2. Recollection

551 80 3
                                    

2

Recollection


MURREN, SWISS, 1989

"Mademoiselle, vai via." Kata Ko dengan napas tersenggal, tangan kirinya penuh dengan darah karena luka tembak di bahu, jasnya telah terkoyak dan serabut kain yang timbul dari lubang jas itu bernoda darah.

"Kenapa?" Hinata berkata dengan bingung, "Sebenarnya ada apa Ko?"

Lelaki berumur empat puluh tahun itu meremas tangan Hinata dan mendorong tubuh gadis itu untuk menjauh. Saat ini mereka berada di sebuah gang sempit di utara Murren, rumahnya berada tiga blok dari gang sempit dan gelap itu. Hinata dalam perjalanan pulang dari rumah keluarga Yamanaka saat dia dikagetkan dengan Ko yang berlari ke arahnya dengan badan penuh luka, menyuruh dia pergi.

"Vai via," Ko menyuruhnya pergi lagi, tenaganya hampir sampai pada batasnya.

"Jelaskan padaku, ada apa?" Hinata meremas-remas tangannya.

Perang antara Jerman dan negaranya memang telah ia dengar sejak satu minggu yang lalu, tapi keluarganya bukanlah pejuang seperti keluarga Yamanaka atau Haruno, mereka hidup sangat tentram dan tidak pernah berhubungan dengan senjata, dan tentara jerman tidak peduli dengan keluarga tidak terpandang seperti keluarganya.

"Kita diserang tentara jerman, kota telah hancur, aku mohon pergilah nona."

Hinata tidak ingin pergi, dan tentu saja dia tidak bisa, keluarganya masih ada di desa. Hinata dihantam oleh sebuah kenyataan, tangannya bergetar saat otaknya berputar.

"Ko, mio padre?" Hinata bertanya tentang sang ayah.

"Dia ada di barisan terdepan keluarga," Ko mengeratkan cengkramannya pada luka di tangannya untuk menyimpan semua rasa bersalah karena meninggalkan barisan untuk mencari sang nona.

Hinata terhuyung dan dia menabrak tembok yang dingin, gaun merahnya basah karena tembok yang sore tadi terkena hujan. Saat tubuhnya menggigil karena takut kehilangan orang-orang yang dia sayangi, lampu gang menjadi redup dan kegelapan menguasai desa. Cahaya kemerahan yang sangat besar menari-nari di belakang Ko, panas, dan menghanguskan semuanya.

Ko menahan tubuh Hinata yang akan berlari ke rumah, dia memeluk gadis itu dengan sisa tenaga dan kesakitan pada bahunya, lalu sebuah tembakan keras mengagetkan mereka berdua.

Hinata terdiam, dia melihat dari bahu Ko, seorang pria dengan seragam Nazi mengacungkan senapan yang telah berasap ke arahnya, lalu kemudian Ko terasa berat dipelukannya. Hinata merasakan sentakan rasa takut yang mengerikan saat tangannya menyentuh cairan hangat, lengket, dan berbau seperti besi yang keluar dari punggung Ko.

Dalam rasa kekhawatiran, Hinata mencoba untuk mundur dengan badan Ko yang masih bersandar di tubuhnya, dia tidak akan meninggalkan Ko, tidak, meskipun itu hanyalah jasadnya. Prajurit itu menyiapkan lagi senapannya, mengisinya dengan peluru dan tembakan terdengar lagi, namun kali ini targetnya adalah kepalanya.

Ketika peluru itu mengenai dinding di samping Hinata, gadis itu tidak bisa menahan getaran pada kakinya dan dia terjatuh karena lemas. Tubuh Ko berguling di sampingnya dan menabrak tembok, terlentang, masih diam dan mulai membeku.

Menengadah dengan penuh ketakutan, Hinata melihat tentara itu telah berada di depannya dengan ujung senapan berada di depan wajahnya.

"Beraninya kelompok kecil seperti kalian menargetkan keluarga kerajaan." Lelaki itu berkata dengan geraman marah, "Sekarang hadapi hukuman kalian."

FIND THE FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang