Jepang, 1987
Minato sudah angkat tangan menghadapi anak semata-wayangnya. Penolakan Naruto terhadap perjodohan yang ia lakukan begitu terang terangan. Padahal ia sudah memilihkan gadis terbaik untuk putranya. Hyuuga Hinata, gadis manis dari keluarga terpandang. Seminggu sebelum pertunangan mereka Naruto kabur entah kemana dengan alasan 'menemani Sasuke' . Minato tahu, anaknya memang sangat dekat dengan putra bungsu keluarga Uchiha tapi ini sudah keterlaluan. Keluarga Hyuuga begitu baik mau memahami sikap Naruto yang sangat kekanakan seperti ini
"Kushina, apa Naruto benar benar tidak ditemukan?"
Perempuan bersurai merah itu menggeleng, ia tidak melarang perjodohan ini tapi ia tahu apa yang putranya rasakan. Sebuah fakta yang ia jaga rapat rapat. Tentang perasaan putranya kepada Sasuke
"Naruto bahkan meninggalkan ponselnya"
"Anak itu benar benar"
"Minato, apa kau yakin ini yang terbaik?"
Minato menatap istrinya, tidak mengerti. Ada nada memelas yang ia tangkap dalam suara istrinya barusan
"Bagaimana maksudmu Kushina?"
"Tidak kah lebih baik kita membiarkan Naruto bersama pilihannya saja? lagipula naruto baru 22 tahun anata"
Kushina memberanikan diri, ia tidak mau anak lelakinya menghabiskan hidup dengan orang yang tidak ia cintai.
"Lupakan sa-"
"Ayo kita kerumah keluarga Hyuuga, memberitahu bahwa Naruto tidak bisa menikahi putri mereka"
Wajah terkejut Kushina dibalas dengan senyuman lembut suaminya. Minato tahu, jika istrinya berkata demikian berarti itu yang terbaik. Lagipula sepertinya Naruto sudah memiliki kekasih jika mendengar penuturan Kushina
"Anata sebenarnya.."
"Ya?"
Apa Kushina harus memberitahu Minato tentang orientasi anak mereka yang menyimpang? Tidak. Minato bisa saja berubah pikiran lalu memaksa Naruto segera menikah
"Ada apa Kushina?"
"Ah sebenarnya Naruto membawa handphone nya"
"Ish kau ini"
.
.Indonesia, 1987
Sasuke merengut kesal. Dompetnya hilang entah kemana pagi ini saat mereka berkunjung ke pasar tradisional. Dompet yang sasuke bawa tidak berisi surat surat penting, hanya saja semua uang rupiahnya berada disitu
"Sudahlah sasuke, kan aku masih punya uang"
Hibur Naruto dengan suara tidak jelas, ia sedang menghabiskan es krimnya. Dua es krim ditangannya karena Sasuke sudah merajuk sekembalinya ia membeli es krim.
"Tidak mau"
Jawabnya singkat, harga diri yang begitu tinggi melarang sasuke bergantung pada orang lain. Ia masih punya uang, tapi harus ditukarkan dengan rupiah dahulu sebelum bisa digunakan. Tiba tiba Naruto meletakan es krimnya lalu memegang kedua pipi sasuke
"Kemarin kan aku menang jadi aku minta hadiahku"
"Dompetku hilang bodoh"
"Karena itulah, aku minta kau menurut"
Sasuke terdiam. Bola matanya bergulir kesamping, mana bisa begitu. Sasuke tidak mau. Tapi raut wajah Naruto tampaknya tidak main main
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Is Never Enough(END)
FanfictionDua orang penulis dari Jepang yang terlibat dalam kecelakaan terdahsyat dalam sejarah perkereta-apian Indonesia.