Sang matahari mulai di atas ufuk barat tanda senja akan muncul dikala langit perlahan menggelapkan dirinya, hari Sabtu biasanya Gisna masih berkutat dengan peralatan karyawannya. Hari ini tampaknya berbeda seharian Ia habiskan di kamar entah apa yang di lakukannya. Refi sahabatnya yang biasanya bagaikan prangko di kesehariannya tak memunculkan batang hidungnya seharian.
Sahabatnya itu sedang menghadiri pernikahan kakak sepupunya di Bogor, sebenarnya keluarga Refi mengajak Gisna untuk ikut serta namun Gisna menolaknya begitu sopan dengan 1001 alasan yang tersimpan secara otomatis di otak cerdasnya.
Dia tak keluar kamar seharian, Ia hanya tiduran dan juga main game online di gadgetnya, lagian Ia tak kenal dengan tetangga kost barunya. Yang Ia tahu hanyalah kamar di depannya milik cowok yang sifatnya seperti singa, penuh dengan raungan kemarahan dan tak ada ramah-ramahnya untuk Gisna yang kini menjadi tetangga barunya.
Degg...
Gisna keluar dari kamar kostnya baru saja pintu tertutup cewek itu hampir terjungkal karena ada sosok di pintu depan kamarnya juga, bukan cowok yang ia temui yang juga satu kost dengannya. Cowok yang sepertinya sedang berkunjung, wajahnya begitu ramah sekali. Sama-sama terdiam di ambang pintu, cowok itu berdehem pelan kemudian tersenyum.
"Lo anak yang ngekost di kamar itu?" tanya cowok itu menyapa Gisna yang baru mengedipkan matanya begitu tersadar dari lamunannya.
"Oh, iya nih. Lo ngekost disini juga?" tanya Gisna bersikap ramah seperti yang di lakukan cowok itu di depannya.
"Oh enggak, gue lagi main di kost temen gue aja. Kayaknya gue bakal sering ketemu elo ya! Gue Satria." Ucap Satria mengenalkan dirinya tanpa menghampiri Gisna untuk sekedar berjabat tangan.
Gisna hanya tersenyum dan menunduk untuk berpamitan, niat awalnya ingin ke supermarket depan dan juga mencari sesuap nasi. Guna menafkahi cacing di perutnya yang sudah berdemo untuk berbuka puasa karena seharian Gisna tak memasukkan sesuatu di lambungnya hanya air putih yang cukup banyak.
Begitu puas memandangi Gisna yang perlahan hilang di balik hari yang mulai gelap, Satria masuk dengan wajah senyum-senyum ala drama korea yang sedang jatuh hati pada pandangan pertama. Raka dan Edo melihat Satria dengan wajah ternganga terkejut.
"Lo kenapa suee?" tanya Edo menyentuh jidat Satria yang tidak demam.
"Gue tadi ketemu bidadari." Ucap Satria sambil pandangannya ke atas menerawang bagaimana wajah Gisna yang terkesan malu-malu membalas sapaan Satria.
Bryan yang sejak tadi sibuk dengan game online langsung bangun dari berbaringnya dan duduk menghadap Satria dengan wajah serius kemudian kembali berbaring melanjutkan game-nya.
"Jadi lo ketemu cewek itu?" tanya Bryan dengan nada acuh seperti menutupi sesuatu.
"Kok lo langsung paham kalok gue lagi ngomongin cewek depan? Padahal gue belum sebutin." Ucap Satria menaruh curiga pada Bryan yang tak seperti biasanya pada cewek.
Biasanya cowok itu akan bersikap dingin terkadang menjalin hubungan tanpa perasaan itulah Bryan. Katanya hanya untuk kesenangan semata, padahal sahabat-sahabatnya berkali-kali menegurnya jika suatu hari nanti Bryan bakal berkorban demi seseorang yang mampu membuatnya bertekuk lutut.
"Iya, lagian yang ngekost di sini juga ada kok cewek lain gak dia aja?"tohok Raka mulai tertarik dengan topik pembicaraan.
Bryan yang mulai tersudut dengan ucapannya sendiri hanya berlagak acuh dengan fikiran yang kalut bahkan heronya sampai terbunuh bertubi-tubi karena Ia tak fokus lagi.
"Ngaku deh lo suka kan sama itu cewek?" tanya Edo dengan alis yang Ia angkat dan turunkan guna menarik Bryan.
Bryan memandang remeh Edo dengan pertanyaan konyolnya, meski wajahnya terlihat tak peduli namun jantungnya tak bisa membohongi berdetak lebih cepat dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIKOST
Teen Fictiontiba-tiba harus pindah kos dimana uang menipis transferan dari orang tua masih lama. pindah dibkos yang ternyata campur, bertetangga dengan singa jantan. kasar, pemarah, dingin. sayangnya justru dia tidak mengenal cowok itu. Padahal cowok ini hanya...