(3)

12K 982 66
                                    

"Siapa Dek? Mas baru liat" tanya Mas Abi yang membuat gue mengalihkan pandangan mengikuti arah pandangan Mas Abi sekarang.

"Siapa apanya Mas?"

"Laki-laki yang turun dari bus setelah kamu, laki-laki pertama yang tersenyum hanya karena ngeliat Mas meluk kamu"

"Siapa? Laki-laki yang turun setelah Nayya? Kak Affif? Oh itu temen, eh eh bukan temen, cuma kenalan Kakak lettingnya Nayya, temen sekelasnya Mas Affan lebih tepatnya"

"Oh, kirain udah move on dari cinta yang tak terbalaskan" lanjut Mas Abi yang gue balas dengan tatapan membunuh, ini ni gak enaknya kalau kita suka sama seseorang dan Mas kita itu tahu, jadi bahan ejekan mulu.

"Gak lucu ya Mas, Mas sendiri juga bertepuk pake tembokkan? Yaudah sama aja" balas gue gak mau kalah.

"Nay, jangan terlalu deket sama Affif, dia terkenal gak suka sama perempuan" tetiba Mas Affan nyelutuk kaya gitu, apaan tu ucapannya? Aneh banget.

"Laki-laki yang gak suka sama perempuan sama laki-laki yang ngejaga diri dan pandangan dari perempuan itu beda ya, lagian mau Nayya deket sama siapapun Mas kenapa? Selama orangnya baik itu bukan masalahkan?" balas gue sedikit tidak suka dengan ucapan Mas Affan barusan, gue memang menyukai Mas Affan tapi bukan berarti setiap ucapannya gue benarkan.

"Kamu kenapa nyolot Nay? Memang Affif sebegitu bagusnya di mata kamu?" lah kenapa gue yang dikata nyolot? Yang nyolot sebenarnya siapa? Gue apa Mas Affan? Marah-marah gak jelas.

"Yang nyolot duluan siapa? Lagian mau Nayya deket sama Kak Affif atau siapapun Mas punya masalah apa? Sana urusin calon istrinya, gak usah sibuk marah-marah dan ngurusin urusan Nayya, udah Nayya ingetinkan? Jangan ikut campur lagi dengan urusan pribadi Nayya" Mas Affan bahkan udah natap gue gak santai, gue yang ditatap kaya gitu juga udah mulai melotot gak terima, apa liat-liat? Dianya bebas bilang suka ke cewek lain sama gue tapi gue sendiri gak boleh deket sama cowok lain, situ sehat Mas?

"Hush kalian berdua bener-bener ya? Kalau jauh pada ngadu kangen, giliran deket pada ngajak berantem, pusing Mas mikirin kalian berdua tahu gak, duduk diem atau turun pulang sama bus sana, lama-lama kalian berdua yang ngeselin" Mas Abi udah ngusap kasar wajahnya gak habis pikir sama kelakuan gue sama Mas Affan tapi ya bodo, siapa suruh Mas Affan marah-marah gak jelas?

Setelah gue sama Mas Affan pada diem baru Mas Abi ngelajuin mobilnya dan kita langsung pulang, Kak Reina udah dijemput supir katanya, sampai di rumah, Mas Affan juga langsung pamit pulang, orang tuanya udah nanyain.

"Nay, Mas minta maaf, Mas cuma gak mau kamu kecewa apalagi sakit hati cuma karena laki-laki Nay" Mas Affan sempat ngomong begitu Mas Abi udah masuk ke rumah duluan.

"Trus Mas pikir yang selama ini Mas lakuin itu apa ke Nayya? Nayya memang udah jauh terluka karena Mas dan Mas gak perlu bersikap seolah Mas gak tahu apapun" gue tersenyum paksa dan melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Mas Affan yang masih terpaku di tempat dengan pemikirannya.

Gue masuk nyalim sama Bunda dan berlalu masuk ke kamar, gue perempuan dan gue yakin kalau Mas Affan sebenernya juga tahu apa yang selama ini gue rasain ke dia, dia nuduh gue kaya kemarin bisa, dia masih berlagak kaya gak terjadi apapun? Rasa yang gue punya ke Mas Affan itu lebih dari seorang sahabat dan Mas Affan gak sebodoh itu sampai gak peka dengan perasaan gue.

Mas Affan seolah mendiamkan perasaan gue dengan embel persahabatan yang semakin lama semakin gak jelas, Mas Affan tahu gue cinta dan gue yang selalu berusaha sebaik mungkin untuk nurutin semua yang dia mau tapi dengan mudahnya Mas Affan ngabain semua perasaan gue bahkan milih perempuan lain.

Dia bahkan minta izin gue untuk ngungkapin perasaan ke perempuan lain tanpa sedikitpun mikirin perasaan gue, apa gue gak layak sedikitpun untuk bahagia? Apa gue harus semakin jauh terluka cuma karena embel persahabatan kita berdua?

Affif Dan Nayya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang