Lonely

Part 4

Saat itu, Andi yang sangat menyukai fotografi selalu gagal dalam berbagai kejuaraan, karya-karyanya pun banyak yang meremehkan entah itu tekniknya yang masih amatirlah, objeknya yang tidak pentinglah. Saat itu Andi hampir menyerah dengan mimpinya, tapi seorang gadis berkacamata sedang memandangi karyanya di pameran lomba foto kampusnya. Mita. Gadis itu sangat menyukai potret sebuah pohon yang berdiri tegak di tengah kertas dalam pencahayaan yang cukup terang dan fokus yang sedikit buram.

Itu adalah saat Andi berkenalan dengan Mita untuk pertama kalinya.

"Kenapa lihat foto sambil senyum-senyum gitu?" tanya Andi.

"Yang ambil fotonya jago"

"Jago? Kenapa? Banyak yang bilang foto ini amatiran"

"Nggak kok, ini bukan foto amatir. Lihat nih. Biarpun gambar pohonnya nggak fokus, tapi yang ngambil foto kasih fokusnya ke dua ekor burung ini," Mita menunjuk dua ekor burung berwarna coklat yang sedang bertengger di salah satu ranting pohon, kedua burung itu hampir tidak terlihat. Andi sendiri pun tidak menyadari kehadiran dua ekor burung itu dalam jepretannya.

Sejaksaat itu, Mita selalu menjadi orang yang pertama dicari Andi setelahpengumumana setiap lomba fotografi yang diikutinya. Andi mudah merasa tidakberharga saat karyanya diejek orang. Sudah sejak usia sepuluh tahun diamenyukai fotografi tapi orang-orang berkata dia tidak berbakat di bidang itu.Saat itu terjadi, Mita akan menemani Andi entah hanya sekadar duduk-duduk ditaman dekat danau kampus atau di restoran favoritnya. Mita selalu mendengarkancerita Andi yang panjang mengenai kekesalannya pada orang-orang yang mencelakaryanya tanpa menginterupsi. 

Gadis itu hanya akan tersenyum menguatkan danberkata "Good job! Fotomu bagus-bagus kok buatku. Semangat, semester depanikutan lagi ya." Lalu Mita selalu berkata "Aku tahu kata semangat darikuhanya sekadar kata-kata yang mungkin nggak nagruh sama sekali buat kamu. Tapidari kata-kata itu seenggaknya aku pengen kamu tahu bahwa masih ada orang yangada di sisimu."