Kemunculan Adipati Nagara

83 18 2
                                    

Bab 5. Kemunculan Adipati Nagara

"KAU PIKIR SEPEDA INI HARGANYA MURAH, HAH?! SEENAKNYA KAU PAKAI SAMPAI-SAMPAI RANTAINYA HAMPIR COPOT! SEBENARNYA APA YANG KAU KEJAR, HAH?!"

Lintang menunduk mati kutu, merapatkan kedua tangan berusaha meminta maaf kepada seorang pedagang buah yang ia pinjam sepedanya sampai rantai sepeda tersebut hampir terlepas saking cepatnya Lintang mengayuh sepeda mengejar Violette.

Suasana Pasar mulai menegang saat mendengar teriakan serta kemarahan si penjual buah itu. Dia benar-benar geram dan marah. Berkacak pinggang dengan mata menatap tajam gadis berjubah merah di hadapannya. Banyak sekali pengunjung pasar berbondong-bondong menonton mengerumuni lapak si penjual buah. Lintang telak menjadi pusat perhatian sekarang.

"Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar minta maaf. Maafkan saya." Lintang kembali meminta maaf, kali ini dengan wajah memelasnya.

Si penjual buah berdecak kesal, melirik Garda tidak kunjung mengeluarkan suara. Pria itu mendengus, "Apa kau kenal gadis ini, Hah?!"

Garda mengangguk, "Dia sudah meminta maaf. Hanya Paman yang belum memaafkan kesalahannya."

Lintang mengernyit mendengar jawaban Garda, padahal bukan gue aja yang bawa sepedanya, dia juga, batinnya sebal. Ia lantas kembali memohon maaf pada si penjual buah. "Maafkan kami, Pak. Kami benar-benar minta maaf."

Si penjual buah berdecih, meski masih kesal dengan satu sepedanya yang hampir rusak, ia mengangguk jengah. "Baik lah. Aku maafkan. Asal kau mau mengganti rugi rantai sepedanya."

"Aku ganti."

Lintang menoleh cepat ke arah Garda. Pemuda itu merogoh saku jubah militernya dan mengeluarkan beberapa koin emas kemudian memberikannya pada si penjual buah. Semua penonton pasar yang ikut menyaksikan mulai menatap Garda tidak percaya.

Si penjual buah tergagap, "Gar-garda, ini terlalu banyak, apa yang kau--"

"Ambil saja semuanya. Aku juga layak mengganti rugi sewa sepeda yang aku bawa."

Lintang menelan ludah, melihat sepuluh koin emas di hadapannya. Udiknya, Lintang menatapnya sampai tidak berkedip hingga si penjual buah menyadari tatapan Lintang yang tertuju fokus pada koin emas di genggamannya.

Itu, koin emas asli? Unbelieveable, for the first time, gue liat koin emas asli?! Lintang menjerit kegirangan dalam hati. Matanya berbinar cerah.

"Kau itu kenapa, heh?" si penjual buah itu bertanya heran, matanya beralih pada Garda, "Terima kasih banyak, Garda. Aku harap kau segera membawa gadis ini jauh-jauh, sampai daerah perbatasan. Lihat saja, dia aneh sekali."

Garda merengut, melihat Lintang yang masih takjub melihat uang koin emas yang hanya bisa didapatkan oleh beberapa petinggi kerajaan. Satu koin emas memang sangat berharga, dan harganya setara dengan lima ekor kuda jantan. Pantas saja, Lintang mungkin baru kali ini melihat koin emas sesungguhnya tepat di depan matanya.

"Dia murid istimewa Professor Samudera Bulan. Jadi, aku tidak berhak membawa seorang pelajar pergi tanpa izin Kepala Sekolah. Kalau urusannya sudah selesai, kami permisi."

Garda berdeham, membuat Lintang tersadar akan kelakuannya yang benar-benar membuatnya malu bukan kepalang. Gadis itu kembali berdiri tegak, membungkuk lantas pergi mengikuti langkah Garda yang kini meninggalkannya.

"Hei! Garda, tunggu!" Lintang berlari-lari kecil, mengejar Garda yang sudah sampai di depan toko pernak-pernik tempat barang-barang Lintang disimpan. Melihat Garda membawa barang-barang miliknya secara berlebihan, Lintang menghela napas, mengambil sebagian barang-barang tersebut di tangan kirinya. Sementara tangan kanan membawa kandang merpati jantan peliharaan barunya.

NALA: The Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang