Tak kusangka, setelah perpisahan di masa kecil itu, kita dipertemukan kembali oleh semesta. Dan ternyata, kita satu sekolah meskipun tidak sekelas. Sungguh, saat itu, aku benar-benar senang sekali. Karena bagiku, ini adalah kesempatan untuk menciptakan kisah indah lain yang tentunya lebih seru dan berkesan dari cerita sebelumnya.
Tapi, aku salah.
Aku dan kamu semakin jauh, apalagi setelah kutahu bahwa kau jatuh. Bukan jatuh dari pohon, tapi kau jatuh cinta. Jujur saja, di satu sisi aku merasa begitu bahagia atas perasaan yang baru pertama kali kaurasakan dalam hidupmu. Perasaan itu bernama cinta. Namun, di sisi lain, aku merasa bingung sendiri pada perasaanku. Karena terkadang kesedihan itu menyapa hatiku tanpa tahu etika, dan rindu acapkali mengisi lubuk sukmaku tanpa tahu tatakrama. Tahu-tahu, rasa rindu itu berkonspirasi dengan resah yang meraja di dada. Hingga pada akhirnya, aku sering menangis tanpa sebab.
Lucunya, aku jatuh cinta pada seseorang, selain kamu. Entah apa yang kupikirkan waktu itu. Yang kutahu, itu pasti cuma cinta monyet. Kata orang, itu hanya sekadar cinta mainan dalam artian 'belum serius dan belum paham apa definisi cinta yang sebenarnya'. Lalu, apakah perasaanku padamu pun termasuk cinta monyet? Cinta sesaatkah?
Anehnya, kala itu, namamulah yang selalu melembayang di langit-langit pikiran. Tawamu adalah suara favorit yang tak pernah bosan kudengar. Senyuman manis yang melengkung indah di bibirmu adalah pemandangan terindah yang mampu membuatku bahagia. Dan dari semua mostwanted boy yang ada di sekolah, cuma kamu sang juara yang bisa benar-benar membuatku terpukau. Aku tidak kagum pada apa-apa yang kaupunya, melainkan akan apa yang tersembunyi di nurani, tapi terpancar lewat sorot mata teduhmu.
Duhai kamu, ada yang ingin kutanyakan, "Mengapa tatapanmu bisa seteduh itu? Apakah awan bersemayam di balik bola mata indahmu? Apakah senyawa yang dimiliki embun pagi hidup di matamu?"
Oh, iya, tanpa kautahu, diam-diam aku suka memerhatikanmu dari jauh. Diam-diam, aku suka agak iri pada seseorang yang bercanda ria denganmu. Aku pun seringkali merasa sedih, ketika kau tidak lagi berbagi cerita padaku, dan kau malah lebih banyak ngobrol ke orang lain. Jujur, aku sangat sedih saat itu. Tapi, logikaku berkata, "Siapa aku? Tidak ada hak untuk ku cemburu padamu. Karena nyatanya, aku memang bukanlah sesiapamu. Aku cuma teman kecilmu saja yang entah di anggap sebagai sahabat atau tidak olehmu."
Ya ampun! Anehnya lagi, mataku tak pernah lelah mencari-cari dirimu di tengah keramaian saat bel istirahat menggema di seluruh penjuru kelas dan koridor sekolah. Aneh tapi nyata. Waktu itu, aku selalu saja bersikap biasa-biasa saja di hadapanmu. Eits! Tapi, itu hanya tampak luarnya saja. Ibarat sebuah buku, itu hanyalah sampulnya saja, dan kamu tidak akan pernah tahu bagaimana isinya, kecuali kamu membacanya.
Mengapa aku sebegitu jago acting di depanmu, padahal, gugup bertahta di lubuk hatiku? Dan mengapa aku hebat untuk menutupi degup jantungku yang tidak menentu tiapkali berpapasan, atau bahkan diajak bicara olehmu?
Inikah namanya cinta? Yang pasti, aku tidak tahu, perasaan ini tumbuh. Tapi, kuyakin, perasaan ini hadir bukan pada saat pandangan pertama. Sungguh, bukan. Karena sepertinya, rasa ini ada karena kau sangat menyebalkan waktu itu, dan tanpa kusadari sikapmu itulah yang membuat hatiku jatuh padamu ... jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan kala itu, kau begitu menjengkelkan sekaligus menyenangkan, hingga membuat masa kecilku terasa lebih berkesan. Karenamu, semua karenamu. Hatiku jadi mengenal perasaan rumit ini. Perasaan absurd yang tak hanya sulit dimengerti, tapi juga berkawan dengan indah, serta rindu.
Bersambung.
Ceritanya belum selesai, lho, Kawan. 😊
So, tunggu kelanjutan kisahnya, oke?Salam pujangga.
Salam aksara.Peluk jauh dari Hime. ☔
Bekasi, 08 Agustus 2018 (10:35 pm)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang (belum) Usai
PoésieTentang perasaan yang awalnya abu-abu. Ini adalah kisah si kaku yang bertemu dengan si ceria. Tentang si perasa dan seseorang yang tidak peka. Tentang si putih dan si biru. Tentang aku dan kamu yang diam-diam membuatku jatuh hati. Dan aku benci...