Tok...tok...
Bryan membuka matanya yang masih mengantuk, tidurnya selalu di atas jam dua belas membuat matanya masih lengket bak di olesi lem di kedua katup matanya. Mendengar ketukan pintu yang tak kunjung berhenti, Bryan bangun dengan wajah bak singa yang di ganggu tidurnya.
"siapa sih, ganggu tidur gue mulu!" bentak Bryan seraya membuka pintu dan menampakkan cewek dengan babydoll melekat di badannya.
Bryan menghela nafas begitu mengingat ini cewek yang bersikeras membobol pintu kamarnya. Bryan membuka pintunya setengah, cowok itu sengaja diam membiarkan Gisna yang sibuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya karena canggung untuk mendahului bicara.
"kak!" sapa Gisna dengan senyum cengiran khas miliknya.
" nggak usah cengengesan lo, buruan ada apa?" Tanya Bryan kesal, entah kenapa setiap Gisna tersenyum padanya ada gelitik hati yang segera ia usir dengan amarahnya.
"benerin kran kamar mandi gue,pliss!" ucap Gisna memohon dengan tampang yang dibuat-buat.
Bryan menatap dalam mata Gisna yang menatapnya penuh dengan harapan. Cukup lama ia berfikir, mulutnya yang tidak bisa di ajak bekerja sama dengan fikirannya. Seumur-umur baru pertama kali ini di Jakarta ia harus bertemu dengan cewek yang selalu membutuhkannya.
Bryan akhirnya mau membantu Gisna. Meski tidak mengucapkan sepatah katapun namun kaki panjangnya melangkah menuju kamar Gisna. Cewek itu girang meski tak mendengar secara langsung suara Bryan meng-iya-kan permintaannya.
"kenapa nih?" Tanya Bryan mengotak ngatik kran yang tak beroperasi dengan benar.
"nggak tahu nih, nggak mau keluar airnya. Kak, gue tinggal mandi di samping dapur ya?" Tanya Gisna menggigit bibir bawahnya, tak enak hati tapi ia sudah telat.
"maksud elo, gue suruh benerin terus lo mau pergi. Lo piker gue tukang benerin kran!" gertak Bryan dengan nada tinggi dan di tambah lagi menggema karena di dalam kamar mandi.
"gue udah telat kak!" rengek Gisna spontan tanpa memikirkan rasa tak enak pada Bryan yang sibuk membenarkan kran yang mulai mengeluarkan air.
Bryan kalah sekali lagi, akhirnya ia mengusir Gisna dengan tangan yang mengibas-ngibas pada Gisna untuk segera keluar. Dia benar-benar selalu kalah jika bertentangan dengan cewek itu.
***
Gisna segera mengunci kamarnya Dia sudah telat bekerja di sebuah kedai Coffe tak jauh dari kost barunya. Ayah Refi sengaja mencari tempat kost alternatif yang terdekat dengan tempat kerja sahabat putrinya yang sudah seperti putrinya sendiri itu. Kampus sudah libur sejak kemarin namun tempat kerja Gisna justru ramai-ramainya pelanggan. Di hari liburan kuliah seperti ini Gisna justru lebih sering mencari pekerjaan double.
Siapa bilang Ayahnya memberikan izin justru kedua orang tuanya melarang Gisna untuk bekerja, namun Gisna adalah sosok yang keras kepala seperti ayahnya. Jadi jangan heran apapun yang orang tuanya katakan tak menghentikan tekadnya untuk lepas dari ketergantungan padaa orang tuanya.
Ddrrttt... ddrrrttt...
Baru saja Gisna meletakkan tas kecilnya sebuah getaran ponsel membuatnya menghentikkan langkahnya. Di lorong ruang karyawan Ia mengecek ponselnya yang beberapa kali bergetar, sungguh membuatnya penasaran siapa gerangan yang mengirimkan pesan bertubi-tubi padanya.
Fathur: Na
Hei
Liburan semester jalan yuk!
Gisna memutar bola matanya malas, jujur saja lelaki yang sudah berstatus menjadi mantan kekasihnya itu membuatnya tak berniat melanjutkan pekerjaannya di hari ini. Sebenarnya sikap Gisna yang terlewat dingin mampu membuat Fathur menjauh namun nyatanya cowok itu selalu ada di manapun Gisna berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIKOST
Teen Fictiontiba-tiba harus pindah kos dimana uang menipis transferan dari orang tua masih lama. pindah dibkos yang ternyata campur, bertetangga dengan singa jantan. kasar, pemarah, dingin. sayangnya justru dia tidak mengenal cowok itu. Padahal cowok ini hanya...