Arta yang melihat Adara sudah masuk ke kelas, langsung berpindah tempat duduk menjadi di samping Reza. Reza yang kebetulan duduk di depan Adara, dan sedang menghadap belakang otomatis berhadapan dengan Adara. Ketika Adara duduk di samping ku, Reza langsung menatap Adara. "Biasa aja kali Za ngeliatin Adara nya." Adara yang merasa namanya di sebut menoleh ke arah Arta, lalu menatap balik Reza. Reza langsung gelagapan ketika Adara menatap nya balik, aku hanya tersenyum melihat kejadian itu.
Tidak berselang lama bel masuk berbunyi, murid-murid berhamburan kembali ke tempatnya masing-masing. Ms Dean, guru Bahasa Inggris ku juga sudah terlihat di ambang pintu. "Good afternoon class." ucap Ms Dean, "Good afternoon, Ms." Ku lirik jam tangan ku, dan melihat display tanggal. Tunggu, sekarang tanggal 18 Agustus, yang berarti hari ini adalah hari ulang tahun Ayah.
'aku hampir aja lupa, maaf ya ayah'.
Aku terdiam sejenak, aku tak mau membiarkan air mata ku menetes sedikit saja. Betapa bodohnya aku melupakan ulang tahun Ayah, orang yang sudah berjuang membesarkan ku.
Sepertinya aku juga melupakan satu hal lagi, tapi apa? Aku menerawang dan memandang kosong ke meja ku yang penuh dengan buku dan beberapa alat tulis. Sepertinya aku ingat.
.
.
.
.
.
Hari Ayah ingin bertemu aku dan Abang Tara....
Di ruang tengah rumah di kawasan Jakarta Selatan ini, kami bertiga duduk bersama layaknya keluarga yang harmonis. Pemandangan yang sudah aku tunggu selama beberapa tahun belakangan ini, rasanya sulit sekali untuk percaya bahwa kami bisa di persatukan lagi di hari ini. Kami bertiga hanya duduk dan diam, ayah sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Setelah kami duduk bersama, tidak ada seorang pun dari kami yang membuka suaranya. Tak lama kemudian ayah membuka suara untuk pertama kali, "Antari dan Tara, mungkin kalian bertanya-tanya kenapa ayah tiba-tiba ingin kita kumpul seperti ini. Sebelumnya ayah mau minta maaf sama Antari. Maaf kalau beberapa tahun ini pertengkaran ayah dan bang Tara selalu buat kamu merasa kamu gak punya siapa-siapa, ayah tau ayah egois. Ayah cuma mementingkan kepentingan ayah sendiri tanpa berpikir kalau kamu bakal ngerasa tersakiti.
Untuk Tara, maaf kalau ayah pernah bilang sesuatu yang gak pantas ke kamu, dan melukai kamu secara batin sekaligus fisik. Ayah tau, ayah gak sepantasnya melakukan itu. Semenjak mama pergi, ayah merasa kita seperti punya dunia masing-masing. Ayah gak mau terus-menerus membuat rumah ini bukan seperti "Rumah" bagi kalian. Sekarang ayah mau kasih tau kalian maksud ayah ingin ketemu sama kalian. Ayah mau meminta izin dari kalian, untuk menikah lagi."
Sepersekian detik setelah ayah mengucapkan dua kata terakhir itu, air mata ku sudah merembes. Aku memang ingin keluarga ku utuh, tapi bukan berarti itu menggantikan salah satu posisi di antara kedua orang tua ku. Bang Tara yang tadinya hanya diam, mulai membuka suaranya "Ayah, Tara gak mau bertengkar sama ayah lagi. Bisa ayah jelasin kenapa ayah kasih tau kita secara tiba-tiba?" helaan napas berat ayah terdengar jelas di ruangan ini. Atmosfer kekeluargaan yang tadi memenuhi sudut ruang tengah ini sudah hilang entah kemana,dan berganti dengan rasa terkejut, sedih, kecewa, marah bercampur aduk menjadi satu.
"Begini Tara dan Antari, ayah tidak pernah bermaksud untuk membuat kalian merasa kalau calon istri ayah menggantikan posisi mama bagi kalian. Tidak pernah sedikitpun ayah berpikir begitu, karena sosok mama bagi kalian tidak akan ada dua nya. Tapi ini keputusan ayah, ayah juga sudah mempertimbangkan sejak lama. Sekarang ayah mau mengajak kalian untuk berkenalan sama calon istri ayah." aku menghela napas, mencoba untuk tenang dan berpikir jernih. Bila kehadiran calon 'ibu baru' di rumah ini dapat membuat suasana baru dan mengharmoniskan hubungan keluarga yang renggang ini, aku ikhlas jika ayah menikah kembali. Namun, bagaimana yang terjadi malah justru sebaliknya? Sudah cukup aku menghadapi tahun-tahun buruk yang menyiksa, aku tidak ingin merasakan luka lebih dalam lagi.
"Ayah, Antari sudah cukup paham dengan penjelasan dari ayah. Apapun itu keputusan ayah, Antari sudah ikhlas jika ayah ingin menikah lagi. Antari tidak ingin menahan ayah, toh nantinya bila kehendak tuhan ayah bisa menikah lagi, seberapa keras aku menahan ayah pasti ayah akan menemukan jalannya. Jadi keputusannya adalah, Antari setuju kalau ayah menikah lagi." ayah tertegun dan memeluk erat aku, entah mengapa aku merasa bila ini akan membawa ku ke arah hidup yang lebih baik. Semoga saja keputusan ku benar, tuhan.
...
Jam tangan berwarna biru gelap yang melingkar di tangan ku menunjukkan pukul 7 malam, yang artinya sebentar lagi calon 'ibu baru' ku akan tiba. Entah seperti apa parasnya, entah seperti apa karakter nya, yang aku harapkan adalah kehadirannya tidak memperburuk keadaan keluarga yang entah masih bisa di sebut keluarga atau tidak ini. Dress selutut berwarna biru gelap dengan renda berwarna putih di kerah membuat ku sangat tidak nyaman, dan merasa lebih gelisah. Karena aku lebih suka untuk memakai celana dibandingkan dress seperti ini, kalau aku tidak ingat bahwa permintaan ayah mungkin aku sudah memakai Hoodie dan celana jeans malam ini.
Seseorang tiba-tiba menepuk pundak ku pelan, aku menoleh dan mendapati bang Tara yang baru saja kembali dari toilet. "Lama banget di toilet, ngapain aja? Tidur? Hahaha" bang Tara malah mendengus kesal mendengar pertanyaan ku, "Jadi orang ga boleh kepo!" dia mencubit hidung ku pelan, "Ish." Aku balas mencubit lengan kiri bang Tara.
"Eh eh udah, kalian nih kayak anak kecil aja." Ayah bersuara setelah tadi hanya memperhatikan tingkah kami berdua, bang Tara kemudian duduk di sebelah ku. Karena bosan kemudian aku membuka handphone, ternyata ada beberapa notifikasi line dari Arta. Aku membuka aplikasi line dan membaca pesan dari Arta.
Artarndr K : Sayang
Artarndr K : Sayang
Artarndr K : Woi bangke kemana sih lo?Antari Frdl : Apaansi lo gbt y?
Artarndr K : Besok gue pengen ngomong sesuatu
Antari Frdl : ngmng skrg aj si gc
Artarndr K : Besok aja, pokoknya penting
Antari Frdl : Serah lo
Artarndr K : C u tomorrow, g night 🖤
Aku menutup aplikasi line ku setelah membaca pesan terakhir dari Arta, omong-omong orang yang kami tunggu belum datang juga sampai sekarang. Aku mengalihkan pandanganku pada ayah yang tiba-tiba berdiri dan tersenyum, yap aku rasa orang yang kami tunggu-tunggu sudah datang. Tenang Antari...
...
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Show You
Teen FictionHighest Rank : #5 on #teenfiction2018 #5 on #Ugly #86 on #Brokenhome #12 on #Sociallife --. Ini hanyalah sebuah kisah tentang seorang Antari Fredella, remaja berprestasi yang mempunyai latar belakang keluarga broken home. Selalu saja dia tidak perc...