(35)

10 0 0
                                    

Maaf ya aku menuliskan ini bukan ada maksud atau alasan untuk nge-kodein kamu. Sama sekali bukan. Aku hanya ingin menorehkan isi hatiku agar kamu mengetahui yang aslinya. Aku pengecut ya? Iya aku terima kalau kamu bilang aku pengecut. Iya emang aku pengecut. Aku aja tidak berani ngomong di depan mu. Aku hanya berani bilang lewat tulisan, bukan lewat ucapan langsung. Sungguh aku tidak berani.  Apalagi kalau aku bertatap muka dengan mu. Maaf jika kata-kata ku menyinggung ya. Semoga kamu membaca dan mengerti apa isinya.

Ah tapi itu tidak mungkin. Tapi suatu saat nanti kamu akan membaca rintihan hatiku yang sesungguhnya. Memang sedikit alay sih, ya tapi mau gimana lagi.

Maaf, luka yang kamu buat itu sungguh sempurna. Sampai-sampai aku lupa cara melupakan kamu. Aku tidak punya cara lagi, agar namamu hilang dari lubuk hatiku. Apa aku harus hilang ingatan? Ah kurasa itu tidak mungkin. Aku tidak punya cara lagi harus bagaimana aku jatuh cinta kembali kepada seseorang. Aku juga tidak bisa melupakanmu begitu saja. Hampir satu tahun, itu waktu yang tidak sedikit.
Maaf ya, sekali lagi aku harus meminta maaf. Ini salahku sendiri bukan salahmu. Takdir yang membuat seperti ini. Jadi dalangnya disini adalah aku sendiri.

Tolonglah ajari aku melupakan tanpa harus membenci seorang dirimu. Apakah kamu sudah melupakanmu? Kamu ingat tidak waktu aku bertemu dengan sepasang mata laki-laki yang duduk di kantin. Ya, itu adalah kamu. Waktu itu kamu duduk di depan ku.
Ah kurasa kamu tidak ingat sama sekali

Sudah sampai disini saja aku menulisnya. Lain kali kalau aku rindu denganmu akan ku tuliskan jeritan hati yang bertuliskan rindu ini.









Hai, maaf ya aku baru sempet update, soalnya tugas sekolahku terlalu banyak.
Alhamdulilah aku diberi waktu luang untuk menuliskannya lagi disini:)

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang