Dia gadis yang baik, aku tahu itu. Dia gadis yang tidak membeda-bedakan orang lain, bukan gadis sombong, ia polos… ia selalu jujur, apa adanya. Satu yang kusuka darinya, ia sahabat yang baik.
Namun, ia juga orang yang menjengkelkan saat harus berhadapan dengan orang lain; ia sedikit naïf dan selalu menilai orang lain adalah orang yang baik.
Aku tak tahu, itu bisa dibilang sebagai sisi positif atau negatif darinya.
***
Sama seperti saat ini, ketika ia mulai membicarakan si “anak baru” itu dengan semangatnya, sampai-sampai ia tidak sadar kalau aku sudah menyumpal telingaku dengan headset dan memutar musik keras-keras. Mungkin sebentar lagi aku bisa jadi tuli.
“Yah! Helene!” hardik Na Young. “Kau mendengar ceritaku atau tidak, hah!?”
“Apa!?” balasku tak kalah sengit. “Aku mendengarkan celotehanmu, kok! Kau dari tadi membahas tentang si anak baru itu kan? Ia memujimu baik, ia menceritakan keprihatinannya terhadap kaum wanita tentang rasa sakit saat menstruasi, lalu kau merasa tersentuh. Ya kan?”
“Kau ini kenapa, sih? Kau benar-benar tidak suka dengan Soo Hyuk, ya?”
“Kau sudah tahu jawabannya, Na Young.” Sahutku gemas. “Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, jangan pernah mempercayai orang asing! Jangan menggubris perkataan mereka, jangan pernah mengikuti ke manapun ajakannya!”
“Kau kan juga orang asing.” Aku melirik Na Young sekilas. Na Young menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak. “Duh! Kau ini sungguh kejam sekali menilai Soo Hyuk seperti itu. Dia itu teman kita sekarang dank au belum mengenalnya sudah langsung menilainya seperti itu. Memang berapa kali kau ngobrol dengan Soo Hyuk? Kau selalu pergi ketika ia memberimu salam, bagaimana kau bisa mengenalnya?”
“Well, sahabatku yang tersayang…” aku menyela Na Young. “Aku tidak ingin berdebat denganmu,” aku menurunkan volume suaraku dan kutahan semua emosi yang sebenarnya sudah memuncak, aku tak percaya aku bisa bersahabat dengan orang sepolos Na Young. “Aku dank au sudah bersahabat sejak SMP, coba hitung berapa lamanya kita mengenal satu sama lain. Sudah berapa banyak kekonyolan yang kita buat? Aku yakin kau tahu diriku dengan baik dan begitu juga aku. Aku ingin kau menjauhi orang itu. Aku tidak ingin menakut-nakutimu, tapi sejak dulu aku bisa merasakan bahaya yang ada di sekitarku dan sekarang, aku merasakan ada bahaya besar yang akan mendekatimu. Aku ingin kau selamat, sahabatku. Maka dari itu, aku sungguh-sungguh berpesan padamu, JAUHI SOO HYUK!”
“Kenapa?”
Aku menghela napas panjang. “Kau ingin mendengarkanku atau tidak? Kalau kau tidak mau mendengarkanku ya sudah, aku sih hanya memperingatkanmu saja. Oke?”
Na Young tidak berkata apa-apa lagi. Ia mengemasi barang-barangnya lalu pergi meninggalkanku sendirian di kelas. Aku tidak akan meminta maaf padanya, aku sudah berusaha dengan keras memperingatkannya agar menjauhi Soo Hyuk, tapi ia masih saja menaruh prasangka baik padanya. Aku tidak berbohong saat bilang kalau aku bisa merasakan bahaya yang akan menyerangku atau orang-orang yang kukenal, nenekku juga bisa merasakan hal seperti itu dan sudah menjadi kemampuan turun-temurun di keluargaku. Dari dulu intuisiku sangat kuat, firasat-firasatku selalu benar dan sejak pertama kali aku melihat si anak baru itu, aku sudah merasakan ada yang tidak beres dengannya. Bulu kudukku selalu meremang kalau dekat dengannya.
Apa aku menyukainya? Cih, jangan bercanda!! Jangankan suka yang menjurus ke cinta, menerimanya hadir dan mengakuinya sebagai teman saja aku tak mau!
Semua ini berawal sejak dua bulan yang lalu… Mr. Lee, wali kelas kami, tiba-tiba datang dengan membawa seorang pemuda masuk ke kelas. Pemuda itu sangat tampan hingga gadis-gadis di kelasku berubah menjadi ramai. “Selamat siang, semuanya. Perkenalkan, namaku Lee Soo Hyuk, aku pindahan dari Jeju. Keluargaku memiliki toko kue dan coklat di dekat sekolah ini, kalau nanti kalian pergi ke sana, aku akan memberikan diskon untuk kalian.” Murid-murid bersorak kegirangan dan bersiul senang. Soo Hyuk tersenyum sambil memandang sekeliling kelas dan entah kenapa ia menghentikan pandangannya pada Na Young. Aku bisa melihat ujung bibirnya terangkat ke atas; ia tersenyum licik. Soo Hyuk sadar kalau aku melihat senyuman liciknya itu. Ia berhenti memandangi Na Young lalu berbalik melihat ke arahku. Ia benar-benar menatapku lekat-lekat lalu ia tersenyum padaku. Jantungku berdegup kencang. Bibir yang tertarik lalu membentuk senyum yang tak biasa ditujukan untukmu, bagaimana kau bisa mendapat kesan yang baik?
Mr. Lee menyuruh Soo Hyuk duduk di depan bangkuku dan Na Young yang secara kebetulan kosong karena murid sebelumnya pindah ke luar negeri. Pemuda itu mengangguk lalu berjalan menuju bangku barunya. Ia tidak langsung duduk tapi malah tersenyum lalu mengulurkan tangannya pada Na Young, “Hei, karena tubuhku jangkung, kuharap kau tidak merasa terganggu dengan kehadiranku, aku bersedia mengganti posisi tempat dudukku. Salam kenal, aku Lee Soo Hyuk. Mohon bantuannya.” Na Young menjabat tangan Soo Hyuk malu-malu, aku bisa melihat semburat warna merah di pipinya yang sedikit tembam itu. Cih.
Soo Hyuk berbalik memandangku, ia tersenyum manis –lagi. “Salam kenal, Helene. Semoga kau tidak terganggu dengan kehadiranku.”
APA-APAAN INI!!?? APA MAKSUDNYA BERKATA SEPERTI ITU!?
***
Makin lama Na Young makin tergila-gila dengan Soo Hyuk. Ia bisa membombardirku dengan cerita bagaimana Soo Hyuk memujinya, bagaimana Soo Hyuk menyapanya, bagaimana tiap kesamaan yang secara menakjubkannya terjadi secara tidak disengaja…. Bagi Na Young sekarang, Soo Hyuk seperti menyita seluruh porsi perhatiannya. Aku tidak cemburu karena perhatiannya tersita oleh makhluk itu, tapi sosoknya menjadi semakin jauh dan menjadi berbeda. Tiap hari ia hanya memikirkan Soo Hyuk, Soo Hyuk, dan Soo Hyuk. Aku tahu ia sedang tergila-gila, jatuh cinta, atau apalah itu istilahnya, tapi ini aneh. Aneh sekali. Tidak, tidak…. Aku tidak cemburu ia selalu memperhatikan Soo Hyuk, tapi…. Na Young yang sekarang menjadi lebih kurus. Kulitnya juga pucat dan tidak bercahaya. Tatapan matanya kini tidak lagi berseri-seri, kini tatapan itu berubah menjadi tatapan kosong dan tak berjiwa.
Suatu saat, aku tidak sengaja melihat memar parah di dekat siku Na Young saat kami sedang bertugas di perpustakaan. Aku tidak pernah menyadarinya karena kami memakai seragam hem lengan panjang, namun kali ini Na Young menggulung lengan hemnya sehingga aku bisa melihat luka memar itu. “Hei, itu…” aku menunjuk luka di lengan Na Young. “Kenapa?”
“Hm? Oh, ini… tidak apa-apa, kok. Mungkin terbentur saat aku sedang tidur.”
“Kau sudah memeriksakannya?”
“Belum, sih… tapi sudah biarkan saja. Beberapa hari lagi pasti hilang.” Sahut Na Young sambil meletakkan buku-buku di rak. Aku mengamatinya dari jauh lalu tiba-tiba Na Young meringis kesakitan hingga tersungkur. Aku menghampirinya dan melihat luka memar itu berubah menjadi seperti luka bakar.
Dan aku makin yakin kalau Na Young dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Recipes
FanficSebuah toko kue dan coklat berdiri di tengah hiruk pikuk kota, The Secret Recipes. Toko itu menjadi langganan orang-orang yang mencari penganan manis lezat dari seluruh dunia. Dengan cita rasa yang khas dan tidak bisa ditemukan di toko-toko lain, Th...