisorientasi pagi harinya.

"Kamu tidak apa-apa?"

Pertanyaan Aidan membuatnya tersadar jika Ava kini tertidur di samping kakak tirinya, tempat yang seharusnya dimiliki oleh Violet, bukan dirinya.

Ava hanya mengangguk lalu melihat ekspresi Aidan berubah bersalah dan sendu, seakan pria itu menyesali perbuatannya. Ava berpikir tindakan tanpa pikir panjangnya membuat beban baru dalam pikiran Aidan. "Kakak tidak perlu membalas perasaanku. Aku tahu jika aku sangat licik karena menyerang Kakak di saat Kakak masih terluka dan dalam keadaan tidak sadar."

"Ava—"

"Aku hanya ingin Kakak tahu jika aku selalu ada untuk Kakak. Jika aku selalu mencintai Kakak, dengan atau tanpa perasaan Kakak kepadaku."

[END] Irresistible SIN: Stepbrother's LOVE SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang