11

622 22 0
                                    

"In...ini rumah kk Alka ?" tanya Thania agak gugup

Alka tersenyum hangat
"Iya sayang... Ayo turun. Aku masakin nya disini aja ya ?! "

"Iya udah deh" ucap Thania tersenyum kikuk.

Alka menggenggam tangan Thania, membawanya ke rumah. Sebelum memasuki rumah megah itu, Alka mengernyitkan keningnya.
'Kakek di rumah ? Tumben." batin Alka bingung yg melihat mobil sang kakek aku terparkir. Tak biasanya kakeknya itu sudah pulang jam segini.

"Tunggu di sini ya sayang. Aku ganti baju dulu.  Atau mau ikut ke kamar aku ?" goda Alka menarik turunkan alisnya.
Thania melotot, reflex ia mencubit perut Alka. Pipinya pun sudah merona bak tomat busuk.

Alka tergelak keras melihat reaksi Thania.
"Hahaa... Lucu banget sih. Gemes" ucap Alka mencubit pipi Thania gemes lalu mengecup kedua pipi Thania bergantian lalu ngacir ke kamarnya sebelum mendapat amukan dari Thania.

"KAK ALKAAA...!" teriak Thania sebelum menutupi kedua pipinya yg memerah karna malu sekaligus bekas cubitan Alka.

"Ekhm..." terdengar deheman seorang pria.

Thania menurunkan tangannya untuk melihat siapa pemilik suara.
"Anjirr!" umpat Thania dalam hati, terkejut melihat seorang pria tua namun masih terlihat berwibawa sudah duduk di sofa seberang.

Beberapa menit, pria tua itu menatap Thania tepat di retinanya dengan tatapan tak terbaca seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Saya kakeknya Alka" ucap pria tua itu langsung memperkenalkan diri.

"O...oh. Ss.. Saya Thania ke.. eh..pak." jawab Thania gugup. Dia bingung harus memanggil apa. Ingin memanggil kakek tapi takut dikatai sok akrab.

"Panggil kakek saja" ucapnya masih dengan nada dingin nya.

"I..iya kek" jawab Thania kikuk.

"sudah berapa lama sama Alka ?"

"Eh... ?"

"Sudah berapa lama pacaran sama Alka ?" ralat kakek nya Alka.

Deg

Thania semakin gugup. Pasalnya yg berhadapan dengannya sekarang adalah kakek dari kekasihnya sekaligus pemilik sekolah tempatnya menuntut ilmu sekarang. Ditambah lagi aura sang kakek yg seperti mengintimidasi.
'Apa kakek akan marah karna tau kami berpacaran ? Lalu memaki dan melarang hubungan kami dengan alasan perbedaan status sosial ? Di anggap mengincar harta Alka sebagai pewaris tunggal kekayaan Brawijaya ? Seperti di film film ?!' batin Thania bertanya tanya.

"Terima kasih"

" Hah ?! Ma...maksudnya ?" tanya Thania bingung.

"Sekian lama, saya tidak pernah melihat tawa Alka lepas seperti tadi. Kecuali sewaktu bayi karna memang belum tau apa apa." ucap kakek Alka dengan suara yg tiba tiba berubah sendu.

" Saya berharap kamu tidak akan mengecewakannya apalagi sampai meninggalkannya. Tolong jaga senyumannya agar tidak pernah hilang lagi." lanjutnya

Thania tersenyum manis.
"Saya akan usahain kek"

"Ekhmm...." deheman Alka yg tiba tiba sudah datang.

"Kakek pergi dulu" pamit kakek Alka datar lalu berlalu pergi keluar rumah.

Alka menatap punggung kakeknya yg perlahan hilang keluar pintu. Entah sampai kapan kakeknya bersikap seperti itu. Sejujurnya Alka kasihan karna kakeknya terlihat sangat terpukul dan tertekan. Alka tau, kakeknya menyibukkan diri bekerja keras untuk menutupi luka nya. Alka juga tau, kakeknya menyayanginga.Alka berpikir mungkin kakeknya masih belum bisa menerima kepergian anak, menantu dan juga isterinya. Tapi Alka juga kesal dengan sikap kakeknya yg tertutup dan yg tidak punya waktu  untuknya. Walau bagaimanapun, Alka sangat membutuhkan kasih sayang dari kakeknya. Karna hanya kakeknya lah keluarga yg dimiliki Alka saat ini.

NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang