Awal

141 9 2
                                    

21 September 2031

Pernahkah kalian berpikir, bahwa kemajuan teknologi bisa sangat membantu kehidupan kita sehari-hari? Apalagi kita tidak perlu bergerak lebih untuk bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya memerlukan tenaga.

Mungkin menurut kalian, ini hanyalah sebuah mimpi yang menjadi angan-angan setiap orang. Namun, kini mimpi tersebut telah berubah menjadi kenyataan, bahkan kita sendiri bisa mengendalikan mimpi tersebut dan menjalankannya sesuai yang kita inginkan.

Alan Shield, merupakan seorang veteran 'Survivor', yakni sebutan bagi mereka yang memainkan sebuah game dalam platform Lucid Dream. Game tersebut adalah World Legends.

Memang, dalam tahun pertama, semua kegiatan dalam Lucid Dream berjalan lancar sesuai dengan slogannya, yakni 'Living life, Dream and Do'.

Namun, semuanya berubah saat Lucid Dream memasuki tahun ke-sepuluhnya.

--0--

Sinar matahari mulai menusuk penglihatan. Alan perlahan mencoba mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang mulai membuatnya merasa tidak nyaman.

Kicauan burung pun semakin terdengar semenjak ia mulai sadar akan keberadaanya di suatu tempat yang kini sedang ia pijak.

Tampak sebuah monumen berbentuk patung seorang pria yang sedang menaiki kuda dengan tangan mengacungkan pedang ke udara, disertai kolam di bawahnya saat Alan pertama kali membuka matanya.

Perasaan familiar menghampiri Alan yang sedang mengamati lingkungan sekitar.

Kepalanya pusing, rasa bingungnya pun mulai melandanya. Belum ada semenit bagi Alan untuk mencerna apa yang sedang terjadi kepadanya, tiba-tiba, muncul orang lain di depannya dengan kilauan cahaya, persis seperti yang ia alami saat tiba barusan.

"Ada apa ini?" ucap orang yang baru saja muncul.

Alan yang sama bingungnya mencoba mengajak pria tadi untuk berkomunikasi dengan mencoba menyentuh bahu bagian belakangnya.

"Permisi, apa kau tahu apa yang terjadi disini? " tanyanya.

Pria tadi lumayan tersentak karena sentuhan di bahu belakangnya. Ia lantas membalikkan badan untuk membalas pertanyaan yang baru saja dilontarkan kepadanya.

"Eh? Aku juga tidak tahu. Kenapa tiba-tiba kita semua berada disini? " jawab pria tadi sambil memperhatikan sekeliling, karena nampak banyak orang yang mulai muncul sama sepertinya, diawali dengan kilauan cahaya.

Alan mengikuti arah pandang pria tadi, dan memang benar, banyak orang yang tiba-tiba muncul seperti dirinya.

"Sepertinya kita berada di Landmass." sambung pria tadi.

Beberapa lama saat ia mengedarkan matanya, ia tersadar ketika mendengar nama yang lumayan familiar di telinganya, Alan pun sedikit tersentak dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan pria tadi.

"Sebentar, barusan kau menyebut Landmass? " tanya Alan untuk memastikan bahwa yang didengarnya tidak salah.

"Yup, kau tidak salah dengar bung." jawab pria tadi seakan mengetahui apa yang ada dalam fikiran Alan.

Alan pun perlahan mulai mencerna perkataan yang barusan pria tadi lontarkan. Keningnya pun berkerut, kedua alisnya pun bertemu, namun langsung menjauh seperti baru saja menemukan sesuatu yang penting.

"Jangan-jangan, kita sedang berada dalam..."

Ia kemudian membalikkan badannya untuk melihat sebuah obyek yang baru saja terlintas dipikirannya saat mendengar kata 'Landmass'.

"Oh, yang benar saja." ucap Alan.

Terlihat sebuah Kastil yang menjadi ikon kota yang berada di tepian air terjun. Bangunan dibawahnya pun terlihat sangat beragam, mulai dari pertokoan, motel, restoran, hingga penjual senjata pun ada disana. Merupakan kota yang sempurna bagi para pemula yang baru saja memulai debutnya sebagai seorang Survivor.

"Kita berada di dalam World Legends."

World LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang