1

32 11 14
                                    

Tringgg... tringggg

Sudah sejak sejam lalu hp Elina tidak berhenti berbunyi, gadis itu bahkan terlalu malas untuk mematikan hpnya. Ia malah asyik menonton drama korea di laptopnya

nanti juga capek sendiri pikirnya

Tok tok tok tok..

Pintu kamar Elina diketuk keras-keras

"Oh God, apalagi sekarang!?" sepertinya menggerutu sudah jadi nama belakangnya sejak dua jam yang lalu saking seringnya ia menggerutu

"Na, ada Ehran di luar" karena tak kunjung dibukakan pintu oleh sang pemilik kamar, mama Elina menerobos masuk

"males, bilang aja lagi tidur kek boker kek salto kek apa kek" Elina masih asyik memperhatikan laptopnya sambil makan kripik kentang

"Na, keluar atau mama jual laptop kamu di penjual loak yang suka lewat depan rumah" mama Elina berujar sambil menutup laptop anak gadisnya itu

"iya iya, bawel amat" Elina menggerutu lagi entah untuk yang keberapa kali

Elina keluar kamar, menemui Ehran yang sudah menunggunya di teras rumahnya. Di sana terdapat tanaman hias yang sangat disayangi mama Elina, bahkan mungkin mama Elina lebih sayang tanaman hias daripada anak gadisnya itu

"bagus banget ya, chat gak dibales telfon gak diangkat. Harus didatengin dulu kayak gini baru lo mau ngomong sama gue?" cowok itu memulai percakapan

"percuma gue ngomong sama lo, toh lo gak akan pernah mau dengerin kan? Gue udah jelasin ke lo kenapa gue marah. Gue gak suka lo selalu ngatur gue, ngatur hidup gue. Bahkan ngatur sama siapa gue bergaul. The hell?" balas gadis itu mulai emosi

"gue lakuin itu buat lindungin lo, gue tau dia itu gak baik Na" cowok itu berusaha tenang

"BISA GAK SIH SEKALI AJA LO ITU GAK EGOIS?" gadis itu teriak meluapkan emosinya, ia bahkan tidak peduli kalau mama dan adiknya bisa mendengar suaranya. Toh mamanya sudah sering mendengar Elina dan Ehran bertengkar bahkan terkadang beliau yang menengahi

"EGOIS? EGOIS LO BILANG? NA, DENGER YA GUE TUH CUMAN GAK MAU LO KENAPA-KENAPA! GUE SAYANG LO, GUE CUMAN MAU LINDUNGIN LO" Cowok itu balik berteriak pada gadis tersebut, ia tahu tidak seharusnya ia meneriaki gadis yang sangat dicintainya. Emosinya terpancing

"YAUDAH LO MAU JAGAIN GUE KAN? GAK MAU GUE KENAPA-KENAPA KAN, YAUDAH LIATIN AJA TERUS. 24 JAM KALAU PERLU! GUE CAPEK SAMA LO, KITA PUTUS!" Gadis itu masih berteriak dengan marahnya

Mendengar kalimat tersebut cowok itu tertegun. Ia sadar seberapa marahnya ia terhadap gadis tersebut ia tidak akan pernah rela melepaskan gadis yang sudah ia kenal bahkan sudah sangat ia sayangi lebih dari 2 tahun itu

"Na, jangan main-main ini gak lucu" ujar cowok itu berusaha menenangkan emosinya

"gue serius. Gue capek kayak gini terus" Gadis itu sudah tidak berbicara sekeras tadi, tapi ia masih keliatan marah

"maafin gue Na, gue gak mau putus. Please Na, gue bakal berusaha jadi apa yang lo mau tapi jangan pergi" Si cowok kembali berusaha membujuk gadisnya.

"lo selalu ngomong gitu Ran, tiap kita berantem tiap gue ngomong putus. Tapi apa? Lo gak berubah sama sekali, sedikitpun" gadis itu masih tetap pada pendiriannya

"Na 2 tahun kita bareng, udah banyak yang kita lewatin dan ini bukan yang pertama kali. Please Na pikirin lagi. Kalau lo emang mau putus coba jawab pertanyaan gue, jangan nunduk liat mata gue. Lo udah gak sayang sama gue? Lo bisa ngelupain apa yang udah kita lewatin lebih dari 2 tahun ini? Susah senang suka duka apapun itu udah pernah kita lewatin dan gue udah nunjukin ke lo kalau gue serius waktu bilang gue akan selalu ada buat lo, gue akan jagain lo, gue gapernah selingkuh kayak yang cowok lain lakuin, lo selalu jadi prioritas gue, gue bahkan udah gak pernah mikirin diri gue sendiri gue selalu mikirin lo. Kalau lo bilang semua bullshit silahkan tanya ke diri lo sendiri apa yang udah gue lakuin selama ini buat lo, buat kita" Ehran berusaha kembali tenang, ia tau ia harus menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin

Elina hanya bisa menangis, air mata yang sedari tadi berusaha ditahan akhirnya tumpah. Pada akhirnya ia selalu kalah. Ia tidak akan pernah berhenti mencintai cowok tersebut, kenangan demi kenangan terus memenuhi kepalanya. Anehnya, bukan kenangan buruk atau kenangan pahit yang muncul di kepalanya tapi kenangan yang indah. Bagaimana Ehran memperlakukannya dengan sangat baik, Ehran memang selalu ada untuknya ketika dia butuh seseorang untuk mendengar keluh kesahnya bukan hanya mendengar bahkan membantu mencari jalan keluar untuk setiap masahnya. Ia kalah. Ia tidak ingin Ehran pergi dari hidupnya. Ia takut membayangkan bagaimana hidupnya tanpa ada Ehran. Ia sudah jatuh terlalu dalam, ia terlalu mencintai cowok itu sampai otaknya seakan tidak berfungsi hanya hatinya yang berbicara.

---

Hai, ini cerita pertama aku so yea i'm a newbie here wk

maaf kalau cerita ini belum jelas, kalau ada yang baca sih dilanjut kalau gak ada yaudah ngapain di lanjut;v

let's be friend. xoxo<3

FOREVER USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang