Nadira(2)

34.5K 1.8K 81
                                        

Berkat ayahnya, Nadira tidak mendapatkan skors mau pun dikeluarkan dari sekolah namun orang tuanya harus membayar sejumlah denda yang tidaklah sedikit bagi Nadira, menurutnya ketiga anak itu terlalu berlebihan dan mencoba menguras uang orang tuanya. Namun sang ayah dan bunda tidak mempermasalahkan itu asal Nadira tidak mendapatkan masalah kedepannya.

Nadira bersyukur memiliki kedua orang tua yang amat sangat mencintainya, ditambah kakaknya yang meski seringkali menyebalkan namun tetap melindungi Nadira sejak gadis itu kecil, selisih di antara keduanya hanya 3 tahun dan kakaknya saat ini tengah sibuk dengan kuliahnya, sesekali membantu sang ayah mengurus perusahaan.

Ia benar-benar merindukan Adrian, kakak lelakinya. Pasalnya semenjak ia pindah hanya kedua orang tuanya yang sempat menjenguk itu saja tidak sering, dan Nadira harus membuat ulah terlebih dahulu untuk bertemu dengan mereka.

Sampai ujian berlangsung Nadira merasa lega, ia bisa menjawab soal dengan mudah berkat les secara online dan dirinya yang belajar mati-matian. Anak itu berhasil menduduki peringkat terbaik dengan nilai sempurna.

Dan saat ini ia tengah duduk-duduk di restoran, di hadapannya ada Dino yang sedari tadi tidak berhenti mengunyah makanan. Karena Nadira tengah bahagia, tidak mengapa ia merogoh kocek lumayan dalam hanya untuk sekedar membayar semua makanan ini. Tidak mengapa bulan ini ia tidak membeli pelembab wajah dan skin care yang biasa ia beli.

“Pelan-pelan Din makanya, lo sedari tadi jadi gunjingan banyak orang,” kata Nadira pelan, ia pun sebenarnya merasa risih melihat bagaimana Dino yang makan belepotan meber kemana-mana.

“Ah bodo amat Nad, nggak usah pikirin mereka. Kita kan di sini bayar juga,” ujar Dino tampak acuh dengan sekitar. Ia terus menggigit daging yang sedari tadi ia santap, sisa tulangnya bahkan sudah menumpuk setinggi bukit. “Lo malu ya Nad, makan bareng gue?” tanya Dino tanpa menatap Nadira, cowok itu fokus menatap kulit ayam yang tampak mengerikan baginya. Dino tidak suka kulit ayam, dan itu merupakan bagian Nadira.

“Ya malu lah Din, lo makan sefrontal ini.”

Perkataan Nadira menghentikan Dino, cowok itu beralih menatap Nadira.

“Sorry ya Nad.”

~

Sudah beberapa minggu Dino menghindari Nadira, membuat gadis itu terus dibuat gelisah juga rasa bersalah. Ia tidak berniat terang-terangan melukai Dino, namun ia yang dibuat kesal oleh kasak-kusuk tidak bermutu membuat ia lepas kontrol yang akhirnya membuat Dino mungkin sakit hati dan berakhir cowok itu menghindari Nadira.

Nadira berguling kesana kemari, sejak tadi mencoba menghubungi Dino namun cowok itu tidak menerima panggilannya, sepertinya memang sengaja mengabaikannya mengingat bukan kali ini saja Dino tidak menerimanya, sebelum-sebelumnya juga.

Nadira mengernyit, “Apa gue kirim pesan yang sedikit ekstrim kali ya, dicuekin dia ternyata semengerikan ini.”

Nadira mulai mengetikan beberapa baris kalimat, ia terkikik. Tidak memperdulikan apa-apa lagi, ia melirik koper yang sudah tertata rapi di samping lemari pakaiannya, besok ia sudah harus kembali ke kota. Entah kapan ia akan kembali kemari lagi.

Seperti perjanjian sang ayah, yang akan ‘menarik’ Nadira saat kenaikan kelas tiga. Sang ayah akan memasukan dirinya ke sekolah unggulan di kota, tidak mengelak bahwa Nadira senang bisa bertemu lagi dengan sahabat-sahabatnya, namun ia juga sedih harus meninggalkan teman-teman kelasnya terutama Dino, cowok itulah yang paling dekat dengan Nadira di antara anak-anak lainnya, meski menyebalkan cowok itu selalu ada untuk Nadira setahun belakangan ini, cowok itu yang menemani dan memperdulikannya, terlebih tidak membiarkan Nadira kelaparan.

Nadira menghela nafas, ia bangkit saat mendengar gedoran pada pintu rumah. Ia pastikan bahwa yang tengah memukul pintu dengan brutal itu adalah Dino. Benar saja, cowok itu langsung memeggang bahu Nadira memeriksa seluruh tubuh Nadira, mencari apakah terdapat luka meski seujung kuku pun.

NADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang