•●•
"Nada, Lepasin tangan Kaka," desak Arsen kepada seorang gadis yang tengah memeluk erat lengan cowo itu.
"NADA!" Arsen menaikan nada bicaranya. Saat gadis yang bernama Nada itu seolah enggan melepaskan pelukannya kepada lengan Arsen.
"Kamu harus berani. Di tempat ramai aja kamu takut, gimana kalo di hutan sendiri," seru Arsen.
"Ga mau kaa," rengek Nada dan semakin mempererat pelukannya ke tangan Arsen.
Jujur. Nada lebih baik berada di tengah hutan sendirian dari pada harus berada di tempat ramai dengan banyak sekali orang yang tak ia kenali, kecuali Arsen selaku anggota osis di sini, sekaligus kaka sepupunya.
Nada benci di tatap orang yang belum dekat dengannya apa lagi orang yang sama sekali tak ia kenali. Nada benci ketika seseorang memandangnya dengan tatapan menilai. Dan Nada sangat amat benci ketika seseorang menatap tepat di bola matanya yang membuat dia diam tak berkutik.
Entah kenapa jika ada orang yang menatap Nada tepat di bola matanya. Mata orang itu terlihat meragukan di mata Nada.
Oleh sebap itu. Nada menjadi gadis yang sulit mempercayai seseorang. Karena di mata dia, semua orang terlihat meragukan. Kecuali yang sudah ia kenal dengan baik dan dekat dengannya.
Terdengar aneh memang, tapi. ini lah Nada Kavila Tiar. Sosok gadis cantik dengan rambut tebal sepinggangnya yang berwarna hitam. Dengan hobinya yang menundukan kepala.
Tak bisa seperti cewe kebanyakan yang hobi mengumbar kecantikan atau yang dengan pedenya berjalan melewati segerombolan cowo tampan yang berkelas.
"Nad lepasin. Itu mereka semua udah mau baris, kamu harus ikut baris. Jangan nyelendot Nadaaa. Anak baru harus bisa ngejaga kelakuan. Supaya engga menjadi bahan pembicaraan senior di sini."
Nada, diam. Pelan-pelan gadis itu menoleh ke samping, dan benar saja peserta didik baru lainnya sudah mulai berbaris. Karena posisi Nada yang berada di pinggir lapangan.
"Ikut baris ya Nada sayang."
"Iya," Nada menurut, pelan-pelan ia melepaskan pelukan tangannya terhadap lengan Arsen. Tepat saat Nada menoleh pandangannya bertubrukan dengan tatapan mata cowo.
Cowo itu menatap tepat di bola mata Nada.
Hal yang paling nada benci.
Reflek Nada menelusupkan kepalanya ke dada Arsen. Arsen melihat mata Nada yang terpejam. Cowo itu paham, Nada pasti sedang di tatap oleh seseorang. Arsen mencari-cari. dan, ternyata. Dapra orangnya.
Arsen punya ide. Cowo itu memanggil Darpa untuk menghampirinya.
•●•
Tatapan tajam mata itu tak bisa lepas memandangi sesosok gadis yang tengah memeluk lengan laki-laki. Dari jarak yang kira-kira hanya lima belas meter ini.
Darpa-Cowo yang tengah memandang cewe itu. dapat melihat jelas raut murung gadis tersebut.
tak sengaja mata mereka bertubrukan. Darpa menatap tepat di bola mata gadis itu. dan apa yang cowo itu lihat sukses membutnya mengerutkan kening. Saat di mana cewe itu menelusupka kepalanya ke dada Arsen. Terlihat takut saat di tatap Darpa.
'Aneh' batin Darpa.
Aneh. Justru anehnya gadis itu yang entah kenapa membuat Darpa tak bisa mengalihkan tatapannya. Sampai akhirnya Arsen melihat Darpa menatap Nada, Arsen memanggil Darpa.
Cowo itu akhirnya berjalan menghampiri Arsen.
•●•
"Kenapa Sen?" tanya Darpa.
Dengan gerak matanya mengarah ke Nada. Arsen memberikan isyarat ke Darpa yang langsung di pahami oleh cowo itu.
"Baris," ucap Darpa tegas seraya menarik lengan Nada, tak kasar memang. Tapi mampu membuat Nada melepaskan pelukannya. Akibat dari nada suara Darpa yang menakutkan.
"Baris sekarang juga—" Darpa menggantungkan kalimatnya. Ia tak tahu nama gadis ini.
"Nada," ucap Arsen.
"Nada," ulang Darpa penuh penekanan. Dan langsung menarik Nada memasuki barisan peserta mopd. Arsen membiarkan itu semua. Ia yakin Darpa dengan sikap tegasnya mampu membuat Nada yang keras kepala menurut.
Darpa menaruh Nada di barisan paling belakang. Tak perduli dengan postur tubuh gadis itu yang pendek.
Darpa mengangkat dagu gadis itu yang sedang menunduk agar menatap lurus ke depan.
"Jangan nunduk sampai kegiatan ini selesai," dan Nada diam bagai patung .
Darpa menatap sebenter sebelum akhirnya laki-laki itu masuk ke barisan anggota osis lainnya. Dengan jabatnya sebagai Ketua osis di SMA Cendana Mulya.
Ibu Aini sebagai wakil kepala sekolah sedikit memberi gambaran apa saja kegiatan MPLS hari ini dan dua hari kedepan.
Setelah selesai peserta MPLS memasuki kelasnya dengan di pandu oleh empat osis untuk masing-masing kelas.
Darpa memerhatikan Nada yang lagi-lagi menunduk, bahkan dalam keadaan berjalan. Sepertinya cewe itu belum mempunyai teman sama sekali. Terlihat dari jalannya Nada menuju kelas sendiri di posisi paling belakang. Seperti terasingkan.
Menghela nafas pelan, Darpa berjalan menuju tiga orang anggota osis lainnya. Ada hal yang perlu ia bicarakan.
***
"nyasar? Ga tau jalan pulang?" suara itu mengagetkan Nada yang tengah berjalan tak tentu arah. Ia bingung di mana gerbang keluar sekolah ini. sedangkan Arsen, laki-laki itu bahkan tak menjawab telfonnya.
"Kayanya bagi lo untuk dapet temen sesulit itu ya," sinis cowo yang tak Nada ketahui namanya siapa.
Ya. Memang benar. Sulit bagi Nada untuk mendapatkan teman. Apalagi sahabat.
Dan sekarang, cowo itu malah menguntiti setiap langkah Nada yang tak jelas.
"Lain kali, punya mulut itu di pake. Lo kalo lagi susah, dan mulut lo Cuma diem, kiamat bego dunia," seru cowo itu lagi.
Dan Nada tetap diam, tak ada niat sedikitpun untuk membuka suara. Karena ia bingung ingin membalas apa ucapan cowo di sampingnya ini.
"Kayanya orang tua lo emang salah ngasih nama ya. Aturan orang yang namanya Nada itu suka nyanyi. Minial cerewet lah, tapi lo? payah."
Darpa memandang Nada seolah gadis itu sangat rendah di mata Darpa.
'GA NGARUH'
Ingin rasanya Nada berucap seperti itu. tapi ia takut. Terlalu banyak ketakutan yang hinggap di diri Nada selama ini yang sulit ia lawan.
"Lo emang beneran bodoh ya. Atau jangan-jangan lo bisu."
"Bodoh lo bilang. Terus kalo lo udah tau gue bodoh, ngapain ngikutin langkah kaki orang bodoh kaya gue?"
Nada berusaha berani. Tapi tetap, tatapan matanya masih lurus ke depan, bahkan gadis itu mempercepat langkahnya. Berharap cowo itu tak mendengar apa yang Nada ucapkan.
•●•
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadarpa.
Teen Fiction•Aku ragu akan tatapanmu• Nada yang pemalu. Takut akan tatapan orang yang belum ia kenali. Menghadapi setiap masalah dengan kebisuan Tak terkecuali ketik ia di salahkan. Seolah menikmata kata demi kata yang keluar dari mulut laki-laki yang ia cinta...