05.Mata berbicara

1.9K 143 9
                                    

Gisna baru saja selesai menjemur handuknya yang basah karena Ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Hari ini tempat kerjanya masih libur apalagi sahabatnya si Refi itu belum juga menghubunginya sejak kemarin. Justru mantan yang ingin Gisna lenyapkan menghubunginya terus menerus.

Alasan kenapa Ia tak memblokir kontaknya karena menurut Gisna itu percuma, cowok itu pasti bisa mendapatkan nomor ponsel Gisna dengan mudah bahkan Ia mempunyai 1001 cara untuk menghubungi Gisna kembali, sampai akhirnya Gisna pasrah dan sesuka hatinya menanggapi parasit yang dulunya pupuk yang selalu menguntungkannya.

Gisna berjalan menuju lorong kamarnya, dan hampir terjungkal kala menemukan seorang cowok dengan kaos putih polos lengkap dengan celana jeans panjangnya. Gisna menarik nafasnya pelan menetralkan jantungnya yang memompa darah dengan kecepatan lebih dua kali lipat dari biasanya.

"Hai!" sapa seseorang yang masih berdiri di ambang pintu nomor enam.

"Perasaan mas yang di kamar enam gak gitu deh wajahnya." Gumam Gisna menunduk mencoba mengingat wajah Gibryan yang jelas berbeda dengan cowok di depannya yang masih setia tersenyum padanya.

Gisna yang tengah duduk di sofa tempat menonton TV tersenyum canggung membalas sapaan cowok yang kini justru menghampirinya dan duduk di sampingnya dengan senyum yang belum pudar sejak tadi.

Gisna tidak nyaman dengan ini, namun mau bagaimana ini tempat yang umum tidak seperti kamar yang bersifat privacy. Melihat respon Gisna yang canggung, cowok itu kemudian terdiam memikirkan sesuatu.

"Lo gak inget gue? Gue Satria temen cowok yang ngekos di kamar ini." Tunjuk Satria pada kamar nomor enam yang sejak tadi terkunci dari dalam entah sang penghuni sedang melakukan ritual atau bagaimana.

"Oh iya inget sekarang!" ucap Gisna mengingat kalau ini adalah cowok yang Ia temui beberapa minggu yang lalu di depan kamar mas yang galak dan super jutek itu.

"by the way yang punya kamar belum keluar dari tadi?" tanya Satria membuka obrolan sambil menunjuk kamar Bryan dengan dagunya.

Gisna hanya tersenyum menggeleng dan mengangkat bahunya menandakan Ia bukan hanya kurang tahu tapi memang Ia tak mengetahuinya. Melihat respon Gisna, Satria yakin kalok cewek ini memang tak mengenal siapa Bryan, bagaimana sikapnya juga. Padahal banyak mahasiswa luar yang mengenal Bryan meski sebagai seorang yang berantakan namun cukup menarik mereka dalam pesonanya.

"Nama lo siapa sih?" tanya Satria penasaran karena sejak perkenalan ketika Satria menyebutkan namanya cewek itu hanya tersenyum tanpa menyebutkan namanya, dan sepertinya Bryan tidak tahu nama cewek yang menjadi tetangga barunya itu, karena terus menyebutnya dengan istilah-istilah aneh.

"Gisna." Ucap Gisna menjawab singkat kemudian pandangannya terkunci pada sosok yang menyilangkan kedua tangannya di depan dada sedang menatapnya tajam. Gisna terdiam juga bingung apa yang akan di lakukannya.

Satria yang melihat reaksi Gisna yang terpaku pada satu titik mengikuti arah pandangan cewek itu, dan dia sudah melihat Bryan sedang menatap Gisna tajam seperti cewek itu sudah melakukan suatu kesalahan padanya.

"Gue masuk ya!" pamit Gisna bergegas pergi segera menghilang memutuskan kontak mata cowok yang selalu menatapnya tajam.

"Weehhhh... cemburu lo!" ucap Satria begitu Bryan duduk di sampingnya dengan wajah yang terlihat kesal.

"Ngapain lo kesini? Modus kan lo?" tanya Bryan dengan sinis pada sahabatnya yang justru pecicilan datang kemari sebenarnya Bryan tidak tahu jika Satria datang kesini, malah Ia tahu kala mendengar suara dari luar kamarnya. Bukan karena Ia adalah seorang yang kepo, namun Ia tahu di kost ini hanya Gisna dan dirinya yang tidak pulang ke kampung halaman. Jika saja tadi adalah kerabat cewek depan kamarnya mungkin Ia takkan keluar, namun begitu melihat Satria yang datang dan duduk di samping cewek itu Ia segera bergegas keluar.

BIKOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang