"Ayo cepat!"
"Iya iyaaa, ini kupercepat."
Repotnya punya pacar idol. Kemana-mana harus cepat. Semuanya harus ditutupi. Tapi biarlah, kalau untuk kebaikan kita berdua.
"Y/n! Ayooo mereka sudah mengikuti kita." Doyoung menarik tanganku kencang.
"Pelan sedikit please. Kakiku tidak sepanjang punyamuu." Gerutuku.
"Masalahnya mereka sudah tau kalau aku ini Doyoung. Mereka sudah mulai mengikuti kita! Bagaimana kalau ketahuan dan beredar rumor kalau Doyoung pacaran di supermarket?" Kata Doyoung panjang lebar.
"Benar juga."
"Ayo cepat ambil semua yang kamu butuhkan. Nanti aku yang bayar."
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil beberapa bungkus mie, minuman instan, dan beberapa snack ke dalam troli belanjaku.
"Sudah ini saja."
"Yakin ini sajaa? Bagaimana kamu bisa sehat kalau makan ini?" Doyoung ngedumel.
"Ya mau apa lagi? Nanti uangmu habis buat beli keperluanku."
"Aish."
Doyoung dengan sigap mengambil beberapa buah, dua kilo daging, lalu beralih ke sabun, sampo, pasta gigi, bahkan ia mengambil moisturizer dan BB cream yang biasa kupakai.
"Daeebak, kamu bisa tau produk mana yang biasa kupakai." Aku tertegun melihat Doyoung yang dengan cepat mengambil barang.
"Apa kamu masih pakai parfum ini?" Doyoung menunjukkan satu merk parfum yang biasa kupakai.
"Jangan pakai ini lagi. Terlalu menusuk. Lebih baik yang ini." Katanya sambil memasukkan botol parfum silinder kaca ke troli.
"E-eh itu mahaaal! Jangan yang ituuu." Kukembalikan botol parfum itu ke tempatnya.
"Aish, sudah diamlah! Biar aku yang memilih!" Doyoung mulai meninggikan nada bicara. Aku hanya bisa diam. Doyoung berubah menjadi kelinci seram kalau marah.
Ia masih melanjutkan mengambil tissue, facial wash, toner, lalu berhenti di sesi pembalut.
"Barang ini kamu sendiri yang ambil atau aku?" Tanyanya.
"Biarkan aku berpikir sejenak." Kataku menggodanya.
"Aish kamu lama." Tanpa pikir panjang ia mengambil beberapa bungkus pembalut ke troli.
"WHOAAA DAEEEBAAAK!"
"Diam kamu." Lalu Doyoung pergi ke kasir untuk membayar semuanya. Dan aku mengikutinya dari belakang.
"Total semuanya XXXX Won." Kata penjaga kasir.
"Gila, aku bisa menghabiskan uang sewaku untuk membayar itu."
"Kamu gak perlu bayar uang sewa dan bayar semua ini. Aku yang akan menanggung." Katanya tanpa menoleh ke arahku.
Setelah itu kami berjalan menuju van hitam yang sudah terparkir di depan supermarket.
Doyoung membukakan pintu untukku sedangkan kedua tangannya membawa dua kresek besar berisi belanjaan.
"Eey, kamu gak perlu buka pintu buatku. Aku bisa sendiri." Kataku sambil masuk ke dalam van.
"Kamu banyak bicara."
"Eey kamu galak sekali hari ini." Aku mempoutkan bibirku sambil menengok ke jendela.
Tanpa diduga, Doyoung menangkup wajahku dan melihat lurus ke arah mataku.
"Maaf. Aku hanya ingin kebutuhan pacarku terpenuhi tanpa ada fans yang melihat kita."
"Tapi kamu galak.."
"Maaf. Maaf." Matanya memelas. Mana bisa tahan hatiku melihat tatapan itu?
"It's okay. Asal sama kamu." Jawabku sambil tersenyum.
"Kamu manis sekali y/n."
"Gombal."
Van sudah sampai dan berhenti di depan tempat tinggalku. Doyoung membawa semua belanjaan ke flatku. Aku tidak tau kenapa dia pasti menolak jika kubantu. Alasannya klasik 'kamu perempuan dan aku laki-laki'.
"Terimakasih sudah diantar dan dibelikan macam-macam. Aku sangat berterima kasih." Kataku setelah ia menurunkan semua belanjaan.
"Dimana tempatmu biasa menaruh bahan makanan?" Tanya Doyoung.
"Di sebelah sana." Aku menunjuk lemari di dekat rak piring.
Tanpa menunggu lama, Doyoung meletakkan semua bahan makanan disana.
"Hey kamu tak perlu melakukannya. Biar aku saja." Kataku sambil merebut buah-buahan yang ada di tangannya.
"Mumpung aku disini. Aku ingin membantumu." Jawabnya.
"Tidak perlu. Biar aku saja."
"Sayang.."
Sial. Doyoung menyebut kata itu. Aku tak bisa berkutik.
"Hmm?" Jawabku sambil mendongak ke arahnya.
Ia memegang kedua tanganku.
"Biarkan aku membantumu hari ini saja. Aku sadar aku tidak bisa setiap hari membantumu seperti ini. Aku hanya ingin melakukannya selagi aku bisa. Duduklah dulu. Biar aku yang merapikan semuanya. Hm?" Jelas Doyoung panjang lebar.
Ah, hatiku meleleh mendengarnya. Ia memang seperti eomma. Tidak heran ia dijuluki ibu dari NCT. Aku bersyukur memilikinya. Aku hanya bisa memandangi punggungnya, sementara tangannya sibuk menata barang belanjaan.
"Aish, aku tidak tahan."
Aku memeluknya dari belakang. Ia terlihat kaget dan terlonjak dengan pelukan tiba-tiba dariku.
"Hey, ada apa?" Ia berbalik badan.
"Aku menyayangimu."
Ia hanya diam. Berdiri mematung disana saat masih kupeluk.
"Aku menyayangimu lebih dari yang kamu tau." Ia membalas pelukanku.
Dan akhirnya kami berpelukan lama sampai ada seseorang yang mengetuk pintu flatku.
"Doyoung-ssi, waktu kita hampir habis. Sudah waktunya kembali ke dorm."
"Manager oppa sudah memanggil." Aku ingin melepaskan pelukanku. Tapi ia tidak.
"Sebentar saja. Aku ingin memelukmu sebentar lagi." Katanya sambil membenamkan wajahnya ke pundakku.
"Aku bisa gila." Batinku.
"Hey, terimakasih. Sekarang kamu harus pulang. Bekerjalah yang keras. Aku akan menunggumu mengunjungiku."
"Y/n, berjanjilah untuk hidup dengan nyaman. Aku memberimu semua ini agar kamu tetap sehat. Jagalah kesehatanmu. Jangan sampai kamu sakit." Ia menatapku dalam.
"Aku janji."
"사랑해 (saranghae)."
"I love you more Doyoung-ah."
Ia memberiku kecupan di kening sebelum ia pergi.
"Jaga dirimu. Aku akan segera mengabari jika sudah sampai." Kata Doyoung sebelum menghilang dari balik pintu van.
"Pasti." Jawabku meski tak didengar olehnya
AaaAaAKKkkKkK pengen punya pacar macem doyoung juga masa :((
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT Imagine
FanfictionImagine rasa lokal kadang rasa inggris yang mungkin bisa bikin baper. H3h3