Chapter 2

21 2 0
                                    

“Mas serius sama omongan mas?”

“Iya Nes, karena jujur aku bingung harus minta tolong siapa lagi selain kamu.”

“Apa aku harus jawab sekarang mas?”

“Iya Nes, Augie dan mas Abra sendiri yang ngasih ide ini.”

Damn, tebakanku benar dua bocah sableng itu yang buat Candra kesini. Umpatnya kesal sambil meminum cocktailnya.

“Oke deal,” ujar Agnes sambil memamerkan barisan gigi putihnya.

“The day after tomorrow I’ll pick you here,” katanya tersenyum manis, senyum yang membuat Agnes terpikat, senyum yang sangat benar-benar jarang ia tunjukan pada Agnes maupun dua kakaknya.

“Aku anter pulang ya,” ajaknya membuat Agnes kembali pada dunia nyata setelah beberapa saat melamun.

Setelah dekat kosnya entah mengapa Agnes merasa ia diikuti seseorang membuatnya benar-benar takut dan segera berlari sekuat tenaga menuju kosnya, ditengah ketakutannya Candra tiba-tiba datang menyusulnya.

“Nes nih hpmu, kayaknya ada pria mabuk ngikutin kamu deh padahal ini baru jam 8 malam.”

“Iya mas, makasih.”

“Kamu bandel sih tadi aku mau anterin sampe depan kosmu kamu nolak sekarang ginikan jadinya.”

“Maaf mas, maaf banget.”

“Good night ya Nes,” ujarnya setelah sampai didepan kos Agnes.

“Good night too.”

Agnes benar-benar kesal dengan suara Adam Levine yang bernyanyi nyaring ditelinganya memaksanya bangun dan mendiamkan nyanyian itu. Baru sebentar suara itu berhenti sekarang suara itu berbunyi lagi.

“Ya, hallo bocah sableng,” ujar Agnes dengan suara parau.

“Dek semalem ada yang stalkerin kamu ya?”

“Mas Abra,” teriaknya kaget sambil mencium lantai kamarnya.

“Jawab dek,” ujarnya tak sabar.

“I…i…iya mas tapi untung mas Candra nganterin aku.”

“Nanti Augie ke Jakarta buat ngurusin rumah kita dan mau tidak mau kamu harus tinggal sama Augie disana.”

“Tapi mas aku kan-“

“Tidak ada tapi-tapian nyawa dan tubuhmu hampir terancam Agnes,” potongnya tegas dan tak terbantahkan.

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang