2. Bye bye rumah!

84 11 10
                                    

Ini hanyalah coretan tentangmu

Dimana hanya kerinduan yang tersimpan didalamnya

Tergambarkan dengan Indah disetiap baitnya

Rindu itu sulit untuk dikatakan

Yang mampu kulakukan hanya merangkainya di setiap coretan ini

Mungkin, rinduku ini beratikan ikhlas

Merelakan kepergianmu

Dan mengenangmu lewat tulisan ini

Tertanda, Marina yang sedang rindu, ea wqwq.

ㅡㅡㅡ

Senyum kembali merekah ketika Rin membaca ulang puisi yang ia buat. Tak disangka ia mampu menciptakan sajak sebagus itu. Mengingat, saat masih SMP dulu tugas mengarang puisinya selalu mendapat nilai 50.

Rin bangkit dari posisi tidur menjadi duduk. Ia mengambil handphonenya yang tergeletak di atas nakas tempat tidur, lalu memainkan benda persegi tersebut.

ㅡㅡㅡ

Shea🌼

Sekarang gue mau pindah:(

Hm, omong doang

Iye sumpah beneran

Lah, kalo lo pindah gue gimana:"

Ya bodo amat

Yaudah sana pindah yang jaoh

Okay, kita putus ˋ︿ˊ

Ya sapa juga yg mau pacaran sama daki onta kek lo.

Ini makhluk terkutuk emang:)

Emang pindah kemana?

Jl. In aja dulu sapa tau jodoh

Lah, deket rumah gue dong
Yuhuuu cepetan pindah sekarang!

ㅡㅡㅡ

"Marinah, turun sekarang. Cepetan berangkat!" Suara Kia dari bawah memaksa Rin menghentikan kegiatan bermain ponselnya. Dengan langkah kaki yang terbilang malas ia berjalan menuju lantai bawah.

Dibukanya pintu rumah dan di sana Rin dapat melihat koper berisi pakaian miliknya tertata dengan rapi. Kia dan Revo pun menyambut kepergian dengan tawa kebahagiaan. Ya sebenarnya yang ketawa cuma Revo doang.

"Kalo pergi gausah balik ya." hinaan dari Revo kakaknya sendiri mengiringi langkah Rin, amarah Rin sudah meledak ledak sejak tadi. Jika saja tidak ada ibundanya, mungkin Rin sudah mengeksekusi mati kakaknya tersebut.

"Bun, gausah pindah ya. Ntar kalo Rin kenapa napa gimana:(" sekarang Rin merengek dan memeluk Kia memohon agar permintaannya dikabulkan.

"Heh, hayo!" Kia menatap tajam pada Rin bermaksud agar menyuruh Rin segera pergi meninggalkan rumah, "Revo, anter adekmu!"

"Swiap bunda!"

___

Mungkin mengisi kesunyian saat berada di mobil dengan mendengar lagu kesukaan adalah hal yang terlintas dipikiran Rin, daripada mengajak bicara abangnya yang menyebalkan itu lebih baik bersenandung riang.

"Loh kok kabelnya mbulet gini?" ekspresi Rin sedih melihat earphone miliknya tiba-tiba saja kusut saat ia ambil dari tas punggungnya. Padahal sebelum berangkat Rin sudah memastikan berkali kali agar earphone miliknya terikat dengan rapi.

"Kabel aja bisa ruwet apalagi hubungan lo entar, wkwk." bukannya membantu Revo malah menertawakan Rin.

Namun, putus asa bukanlah sikap Rin. Ia lebih suka berakit rakit ke tepian berenang renang di hulu.

Rin mulai mencoba memperbaiki gumpalan earphone yang kusut tersebut. Dan butuh beberapa saat agar Rin dapat memperbaikinya, sekarang ditatapnya kabel earphone dengan bangga oleh Rin yang telah lurus dan siap untuk dipakai.

"Turun, udah nyampek tuh."

Baru saja ia akan bersenandung ria menikmati perjalanan diiringi musik. Tak disangka perjalanan yang Rin lalui hanya ditemani kesibukannya mengutak atik kabel kusut.

"Argh bodo, nih ambil aja. Gabutuh!"

Rin melempar earphonenya tepat di muka Revo, kemudian ia keluar dari mobil.

Hampir saja Rin lupa berpamitan pada abangnya. Walau Revo selalu menjahili Rin. Revo tetap menjadi kakak kesayangannya Rin-- ya karena emang Revo kakak satu satunya Rin.

"Eh, bang Revo!" ketika Rin baru saja berbalik, mobil yang ditumpanginya tadi menghilang tanpa jejak, "abang sialan maen tinggal aja."

Rin memutar tubuhnya kembali dan terpampang jelas sebuah gedung bertema klasik dengan tambahan beberapa sudut taman yang kini Rin perhatikan dengan seksama. Bahkan menurut Rin ini lebih tepat di sebut apartemen daripada kos-kosan.

Rin menautkan satu alisnya ketika melihat sebuah banner menghias pintu masuk lobi.

SELAMAT... SELAMAT... SELAMAT... PENGANTIN BARU, EH MAKSUDNYA PENGHUNI BARU

Rin mencoba menghampiri sebuah pos satpam yang berada tak jauh dari tempat ia berpijak, "Mas, Pak Komar nya ada?"

Satpam tersebut masih saja sibuk mengotak atik handphonenya tanpa menyadari keberadaan Rin.

"DEMI KERA SAKTI NYARI KITAB SUCI. DENGERIN GUE LAGI TANYA, ABDULLAH!"

Baru saja Rin akan mengeluarkan beragam kata kasar namun sentuhan pada pundaknya menghentikan kegiatan Rin, "ih siapa sih ganggu bae!"

Rin membalikkan badannya mencoba mencari tau siapa orang yang berada dibelakangnya. Hingga matanya membulat sempurna ketika seorang Renal, ketua tim futsal SMA Mentari sedang mencoba menyapa Rin. Sosok Renal yang pernah menjadi dambaan hati Rin, sedang berdiri tepat selangkah di depan Rin.

"Percuma ngomong sama satpam sini, dia agak budeg." Renal mengangkat satu sudut bibirnya membuat Rin tak bisa berkata maupun bergerak.

Si Marina mau pantun dulu,
Dua tiga kucing berlari
Seneng banget anjir

ㅇㅇㅇ

Terus pantau perkembang biakan Rin, ok!!! Jangan bosen bosen sama ke gesrek an si MARINA

Dan jangan lupa tinggalin jejak, jejak kaki maksudnya:)

Kosan Pak KomarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang