Salahkan aku,jangan jilbabku (3)

92 6 2
                                    

     Pagi ini tak secerah hari biasanya. Langit terlihat mendung dengan udara yang terasa sangat dingin. Sungguh, cuaca hari ini membuat orang malas melakukan aktifitas dan lebih memilih bersantai di atas tempat tidur.

   Ify berjalan dengan santai sambil sesekali mengeratkan jaket yang ia kenakan, saat dirasa udara semakin dingin. Ify mendongkakan kepalanya menatap langit yang gelap, saat dirasa tetesan-tetesan air mulai turun mencoba membasahi bumi yang akhir-akhir ini terasa gersang. Kemudian mempercepat langkahnya,meski sedikit sulit mengingat kakinya yang kemarin malam terkilir, membuat sebelah kakinya telihat lebih besar. Ify mencoba berteduh terlebih dahulu di sebuah halte yang kebetuan berada di sebrang sekolahnya. Hari masih pagi,sepertinya ia lebih baik berdiam disini sampai hujan mulai reda.

"Hh,untung masih pagi" ucapnya sembari duduk di bangku panjang yang tersedia disana.

  Hujan turun semakin deras,hingga membuat udara terasa semakin dingin. Ify sesekali saling mengosokan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang kian menusuk kulitnya.
Terlihat murid-murid sudah mulai berdatangan, entah itu yang membawa mobil,motor , diantar keluarganya, atau naik kendaraan umum yang kini berhenti di depan halte,tempat ify berteduh. Ia melihat beberapa orang mulai turun dari dalam bus itu, berlarian agar terhindar dari tetesan air hujan untuk kemudian berteduh di halte.

Ify menggeser duduknya saat beberapa orang gadis berseragam sama denganya namun dalam versi pendek, duduk menempati tempat kosong di sebelahnya.

"Gak duduk,ri?" tanya salah satu dari gadis-gadis itu pada temannya yang masih berdiri,padahal masih ada ruang kosong cukup untuk satu orang,tepat di samping ify.

Gadis itu menatap ruang kosong itu kemudian menatap ify sejenak.
"Nggak ah" jawabnya dengan raut wajah yang terlihat tak berminat sama sekali.

Jawaban gadis itu membuat teman-temanya mengalihkan pandanganya ke arah samping,setelahnya mereka terlihat berbisik-bisik.

Ify sadar, pandangan itu dan bisik-bisikan itu ditujukan padanya. Ah,hal itu sudah sangat biasa baginya, sudah dua tahun lebih bersekolah di tempat ini, dan hampir setiap hari melihat dan menerima hal seperti ini, membuat ify jadi terbiasa.

Ify menatap hujan yang masih turun. Sungguh,ify ingin sekali segera meninggalkan tempat ini, telinganya mulai terasa panas. Ify bisa saja berlari menembus hujan,tapi ia pasti sampai dengan keadaan basah kuyup, belum lagi dengan keadaan kakinya yang pasti akan semakin parah bila dipaksakan untuk berlari.

Yang bisa ify lakukan sekarang hanya berdoa semoga hujan segera reda,dan ia bisa dengan cepat beranjak dari sini.

Ify mengela. Ah,andai saja ia membawa—

Payung. Sebentar. Ify baru saja berpikir andai saja ia membawa payung,mungkin sekarang ia sudah duduk manis di dalam kelas. Dan sekarang. Ada sebuah payung yang tersodor di hadapannya. Apa ini bentuk dari imajinasi yang ia buat? Atau, orang yang menyodorkan payung itu dapat membaca pikiranya?.
Eh– tunggu. Orang yang menyodorkan payung?

Dengan segera ify mengangkat wajahnya, guna melihat pemilik tangan yang memegang payung itu. Seketika matanya membulat,ify tak salah lihat kan? Sungguh, mata ify masih normal.

Wajah itu—

"Bisa tolong di ambil aja gak? Tangan ku pegal"

Ify mengerjapkan matanya,
mendengar perkataan itu. Dengan segera ify menundukan pandanganya kembali menatap payung yang tersodor di depannya.

"Apa suara ku barusan kurang jelas? Ambil lah! Aku serius. Tanganku mulai terasa pegal"

Dengan gerakan perlahan ify menerima payung itu.

DESHOFWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang