Chapter 3

49 1 0
                                    

Agnes memandang bosan karena harus menunggu Candra di café depan kantornya untuk melakukan fitting baju sebelum hari pernikahan mereka minggu depan, sekilas Agnes tampak melihat Cheryl melintas didepannya dan ingin menyapa gadis itu namun malu pada semua pegawai yang ada.

“Nes,” sapa seseorang padanya, Agnes segera menoleh dan terkejut bercampur takut saat mengetahui siapa yang menyapanya.

“Kamu kerja disana? Bagian apa?”

“A…a…ku nunggu orang, maaf aku pergi dulu,” jawabnya terbata lalu membereskan tasnya dan pergi membayar sebelum benar-benar pergi.

“Hey Agnes kok ngga langsung ke kantornya mas Candra sih?” sapa Cheryl tiba-tiba di depan café membuat semua mata tertuju pada mereka.

“E…e…ngga Cher aku mau langsung kesana aja.”

“Kamu kenapa kok pucet gitu, ayo ikut aku?” selidik Cheryl sambil menarik tangannya menjauhi kerumunan.

“Cher aku mau pulang aja, aku ngga apa-apa kok,” elak Agnes memaksakan senyuman pada Cheryl.

“Ngga gimana kamu pucet dan berkeringat dingin gini kok.”

Cheryl memaksa Agnes mendatangi ruangan teratas dari gedung diseberang café itu lalu berhenti disebuah pintu bertuliskan CEO. Tanpa mengetuk Cheryl mengajak Agnes masuk dan duduk disofa putih tulang milik kakaknya.

“Cher kamu ken-“ tanya Candra heran sebelum matanya menatap Agnes yang pucat pasi dan nampak menahan tangis.

“Astaga Nes kok kamu kenapa?”

“Tadi dia nunggu kamu didepan, pas ketemu aku dia udah kayak gini mas,” cerita Cheryl pada kakaknya.

“Harusnya kamu ke resepsionis biar dianter kesini,” nasihat Candra tanpa menunggu jawaban Agnes.

“Aku ngga apa-apa kok, gimana kalo sekarang aja,” ajaknya berusaha tegar. Belum sempat mereka pergi seseorang mengetuk pintu Candra lalu segera masuk ke dalam.

Agnes benar-benar harus menahan napas sambil menunduk saat pria itu menyerahkan sesuatu dan mengobrol ringan dengan Candra dan saat Candra menoleh padanya sesaat. Cheryl yang memperhatikannya mulai mengambil kesimpulan lalu segera mengeluarkan isi pikirannya itu.

“Pak Aldo kenal Agnes? Kok kayaknya dia trauma banget,” selidik Cheryl tiba-tiba.

“Ah… iya Bu Cheryl dia teman satu SMA saya dulu,” jawab Aldo.

“Nes, kamu ngga apa-apa kan? Ayo kita berangkat aja.”

Agnes terus menunduk saat dalam perjalanan ke butik untuk menyembunyikan butiran kristal yang akan terjatuh dari matanya.

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang