Aku tidak tahu pasti, bagaimana cerita ini dimulai. Aku pun jadi ingin tahu tentang bagaimana skenario semesta mempertemukan aku dan kamu. Dari puluhan bahkan ratusan juta manusia di dunia ini, mengapa Tuhan mempertemukan kau dan aku? Mengapa? Pasti ada alasan di baliknya yang hanya diketahui oleh-Nya---Yang Maha Kuasa.
Pasti, waktu itu, kamu dan aku masih sama-sama lugu tentang perasaan indah sekaligus rumit bernama 'Cinta'. Pun, masih teramat polos perihal rindu yang bisa bertamu kapan dan di mana saja. Benar begitu, kan?
Ah, sungguh aku ingin mengulang kembali masa indah yang menyenangkan itu. Aku ingin tahu bagaimana pertemuan pertama kau dan aku, hingga kita bisa bersahabat, dan seringkali bermain bersama.
Tapi, kutahu itu mustahil. Kusadar, aku tidak akan pernah bisa mengulang waktu. Dan aku sadar betul bahwa tiada kenangan yang lebih indah, selain kenangan bersamamu.
Tak ada seorang pun yang mampu menandingimu. Tidak ada, sungguh. Kamu adalah yang terhebat dan akan selalu menjadi yang terhebat dalam hal menciptakan kisah indah di hidupku. Kamu memang hebat, sampai-sampai aku kehabisan cara untuk melupa. Sampai-sampai kau selalu jadi juara di langit-langit benakku, bahkan namamu selalu menggema dalam doa lirihku pada-Nya.
Maaf, jika ini terdengar berlebihan. Kutahu, itu tidaklah baik. Tapi, ini nyata, kamu nyata, dan aku berkata yang sejujurnya. Ya, walaupun sampai saat ini, aku belum punya keberanian untuk berterus terang padamu tentang perasaan yang hanya kusimpan dalam hati ini.
Aku tahu dirimu, sangat-sangat mengenalmu. Kamu memang manusia biasa. Kamu cuma pria biasa. Tapi, seisi penghuni langit tahu bahwa kamu itu luarbiasa. Kamu ... istimewa dan berbeda. Tanpa kausadari, kau telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Dan tanpa kusadari, perasaan aneh itu tiba-tiba saja tumbuh dalam hatiku yang tandus.
Kata orang, perasaan itu bernama cinta.
Ah, apa iya? Apa benar aku jatuh cinta? Oh, bukan.
Aku bukan jatuh cinta, tapi aku jatuh hati. Awalnya aku hanya sekadar kagum pada kepribadianmu, lalu tanpa bisa kukendalikan, rasa itu bermetamorfosa menjadi perasaan cinta yang tak biasa.Semesta, terlalu banyak hal yang ingin kuungkapkan dalam rangkaian aksaraku ini. Tapi, kutahu ini tidak akan cukup. Bahkan, jika kujadikan sebuah buku pun, ceritanya masih belum selesai, dan hatiku masih ingin terus menyuarakannya meskipun harus lewat sejuta puisi. Jadi, baiknya aku bagaimana? Haruskah kuciptakan dialog rasaku ke dalam sebuah lagu? Lagu yang takkan pernah habis kunyanyikan dalam semalam. Lagu yang akan merayu semesta untuk memanggil hujan, dan lagu yang akan menjelaskan tentang betapa indahnya dirimu. Iya, kamu yang kucintai diam-diam, namun dalam-dalam.
Semesta, 06 Agustus 2018
7:18 pm
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang (belum) Usai
PoesiaTentang perasaan yang awalnya abu-abu. Ini adalah kisah si kaku yang bertemu dengan si ceria. Tentang si perasa dan seseorang yang tidak peka. Tentang si putih dan si biru. Tentang aku dan kamu yang diam-diam membuatku jatuh hati. Dan aku benci...