Epilogue: Our Memories

140 21 4
                                    

Seoul, 25 Februari 2018

"Apa kita tidak merepotkan Joochan Sunbaenim?"

Lelaki di samping Cho Hyeyeon yang tengah menggendong bayi perempuan hanya menggeleng setelah ia menekan bel apartemen Hong Joochan, menunggu si pemilik apartemen untuk keluar.

"Daripada Gyeoul kedinginan."

Pintu terbuka, menampakkan lelaki bermata sayu yang menatap Hyeyeon dan lelaki tadi kaget.

"Eo? Gyeoul-ah! Kau ke sini untuk menemani Samchoon?" itu Hong Joochan, menyambut Cho Hyeyeon dan Kim Jibeom, yang kini sudah menjadi suami wanita itu, dengan riang.

Hyeyeon melihat ke dalam apartemen, dan menemukan seorang wanita tersenyum ramah padanya sambil berjalan mendekati pintu.

"Annyeonghaseyo." Hyeyeon membungkuk dan memberi salam pada wanita tersebut, begitupun dengan Jibeom.

"Oh, Soyoon-ah, tebak siapa yang akan bermain dengan kita hari ini." Joochan menoleh ke arah wanita tersebut sambil menggendong Kim Gyeoul, anak perempuan Hyeyeon dan Jibeom.

"Maaf merepotkanmu lagi, Noonim." ucap Jibeom sambil terkekeh.

"Gwaenchanha, biar Joochan tahu susahnya mengurus anak ketika menikah nanti." balas wanita yang merupakan tunangan Hong Joochan tersebut, Yoon Soyoon.

"Eii... Jangan bicara seperti itu, lihatlah dia sangat manis. Kau mau kue, Gyeoullie? Ayo ikut Samchoon ke dalam. Selamat bersenang-senang, Jibeom-ah, Hyeyeon-ssi!" Joochan lalu membawa Gyeoul masuk ke apartemen. Setelah berpamitan dengan Soyoon, Cho Hyeyeon dan Kim Jibeom berjalan keluar dari gedung apartemen tersebut.

"Kita mau ke mana?" tanya Jibeom sambil menoleh ke arah Hyeyeon. Mereka menyusuri jalan di sekitar apartemen.

"Jalan-jalan seperti ini saja sambil mengobrol sepertinya sudah cukup." ucap Hyeyeon yang kemudian merangkul lengan suaminya tersebut.

"Uh, ku pikir kau ingin ke tempat yang istimewa, Hyeyeon-ah."

"Ini istimewa. Kau tidak ingat tempat ini, Oppa?"

Hyeyeon bisa melihat Jibeom yang mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, menatap jalanan yang masih sedikit tertutup salju walaupun musim semi akan tiba sebentar lagi.

Dan senyuman mulai mengembang di wajahnya.

"Jalan-jalan pertama kita." ucapnya dengan mata berbinar.

Hyeyeon mengangguk, "Sayang sekali toko bunganya sudah tidak ada lagi."

Jibeom menoleh ke satu arah, di mana dulunya ada toko bunga tempat ia membelikan mawar putih untuk Hyeyeon di sana, yang kini berganti menjadi toko kue.

"Apa kau masih menyimpan bunganya?" tanya lelaki itu, yang kembali disambut dengan anggukan oleh Hyeyeon.

"Tidak layu?"

"Hanya mengering. Aku tidak mau membuangnya, itu pemberian darimu." ucap Hyeyeon dengan pipi memerah.

"Aku bisa membelikan yang baru untukmu, Hyeyeon-ah."

"Gwaenchanha, bunga itu sangat berarti bagiku." ucap Hyeyeon, yang kemudian merasakan bahwa tangan Jibeom kini tengah mengusap rambut hitamnya.

"Hyeyeon-ah, aku ingin menanyakan sesuatu." ucap sang lelaki sambil terus berjalan menyusuri deretan toko-toko di sekitar bersama Hyeyeon.

"Apa?"

"Kenapa kau memberi nama anak kita 'Gyeoul'? Bukankah dia lahir di musim panas sepertimu?"

Cho Hyeyeon tersenyum, "Musim dingin sangat berarti bagiku, begitu juga anak kita. Jadi, aku memberinya nama itu."

"Wae? Apa karena hari ulang tahunku?" ucap Jibeom sambil terkekeh, membuat Hyeyeon menepuk lengan lelaki itu.

"Hmm... Mungkin salah satunya," wanita itu memiringkan kepalanya, "tapi ada alasan lain."

"Apa?"

"Karena aku bertemu denganmu pertama kali di musim dingin, lalu kau pergi meninggalkanku di musim dingin, dan kita bertemu lagi di musim dingin."

Kim Jibeom tampak menatap Hyeyeon sedih, "Maaf, Hyeyeon-ah."

Hyeyeon mengangkat alis, "Maaf untuk apa, Oppa?"

"Untuk meninggalkanmu terlalu lama."

Hyeyeon tersenyum, kemudian bergerak untuk mengecup singkat pipi sang suami, "Gwaenchanha, Oppa. Kau sudah di sini denganku sekarang. Itu sudah lebih dari cukup."

Jibeom tersenyum, "Besok kalau kita punya anak lagi, aku akan memberinya nama Yeoreum."

"Waeyo? Apa karena hari ulang tahunku?" Hyeyeon mengulang pertanyaan Jibeom tadi.

Lelaki Kim itu terkekeh, "Mungkin salah satunya."

Mereka berdua berhenti di dekat tiang lampu yang ada di sudut trotoar, dan Jibeom kembali melanjutkan kata-katanya.

"Tapi ada alasan lain."

Hyeyeon berusaha sekuat tenaga menyembunyikan tawanya karena mendengar kata-kata lelaki di hadapannya yang persis sama seperti apa yang ia ucapkan tadi.

"Apa?"

"Karena aku ingin melihat anak kita sepertimu, yang selalu tersenyum cerah dan hangat seperti sinar matahari di musim panas."

The End

Notes:

Gyeoul = musim dingin

Yeoreum = musim panas

Thanks for everyone who reads this story! See you on another Jibeom-Hyeyeon fan fiction~ 👋💕

Winter Memories (Jibeom-Hyeyeon) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang