Karma 1

913 134 21
                                    

"udah, Steph, udah hampir seminggu loh," itu Bucky. Dia baru saja memasakkan Stephen Indomie kesukaannya.

Mata Stephen mendelik tajam pada Bucky. Bucky takut bukan main, selama tiga tahun melayani Stephen sebagai pelanggan setianya, Bucky tidak mernah melihat Stephen seemosi ini.

"Ini masalah harga diri, Buck," kesal Stephen.

Selama seminggu ini, Stephen benar-benar dijadikan seperti budak seorang Tiny Stank. Jika Stephen akan protes, si boncel Tony itu hanya akan mengingatkan tentang perjanjian mereka. Atau parahnya, orang lain yang datang menonton saat itu juga ikut mengingatkan Stephen.

Stephen merasa dikucilkan oleh warga sekampung. Hanya Thor, Steve, dan Bucky yang tidak ikut mengingatkan tentang perjanjian itu.

Tidak lama kemudian, Thor dan Steve datang. Mereka berdua mengambil tempat duduk di hadapan Stephen.

Bucky membuatkan pop ice vanila blue untuk Thor, dan kopi hitam untuk Steve, kemudian ia ikut duduk di samping Stephen.

"Omong-omong, Stephen. Lo kenapa bisa benci banget sama Tony? Eh- eumm maksudnya, Thor juga sering gangguin lo, tapi lo bisa tetep temenan sama dia." Tanya Bucky dengan hati-hati. Dia pasti sudah memikirkan pertanyaan ini beribu-ribu kali.

Stephen meremas sumpit yang ada di genggamannya, "kalian gak akan ngerti..." desis Stephen.

Perhatian Bucky teralihkan pada sumpit yang ada di genggaman Stephen, "kata-katanya nyebelin, sifatnya nyebelin, matanya, bibirnya, suaranya, semuanya nyebelin."

"Eeum... Stephen, awas patah sumpitnya," tangan Bucky mencoba menarik sumpit yang hampir patah dari tangan Stephen.

"Awas kena karma, nanti jadi cinta loh," gumam Steve kemudian ia menyeruput kopi hitamnya.

Stephen yang kesal, mendorong kepala Steve sehingga membuat kopi itu tumpah. Dengan segera, Bucky pergi ke dapur untuk mengambil kain lap.

Stephen menyerngitkan dahinya, ketika menyadari Steve tidak mengumpatinya seperti biasa. Stephen juga menyadari perubahan ekspresi Steve dan Thor yang menjadi tegang.

Bucky yang baru kembali dari dapur, dengan otomatis berjalan cepat menghampiri Tony dan Bruce yang datang dengan membawa aura menegangkan.

Stephen diam, ia ingat dengan perjanjiannya.

"H -hai, Tony, Bruce," sapa Bucky dengan gugup.

"Hai Bucky," balas Bruce.

"Bakwan sama cireng dua ya," pesan Tony.

"Gue pisang goreng dua, bungkusnya gabung aja sama Tony."

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Bucky langsung membungkuskan pesanan Tony dan Bruce.

"Btw, Bucky. Warung lo kok jadi rada pengap gitu ya?" ujar Tony tiba-tiba.

Butuh waktu beberapa detik sampai Thor, Steve, Bucky, dan Bruce menyadari maksud Tony. Bruce menahan tawanya, sedangkan ketika teman Stephen hanya terkekeh dengan hambar.

"O -oh iya, nanti aku buka jendelanya sama aku nyalain kipasnya," Bucky pura-pura bodoh.

Bucky langsung memberikan gorengan pesanan Tony, agar Tony segera pergi dari warungnya.

Tony menerima gorengannya dan memberikan uang pas kepada Bucky.

"Tolong ya, kalo gak penting-penting banget, gak usah kelamaan nongkrong disini, ganggu."

Sebaris kalimat yang meluncur dari mulut pedas Tony membuat semua orang menjadi tegang.

Bucky angkat suara walaupun sebenarnya ia segan, tapi ini demi warungnya, "Stephen gak ganggu kok, kita emang suka ngobrol, aku yang ngundang mereka."

Tony terlihat tidak peduli dengan penjelasan Bucky. Itu artinya, Tony murni hanya ingin menyulut emosi Stephen.

Stephen meletakkan sumpitnya dengan keras, kemudian ia berdiri, menatap Tonya dengan amarah yang sudah di ujung lidah.

Stephen mencengkram kerah baju Tony, dan menariknya, membuat Tony menjadi sedikit berjinjit.

Bruce, Bucky, Thor, ataupun Steve tidak ada yang berani mendekat.

Stephen membiarkan Tony menyelesaikan kalimatnya yang mengingatkan Stephen tentang perjanjian mereka.

"Persetan dengan perjanjian lo. Gue kasih tau lo sekarang, lo gak akan pernah tau sejauh mana kata-kata lo bisa ngejatohin harga diri orang."

Stephen melepaskan Tony dengan sedikit dorongan sampai Tony melangkah mundur dan hampir terjatuh.

Stephen mengeluarkan selembar uang seratus ribu, kemudian langsung pergi meninggalkan burjo milik Bucky.

"Wow, Stephen yang gak ngehabisin indomie dan ngeluarin uang tanpa nunggu kembalian, benar-benar bukan pertanda yang baik," gumam Thor yang langsung berlari menyusul Stephen.

Bruce menyikut bahu Tony, "kayaknya lo emang udah kelewatan batas deh."

Panjat Cinta (IronStrange)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang