Part 4

30 4 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 07:00 malam. Tapi Jessie dan Redi tak kunjung pulang, karna mereka masih mencari suatu barang yang harus dibeli.

"Kita udah muteri ini mall 2 kali!! Dan udah keluar masuk toko demi toko!! Tapi kamu masih bersih kukuh aja untuk cari disini?" Ucap Redi, sambil mengusa rambutnya kasar.

"Tunggu sebentar napa, dan juga lo nggak usah banyak omong dulu, ntar adanya malah nggak ketemu-ketemu!!" Dengan sepasang mata yang sibuk mencari sesuatu.

'Ihh, mana sih bando bentuk kelincinya? Kok dari tadi nggak ketemu-ketemu!!' Gerutu Jessie yang setengah frustasi.

Jessie berhenti berjalan dan berfikir sejenak. Ia berbalik badan,
"Dari pada elo banyak omong, mendingan elo ke tempat sentral makanan aja, dan tunggu gue disana. Atau kemana kek!! Yang penting nggak banyak omong."

"Elah, gitu aja repot. Sekarang giliran elo yang neraktir gue gimana?"

"Yaudah, elo butuh uang berapa sih?"

"20k aja. Nggak usah banyak-banyak!!"

"Ye, lagian sapa yang mau kasih elo uang banyak-banyak!!" Jessie merogoh saku seragamnya.
"Nih, kebetulan pas uangnya, sana pergi. Ntar kalo bandonya udah ketemu, gue kabari."

"Oke-oke." Redi berjalan dan menaiki eskalator.

Jessie menghela nafas dan diikuti dengan gerutuannya,
"Masalah satu udah selesai, tinggal nyelesain masalah satunya." Jessie berjalan mengelilingi seluruh toko.

"Nah itu dia bandonya." Ucap Jessie dengan riang, saat telah menemukan barang yang dicarinya.

Saat dia telah mengambil bando itu, ia melihat harga bando itu,
"50 ribu?" Sambil merogoh saku seragamnya ia mengambil selembar uang 50k.

Lalu, ia membayarnya ke kasir dan keluar toko dengan raut wajah ceria. Tapi raut wajah cerianya langsung berubah dengan raut wajah yang panik, saat belanjaannya yang ia bawa tadi, jatuh ke lantai bawah saat ia menaiki eskalator.

"Mati aku!!" Sambil menepuk keningnya kasar. Ia langsung bergegas menuju eskalator yang menuju ke bawah, sambil mengawasi belanjaannya dari kejauhan.

Ada seorang lelaki yang memakai jaket jeans sobek-sobek mendekati belanjaan Jessie,
"Ehh, itu belanjaanku." Teriak Jessie, sambil mendesak orang yang menghalangi jalannya.

Lelaki itu mengambil belanjaan Jessie dan menoleh ke arah sumber suara. Dan disisi lain, Jessie tengah mendekati lelaki itu,
"Maaf itu, belanjaan gue." Ucap Jessie dengan suara yang bergetar.

"Ohh, ini belanjaan elo?" Lelaki itu mengangkat tinggi belanjaan itu, dan itu membuat Jessie geram.

"Selagi gue masih baik-baik memintanya, mending elo balikin barang gue dengan benar."

"Jadi, ceritanya lo nantangin gue. Oke, gue terima tantangan lo."

Jessie yang mendengar ucapan lelaki itu dengan jelas, ia langsung menyerangnya dengan tendangan yang mengenai tulang kering kaki lelaki dan di susul oleh kepalan tangan yang mengenai peluk hati lelaki tersebut.

"Segitu aja, kekuatan lo?" Remeh Lelaki itu, yang lalu ia melontarkan kepalan hingga mengenai pipi Jessie, lalu ia juga melontarkan tangan satunya ke perut Jessie dan di ikuti dengan tendangan kaki yang mendarat di punggung Jessie.

Dan itu membuat Jessie tersungkur, dengan mengeluarkan darah yang cukup banyak dari mulutnya.
"Aghh..." Erang Jessie, sambil berusaha bangkit kembali.

Semua seisi mall menyaksikan pertarungan tersebut dan enggan untuk melerainya. Tetapi, mereka semua malah menyoraki pertarungan itu dengan tepukan tangan.

Redi yang melihat segerombolan orang dari kejauhan, langsung menghampiri segerombolan itu, lalu bertanya kepada seorang bapak-bapak,
"Maaf pak, jika saya mengganggu, tapi ini sebenarnya ada apa ya pak?" Tanya Redi dengan nada yang sopan.

"Ini, katanya ada dua orang yang berkelahi. Satunya wanita, dan satunya lagi lelaki." Dengan nada yang sedikit tegang.

'Apa yang dimaksud bapak ini adalah Jessie?' Batin Redi.

"Kalau begitu, makasih ya pak atas informasinya." yang lalu di sahut oleh bapak tadi,
"Iya mas, sama-sama."

'Anak itu, buat ulah apa lagi coba?' Batin Redi, sambil melangkahkan kaki menuju ke titik sumber tontonan.

Dan benar, Redi melihat Jessie yang tengah berusaha berdiri. Tapi, usaha Jessie langsung di hentikan oleh lelaki tadi, dengan menginjak tangan Jessie yang menjadi tumpuan.

"Mangkanya, jangan banyak berlagak!!" Ucap lelaki itu.

Redi yang menyaksikannya, geram dibuatnya. Dan lalu, Redi pun berlari ke arah lelaki itu berdiri, dengan kepalan tangan yang siap mematahkan tulang lelaki tersebut.

DUAGH

Kepalan itu berjalan mulus ke rahang si lelaki yang telah menginjak tangan Jessie. Dan itu sekses membuat lelaki itu muntah darah, yang lalu di susul dengan lutut Redi yang di hantamkan ke peluh hati si lelaki itu.

"Kalau, elo ngganggu dia ataupun macam-macam sama dia, gue gak akan kasih ampun lagi ke elo!! Camkan itu baik-baik!!" Redi berbalik badan, lalu membantu Jessie berdiri.

"Makasih udah bantu gue ngehajar orang itu. Tapi, gue boleh minta satu permintaan nggak?"

"Apa permintaan elo?"

"Anterin gue ke dia!!" Ucap Jessie dengan jari telunjuk yang mengarah ke lelaki itu yang sedang terkapar.

"Elo mau ngapain lagi?"

"Udah, anter aja gue kesana!!" Kata Jessie yang langsung di laksanakan oleh Redi.

Jessie melihat kedua mata lelaki itu dengan mata melotot dan perlahan berjongkok di hadapannya.
"Jadi...mana belanjaan gue yang elo ambil?" Kata Jessie, dengan tangannya yang meminta barang yang dia ambil.

"Itu!! Ada disana!!"

"Ok, makasih. Ohh iya, kalau elo ketemu sama gue lagi. Sapa gue, dan gue akan kasih lo makanan gratis yang elo minta!! Bagaimana?!" Setelah Jessie berucap seperti itu, ia pun berusaha bangkit, walaupun sedikit di bantu oleh Redi.

"Okey, gue terima tawaran lo!!" Yang lalu di sambut dengan senyuman Jessie dan Jessie menendang kaki lelaki itu di bagian tulang kering.

"Aduh!! Sakit tolol!!" Maki lelaki itu,

"Mendingan sekarang elo ke rumah sakit!! Dan bilang, kalau elo temen gue, nanti elo nggak usah bayar tagihan rumah sakit." Sambil berputar munuju ke arah barangnya tersebut.

Jessie menengok ke belakang dan berucap,
"Jadi nama lo siapa?"

"Dika, nama gue Dika. Nama lo?"

"Jessie, panggil Jess aja. Sampai jumpa." Jessie melambaikan tangan ke lelaki itu dan di ikuti dengan lambaian tangan Dika.

****

Mereka sepakat untuk membersihkan luka Jessie di rumah Redi. Dan saat di tengah perjalanan menuju ke rumah Redi, tiba-tiba Redi bertanya,
"Jadi, elo tadi bertengkar sama cowok tadi, cuma gara-gara bando itu?"

"Kalau iya kenapa? Kalau enggak kenapa?"

"Kalau iya, gue minta maaf. Kalau enggak...." belum selesai Redi bicara, Jessie udah motong pembicaraan,

"Permintaan maaf di terima!!" Dengan bibir yang tersenyum lebar, walaupun dia menahan sakit yang begitu parah.

"Udah di bantuin juga, malah cengengesan. Bukannya bilang makasih kek?" Maki Redi.

"Makasih."

Redi tertegun dan bertanya kembali agar dapat mendengar ucapan Jessie dengan jelas,
"Hah? Tadi lo bilang apa?"

"MAKASIH REDIIII."

"Tumben lo bilang makasih? Padahal biasanya nyubit perut gue!! Apa jangan-jangan, lo bukan Jessie?!" Tebak Redi.

Obese WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang