chapitre bonus

1.8K 192 14
                                    

"Harry, lo mau ajak gue kemana sih?" Ucap gue.


"Udah santai aja kenapa? Toh kalau sampai diculik juga lo sayang kan sama yang nyulik," ucap Harry sambil tetap menuntun gue-dengan menutup mata gue dengan kedua tangannya.


"Rese," gumam gue. Namun gue tetap mengikutinya.


"Mummy Kendra? Daddy Harry?" Ucap seorang anak perempuan. Harry membuka mata gue. Rupanya kita di panti asuhan tempat dulu kita ngerjain tugas jahanam itu. Ga jahanam juga sih, soalnya itu yang bikin gue kenal Harry lebih dalam. Harry yang lembut dan penyayang. Gue refleks menganga lebar.


"Hello Darcy, sudah makin besar ya kamu," ucapku lalu menggendong Darcy.


"DADDY!" Teriak Cameron lalu memeluk Harry yang telah menyamakan tingginya dengan tinggi bocah laki-laki itu.


"I miss you!" Ucap Darcy dan Cameron bersamaan.


"We miss you too, Kids!" Ucap Harry.


"Hari ini, Mum sama Dad mau bawa kalian jalan-jalan. Tapi kita gabisa tinggal bareng kaya dulu," ucap Harry.


"Gak apa-apa kok Dad! Jalan sama kalian aja kita udah seneng banget!" Ucap Cameron senang.


**


Ini sungguh indah buat gue, jalan-jalan dengan dua anak yang mempersatukan kami. Walau hanya ke taman kota dan berpiknik, tapi Harry mempersiapkannya dengan amat baik. Sampai-sampai rasanya kami seperti keluarga sungguhan.


Harry dan Cameron tampak bermain layang-layang diujung sana, sementara gue dan Darcy duduk santai sambil mempersiapkan sandwich yang akan kami makan bersama.


"Mum!" ucap Cameron. Gue menoleh kearahnya. Ia membawa sebuket mawar putih disusul Harry dibelakangnya.


"Ini buat mum cantik. Oh ya, Daddy juga punya sesuatu buat Mum," ucap Cameron sambil tertawa riang. Harry mendekat ke arah gue, lalu duduk disebelah gue dengan sebelah tangan ke belakang.


Ia menyelipkan sebuah bunga di telinga gue. Namun, bunga itu malah terjatuh. Gue mengambilnya dan memandang bunga itu sebentar. Ada tulisannya. Setiap kata dalam satu kelopak. Gue pun membacanya.


"Will"


"You"


"Marry"


"Me"


"Please?"


Gue bengong. Serius, ini si Harry udah ngajak nikah aje.


"If you will, pakailah ditelingamu seperti sediakala," ia tersenyum.


"Aren't we too young for this? Lulus SMA aja belum, masa nikah?"


"Paling enggak, ini pembuktian bahwa kita akan membawa hubungan ini sampai akhir hayat." Gue tersenyum mendengar perkataannya.


"Seperti bunga ini, gue petik pas lagi seger, tapi bunga ini akan nemenin lo sampe bunga ini layu dan tua," ucapnya lagi. Gue bisa merasakan pipi gue memerah sekarang. Gue memasang bunga itu ke telinga gue lagi, dan Harry mengecup pipi gue.


Gue yang sadar ada anak-anak pun menjauh darinya. Ternyata, anak-anak sedang bermain di playground. Dimana gue dan Harry sekarang bisa berlaku seperti pasangan. Ia membawa gue kedalam rangkulan hangat Harold Edward Styles.


**


picturesque ✕ stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang