Coklat.
Kakao.
Tidak ada yang membenci coklat, walaupun mungkin ia bukan penggemar makanan manis. Semua orang pasti pernah memakan coklat. Buah itu bahkan dijuluki buah dewa di zaman dulu. Nah, keren kan?
Kue.
Tidak ada yang membencinya juga, kan?
Semuanya pasti pernah memakannya, kan?
Ya, aku yakin pasti seluruh umat manusia pernah memakan kue.
Tapi pernahkah kalian memikirkan bagaimana cara membuat coklat dan kue yang lezat tiada bandingannya? Apakah kalian pernah memikirkan bahan-bahan apa sajakah yang harus dicampurkan supaya menghasilkan rasa yang tidak bisa ditiru orang lain?
Well, aku tahu caranya.
**
Seorang pemuda masuk ke sebuah ruangan yang sangat gelap. Di tangannya kini terkulai seorang gadis yang tidak berdaya. Ia membaringkan gadis itu di sebuah kasur di pojokan ruangan lalu mengambil korek dari saku celananya. Ia menyalakan korek itu lalu berjalan menghampiri meja di dekatnya. Pemuda itu menyalakan lilin-lilin yang tersusun rapi di meja. Bibirnya menyunggingkan senyum puas saat semua lilin menyala. Ia membuka laci meja lalu mengambil sebuah tali lalu mengikat gadis malang yang tadi ia bawa.
“Kekekekekee…” pemuda itu tertawa kecil. “Kau sungguh baik hati.”
Saat pemuda itu tengah mengikat gadis itu, si gadis terbangun dan matanya langsung terbelalak. Ia berusaha berteriak namun tak bisa. Ia merasa tubuhnya sangat lemas, kepalanya pening. “Kau… apakan aku? Lepaskan! Aku mau pulang!” seru gadis itu mengiba. Ia berusaha meronta tapi semakin ia menggerakkan tubuhnya, ikatan tali di tubuhnya makin erat hingga ia tak bisa bernapas. “Lepas… kan…. Ak… aku… tak bi… sa…” napas gadis itu tersengal-sengal.
“Sudah, diam saja!” hardik pemuda itu. “Kau ini sungguh baik, ya…. Hmm, mungkin tak hanya baik, tapi juga polos dan…” pemuda itu melirik ke arah si gadis sambil tersenyum licik. “Bodoh.” Pemuda itu tertawa dengan histeris hingga badannya berguncang. Ia memegangi perutnya. “Aku sungguh tak pernah bertemu dengan orang senaif dirimu. Walaupun aku sudah mencelakaimu, tapi kau masih saja tetap berbaik hati padaku. Padahal,” pemuda itu berhenti bicara. Ia menggigit ujung jari telunjuknya hingga berdarah lalu membubuhkan tanda silang di dahi si gadis. “Kau sudah diperingatkan sejak lama namun kau bersikeras tidak mempercayainya. Aku kasihan tapi aku juga senang dengan kepolosanmu itu. Sungguh.
Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sudah menetapkan bahwa kau adalah targetku yang selanjutnya. Aku sudah memantraimu sejak hari itu, kau akan tergila-gila padaku hingga kau tak sadar bahwa aku sudah mengambil alih jiwamu. Luka-luka itu…” pemuda itu menekan kuat-kuat luka di siku si gadis. Dengan sentuhannya itu, luka dari si gadis berubah menjadi berwarna keunguan lalu muncul tulisan-tulisan mantra yang tadi disebutkan olehnya. “Adalah tanda kalau aku telah mengambil jiwamu. Hahahahaha! Lihat tanda ini… cantik sekali kan? Namamu tertulis di sana, dikelilingi oleh mantra-mantra di sekitarnya. Aku senang ketika kau tidak menyadarinya karena itu akan memudahkan ritualku. Aku terus-terusan menghisap tenagamu dan mengambil jiwamu dengan tenang, tapi sahabatmu itu selalu saja menggangguku. Cih! Aku tak bisa memantraimu kalau kau berada dekat dengannya.”
Mata gadis itu berkaca-kaca. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
“Padahal… aku mem… percayaimu….”
“Nah!” seru si pemuda sambil menjentikkan jarinya. “Aku tahu kau mempercayaiku, aku tahu kau menyukaiku,” pemuda itu mendekatkan wajahnya ke wajah si gadis lalu mengecup bibirnya. “Justru karena itu, justru karena itu! Hahahahaha! Usahaku berhasil karena ketulusanmu itu. Ah, aku tidak pernah merasa sebahagia ini. Kau begitu mudah dan tulus untuk masuk ke jebakanku. Aku jadi semakin bersemangat memilihmu karena kau suka dengan kue-kue manis, coklat yang lezat –setidaknya aku bisa menjadikan itu sebagai aibi untuk dekat denganmu dan aku jadi makin mudah untuk membujukmu datang ke sini. Dan benar saja, kau begitu sukarela datang ke sini.”
Suara jam klasik berdentang dan menyela percakapanku dengan gadis malang di depanku. Aku tersenyum manis padanya, “Sudah saatnya ritual yang sebenarnya dimulai. Terima kasih untuk bantuannya.” Aku menjentikkan jariku lalu dengan sekejap, kesadaran gadis itu menghilang. Aku berjalan menuju meja lalu mengambil sebilah belati perak dari dalam laci. Aku menggoreskan belati itu tanpa ampun di pergelangan tangannya. Darah segar mengalir dari kulit pucatnya itu. Kudekatkan bibirku di lukanya lalu kuhisap darah itu sampai habis… hingga tubuh korbanku menjadi kering.
**
Namaku Soo Hyuk. Usiaku 250 tahun. Aku bukan manusia. Aku adalah vampir sekaligus penyihir hitam. Aku tinggal bersama dengan rekanku sesama vampir penyihir, usianya sudah hampir 500 tahun. Kami tidak bisa menua karena kami tidak memiliki jiwa dan kami tidak mengalami proses pertumbuhan seperti manusia lainnya.
Tapi kami bukanlah makhluk yang sempurna.
Kami bisa mati seperti manusia, kami juga lapar seperti manusia… makanya kami membutuhkan darah dan jiwa manusia agar tetap bisa bertahan hidup. Kami harus selektif memilih darah agar kami tidak terkena penyakit. Sekali kami terkena penyakit, kami bisa sengsara karena kami tidak bisa mencerna obat apapun. Vampir tidak bisa meminum darah manusia yang jenisnya sama seperti kami, maka dari itu aku selalu mengincar gadis-gadis remaja dengan jiwa yang penuh semangat dan sehat karena darah mereka memiliki kualitas terbaik. Jiwa-jiwa itu kami serap menjadi tenaga kami, darah mereka kami gunakan untuk mengisi kekosongan perut kami….
Selama ratusan tahun kami harus bersembunyi dari para manusia. Yah, seperti yang kau lihat di televisi, kami digambarkan takut dengan matahari, kami tinggal di dalam peti gelap dan lapuk, dan kami berwajah buruk rupa dengan mulut yang lebar dan taring-taring super tajam. Ya, kami seperti itu namun kami hidup dinamis menyesuaikan zaman. Kini vampir tidak lagi harus tinggal di gorong-gorong kelam nan bau, kami yang telah hidup beratus tahun lamanya dapat mengumpulkan banyak uang sehingga kini kami dapat hidup mewah. Kami pun membaur dengan manusia, menjadikan mereka sebagai tameng serta mangsa kami. Sebagai kamuflaseku, aku dengan partnerku membuka sebuah toko kue dan coklat untuk menjaring banyak pelanggan-pelanggan muda yang penuh semangat dan jiwa kehidupan. Sebenarnya aku dan partnerku bukanlah seorang tukang kue yang handal, namun berkat kekuatan sihir kami serta mantra-mantra mujarab kami, kue-kue dan coklat bikinan kami menjadi enak dan memiliki cita rasa yang begitu khas. Tidak ada yang bisa menirunya karena kami menyisipkan mantra-mantra khusus di tiap penganan bikinan kami. Ketika kami bekerja, kami mengamati para pelanggan itu sambil menilai, pelanggan mana yang memenuhi kriteria kami. Kalau kami sudah menemukannya, maka dengan segera mantra meluncur dari mulut kami dan… bang! Ia pasti akan menjadi mangsa kami.
Dan hari ini, aku baru saja makan.
“Sudah selesai?” seorang perempuan cantik berpakaian maid tersenyum manis dari balik meja kasir. Perempuan itu membersihkan sebuah pisau belati berwarna perak dengan sebuah serbet berwarna hitam. Pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya. Ia menyeka darah yang mengotori wajah tampannya itu lalu berjalan menuju pintu masuk. Tangannya terulur membalik papan tanda “buka” menjadi “tutup” lalu ia menjentikkan jarinya dan tirai-tirai di seluruh jendela pun menutup dengan sendirinya. Ia berbalik menatap perempuan itu.
“Giliranmu.”
“Oke. Kau sudah membereskan sisamu tadi?”
“Tanpa jejak.”
“Bagus.” Jawab perempuan itu. Ia melepaskan apron putihnya kemudian ia berjalan menuju ruangan tempat penyimpanan alat-alat kebersihan. Ketika pintu terbuka, di sana ada seorang laki-laki, kira-kira pegawai kantoran, yang sedang duduk terikat dan tidak sadar. Perempuan itu tersenyum puas. Ia melepaskan tali yang mengikat laki-laki itu lalu menggendongnya di bahu. Perempuan itu berjalan menuju ruang tempat si pemuda tadi keluar. “Tolong jaga tokonya, ya~”
BLAM. Pintu tertutup.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Recipes
Fiksi PenggemarSebuah toko kue dan coklat berdiri di tengah hiruk pikuk kota, The Secret Recipes. Toko itu menjadi langganan orang-orang yang mencari penganan manis lezat dari seluruh dunia. Dengan cita rasa yang khas dan tidak bisa ditemukan di toko-toko lain, Th...